BERDAMAI
DENGAN SKIZOFRENIA
Catatan
Hati Survivor Skizofrenia
Kurnia
Amirullah
DAFTAR
ISI
BAGIAN 1: MENGENAL JIWA
Asa Di
Bangsal Psikiatri ---5
Skizofrenia, Waktu Ke Waktu ---7
Perspektif Dan Paradigma Skizofrenia ---9
Together We Can Do More ! ---11
Skizofrenia
Dan Bipolar, 2 Jiwa 1 Hati ---13
Berdamai Dengan Skizofrenia ---15
Manfaat Dan Esensi UU Kesehatan Jiwa --- 18
Obsesif
Kompulsif ---21
Bening
Hati Skizofrenia ---24
Protap
Untuk Kesembuhan ---26
Psikiaterku,
Motivatorku ---31
Hospital
Without Wall ---33
Laporan
Pandangan Mata Kopdar 1 KPSI Simpul Jember ---35
Cara Cara Pemulihan Untuk Skizofrenia ---37
Mengenal
Lebih Jauh Gangguan Kecemasan ---40
Mengenal
Separation Anxiety: Kecemasan Akan Perpisahan ---42
Rawa
Skizofrenia ---45
Kesurupan, Tanda Awal Skizofrenia ? ---47
Gelandangan Psikotik Juga Manusia ---49
Suara Jiwa: “Katakan Tidak Untuk ECT !” ---51
Derita Dalam Pasungan ---53
Kesalahpahaman
Terhadap Gangguan Jiwa ---56
Deteriorasi, Hal Yang Ditakuti Bagi Penderita
Skizofrenia ---60
Ketika Keluarga Berbagi Kisah ---62
Waham
Kemiliteran ---60
Tourette
Syndrome, Another Disorder ---63
Skizofrenia
Dan Kaitannya Dengan Sindrom Tourette, Sebuah Penelitian ---65
Tic,
Tic, Tic ---67
Refleksi
Tourette ---69
Skizofrenia
Dan Too Red Syndrome ---71
Gagap
Dan Palilalia ---73
Gejala
Dan Ciri Ciri Utama Sindrom Tourette ---75
Prevalensi
Sindrom Tourette ---77
BAGIAN 2: BAHASA JIWA
Aku Dan
Mas Agus ---80
Di Ruang
Kelas, Di Rumah Makan, Di Kapal Laut ---82
Buku
Puisi Untuk Sahabat ---85
Antara
Aku, Blank Dan Toni Blank ---86
Menjadi
Comic Dadakan ---89
Sama Dan
Tak Sama ---91
Pendamping
Hidupku ---92
Kejujuran, Cinta Sejati Dan Skizofrenia ---93
Kisah
John Nash, Matematikawan Skizofrenia ---95
Belajar
Dari Sam Dan Norma ---97
Filosofi
Lampu Bis ---100
Segelas
Air Mineral Motivasi Dalam Sehari ---101
Lele ---102
U697YVT
Dan Daya Ingat Memori Anak Anak ---104
Orphan ---105
Memelihara
Ikan Hias, Hobi Bermanfaat Untuk ODS ---108
BAGIAN 3: RENUNGAN JIWA
Baca
Buku Panduan mu ! ---111
Renungan
Pohon Mangga ---113
Kakak
---115
Kotak
Amal Masjid ---117
Equal =
Setara ---120
Jangan
Pandang Dari Covernya, Tapi Dari Isinya ---123
Persepsiku
Tentang Lebah ---125
Ruang
Pemulihan Diri (Recovery Room) ---127
Akhir
Yang Indah ---129
Glosarium
---132
Tentang
Penulis ---134
BAGIAN 1
MENGENAL
JIWA
ASA DI
BANGSAL PSIKIATRI
Aku terkenang kembali
pengalaman kira kira 5 tahun yang lalu, pada tahun 2007. Pada saat itu, aku
pertama kali didiagnosis skizofrenia oleh psikiater. Pada waktu itu, aku tidak
sadarkan diri sehingga aku harus dirawat di bangsal psikiatri di RSD dr
Soebandi di Jember. Pada waktu itu, aku kelas 3 SMA dan sudah selesai
mengerjakan soal Ujian Nasional (UNAS) dan ujian sekolah, ketika tiba tiba
skizofrenia menyerangku. Aku jadi tidak sadarkan diri ketika itu, dan kurang
lebih selama sebulan aku dirawat di bangsal psikiatri di RSD dr Soebandi.
Pada
saat saat aku dirawat di bangsal itu, sebenarnya aku sama sekali tidak sadar
dan tidak mengenali lingkungan ku. Sehingga sebenarnya pada waktu itu aku
berada dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar. Namun beberapa minggu
kemudian, setelah aku mulai mengenal situasi sekitar, maka aku teringat akan
pengalaman ku pada waktu itu.
Ceritanya,
pada waktu itu aku sudah mulai sadar setelah sebelumnya aku tidak sadar secara
penuh, kemudian setelah sadar itulah aku mulai ingat kembali namun ingatan ku
masih belum kembali seperti sediakala. Pada waktu itu yang aku ingat aku berada
di sebuah ruangan sendiri, kemudian ada suster dan penjaga. Selebihnya aku
lupa. Kemudian yang paling aku ingat setelah itu adalah ketika aku mulai sadar
penuh dan diajak untuk pertama kalinya untuk keluar untuk jalan jalan di
sekitar rumah sakit. Pada waktu itu aku selain diberi waktu untuk keluar jalan
jalan, aku juga menjalankan shalat di musholla rumah sakit.
Yang
paling aku ingat kemudian setelah aku shalat di musholla rumah sakit itu, aku
kemudian duduk duduk sebentar di depan musholla itu, kemudian ada seorang ibu yang
menghampiriku dan juga duduk di sampingku. Aku tidak ingat siapa ibu itu, tapi
yang terjadi kemudian adalah ibu itu bertanya bagaimana keadaan ku dan kemudian
ibu itu memberikan semangat semangat dan motivasi kepadaku.
Aku
pada waktu itu memang tidak ingat betul apa yang kami bicarakan, tapi yang
jelas pada waktu itu dia memotivasi ku dan memberikan semangat kepadaku agar
aku dapat kembali sembuh dan beraktifitas seperti biasa. Aku tidak tahu apakah
ibu itu adalah keluarga dari pasien yang dirawat di bangsal psikiatri itu
ataukah orang lain. Tapi ketika itu mulai muncul semangat dalam diriku untuk
sembuh. Aku mulai percaya bahwa aku bisa sembuh, bahwa aku bisa mengatasi
persoalan ini.
Pada
waktu berbicara, ibu itu seolah mengerti akan keadaan ku dan dia mampu
memberikan solusi atas keadaan ku. Kemudian dia memberikan nasehat nasehat yang
kala itu memang berarti sekali bagiku.
Setelah
berbincang bincang beberapa saat, ibu itu akhirnya pamit. Dan aku kembali duduk
sendirian. Pada waktu itulah rasanya semangat dalam diriku muncul lagi. Bahwa
di bangsal psikiatri pun ada orang yang peduli terhadap diriku dan mau
memberikan dukungan moril kepadaku dan memberikan semangat kepadaku. Hingga
saat itu sampai aku keluar dari rumah sakit dan hingga kini, kejadian itulah
yang paling aku ingat sampai sekarang. Hingga kini aku bertekad bahwa aku bisa
sembuh dan bisa bermanfaat bagi orang disekitarku terutama untuk keluargaku.
Dari percakapan di bangsal psikiatri itulah yang hingga kini memotivasiku,
bahwa dari semangat dan motivasi, meskipun itu di bangsal psikiatri sekalipun,
mampu memberikan arti tersendiri bagi kehidupan penderita di masa yang akan
datang.
Pertemuan
di bangsal psikiatri itu, memberikan kesan mendalam terhadap ku. Asa itu kini
mulai berkembang, dan asa itu dimulai dari bangsal psikiatri.
SKIZOFRENIA,
WAKTU KE WAKTU
Skizofrenia adalah gangguan otak kronis. Orang dengan skizofrenia mungkin mendengar
suara suara yang orang lain tidak
mendengar atau memiliki delusi atau
pemikiran yang keliru. Seperti kebanyakan
penyakit, gejala skizofrenia dapat
berkisar dari ringan sampai berat
dan dapat menyebabkan rasa takut,
penarikan diri, atau gangguan kecemasan
(anxiety). Orang dengan skizofrenia biasanya diliputi dengan perasaan depresi,
pergerakan yang kaku (fase katatonik) atau kesulitan bicara dan mengungkapkan perasaan. Orang dengan
skizofrenia juga biasanya sulit untuk merasakan realitas. Ini
sering sulit bagi orang dengan
skizofrenia untuk mengurus suatu pekerjaan
atau mengurus diri sendiri, sehingga
berdampak pada keluarga mereka dan
masyarakat secara signifikan.
DULU
- Masyarakat memandang skizofrenia, sebagai salah satu penyakit mental yang paling dahsyat, sukar disembuhkan, sebagai akibat
dari pola perilaku yang menyimpang daripada sebagai
penyakit perkembangan otak.
- Tidak ada panduan yang konsisten untuk diagnosis gangguan ini.
- Adanya stigma yang kuat
pada diri penderita skizofrenia menimbulkan stres dan depresi sehingga sulit
bagi penderita untuk kembali beraktifitas normal.
- Belum ada terapi medis dan
pengobatan yang tepat untuk penyakit ini.
HARI INI
- Skizofrenia dipahami sebagai gangguan perkembangan otak, yang melibatkan jalur
spesifik yang berhubungan dengan prefrontal
korteks.
- Terdapat buku rujukan yang
menggolongkan diagnosis berbagai macam gangguan jiwa hingga saat ini. Buku ini
merupakan buku rujukan lengkap yang mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai
diagnosis gangguan jiwa secara akurat.
- Sekarang ada instrumen yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis
skizofrenia, serta terapi medis dan pengobatan yang efektif yang dapat
mengurangi halusinasi dan delusi
dengan hanya sedikit efek samping.
- Menggunakan
alat alat canggih dan metode untuk mempelajari genetika penyakit, para peneliti
telah mengidentifikasi sejumlah kerentanan gen yang mungkin dan lebih dekat
dari sebelumnya untuk memahami bagaimana gen dapat mempengaruhi perkembangan
otak dan fungsi dalam skizofrenia.
MASA DEPAN
- Menemukan cara untuk mengontrol efek samping metabolisme medis di masa muda adalah tujuan dari sebuah penelitian
yang saat ini sedang
berlangsung. Hasilnya akan membantu
menentukan pilihan perawatan jangka
panjang lebih baik untuk anak-anak dan remaja dengan skizofrenia atau gangguan mental utama.
- Berfokus pada penelitian
termasuk pencegahan dan diagnosa skizofrenia
sebelum fase aktif dapat membantu
mengurangi beban penyakit mental yang berat, yang saat ini sebagian
besar disebabkan oleh diagnosis yang tidak tepat dan perawatan yang tidak tepat.
- Sebuah studi skala besar pada "Epigenetika"
pada skizofrenia berusaha untuk mengungkapkan
bagaimana faktor-faktor seperti infeksi, dan pengalaman hidup mempengaruhi faktor risiko
genetik. Karena beberapa perubahan epigenetik mungkin dapat dipulihkan,
penelitian ini dapat mengakibatkan cara
baru untuk mengobati skizofrenia.
Pada saat ini, para ahli sedang mencari pola perawatan
dan meneliti tentang faktor faktor penyebab skizofrenia agar bisa dilakukan
sebagai rekomendasi untuk perawatan medis yang lebih akurat. Para ahli di
seluruh dunia sekarang juga sedang meneliti bagaimana agar penderita
skizofrenia dapat pulih secara lebih baik. Sekarang kita bisa mendapat poin
bahwa ternyata skizofrenia dapat dikendalikan. Dengan pemulihan yang tepat,
dukungan dari keluarga dan lingkungan, kepercayaan diri dan pikiran yang
positif serta kemauan dan tekad untuk bangkit maka kita dapat berbuat yang
lebih baik untuk masa depan kita. Skizofrenia bukan halangan bagi kita untuk
maju. Dengan melakukan kegiatan kegiatan yang positif secara terus menerus,
maka kualitas hidup kita akan meningkat. Pemulihan yang baik semoga akan lebih
meningkatkan kepercayaan diri kita untuk sembuh dan dapat kembali mandiri
sehingga kualitas kehidupan kita juga akan meningkat.
PERSPEKTIF
DAN PARADIGMA SKIZOFRENIA
Masih
banyak pandangan dan label negatif yang diberikan kepada Orang Dengan
Skizofrenia (ODS). Masih banyak pula pandangan negatif yang malah semakin
memperburuk stigma terhadap penderita skizofrenia. Info info yang banyak
beredar di masyarakat pun masih banyak yang keliru tentang skizofrenia dan para
penderita nya. Bukan nya menemukan berita yang mempercepat recovery malah menemukan berita yang semakin memperburuk stigma
negatif yang sudah ada. Hal ini tentunya akan memperburuk kondisi pasien.
Padahal yang diperlukan penderita skizofrenia adalah kepercayaan diri dan
mental yang baik.
Skizofrenia
adalah penyakit yang serius, sama hal nya dengan penyakit autisme, ADHD dan Parkinson.
Skizofrenia adalah bentuk paling umum dari penyakit mental yang parah. Penyakit
ini mempengaruhi sedikit lebih banyak dari 1 % populasi (Narrow, 1998).
Skizofrenia umumnya mengenai seseorang pada masa remaja dan dewasa awal. Oleh
karena itu skizofrenia juga disebut sebagai penyakit perkembangan otak yang terjadi
pada masa remaja.
Ada
beberapa pandangan yang beredar di masyarakat yang selama ini ternyata semakin
menambah stigma yang ada. Tentunya pandangan ini harus di ubah sehingga masyarakat
pun menjadi tahu dan peduli
terhadap permasalahan ini. Di bawah ini saya berikan teori yang umum tentang
skizofrenia yang perlu diketahui :
1. Skizofrenia adalah penyakit
perkembangan otak.
Sama dengan autisme dan
ADHD, skizofrenia merupakan penyakit perkembangan otak. Menurut National
Institutes Of Health, skizofrenia adalah penyakit perkembangan otak.
Skizofrenia adalah penyakit yang dapat terjadi pada masa remaja dan dewasa
awal. Jika autisme dan ADHD bisa mengenai seseorang pada masa anak anak, maka
skizofrenia bisa timbul pada masa remaja pada perkembangan manusia. Penyakit
ini terjadi karena kelainan neurotransmitter di otak. Penyakit ini disebut
penyakit perkembangan otak karena terjadi dalam masa perkembangan hidup
manusia, yaitu pada masa remaja.
2. Skizofrenia bukan akibat perilaku
menyimpang.
Banyak yang berpikiran
bahwa orang yang menderita skizofrenia dulunya karena ia berperilaku
menyimpang. Yang perlu di garis bawahi adalah seseorang yang terkena
skizofrenia bukan karena ia melakukan perbuatan yang menyimpang, tetapi karena
kelainan neurotransmitter pada otak. Kelainan neurotransmitter inilah yang
menyebabkan adanya delusi
(waham) atau adanya gangguan kecemasan pada Orang Dengan Skizofrenia (ODS).
Kelainan neurotransmitter ini juga yang menyebabkan ODS mengalami fase aktif
dalam skizofrenia yang menyebabkan gejala berupa gangguan kognitif dan gangguan
persepsi pada ODS sehingga ia tidak bisa mengendalikan perilaku dan aktifitas
motorik nya. Jadi, segala gangguan halusinasi, kognitif dan psikomotor pada
penderita skizofrenia bukan disengaja.
3. Penderita skizofrenia ingin kembali
seperti dulu.
Jangan mengira bahwa
penderita skizofrenia hanya diam dan tidak bergerak menuju perubahan. Mereka
ingin berubah ! Mereka ingin kembali menjadi dirinya yang dahulu, ketika ia
belum mendapat penyakit ini. Dari hari ke hari mereka berupaya untuk berubah
dan berusaha agar kehidupan nya kembali seperti dahulu, seperti ketika mereka
belum sakit. Mereka ingin berubah ! Mereka ingin hidup normal ! Mereka ingin sembuh ! Dan
mereka akan melakukan apapun untuk kembali ke kehidupan nya yang lama. Walau
untuk itu, mereka harus melakukan perjuangan yang ekstra.
4. Penderita skizofrenia bisa kembali
pulih dan produktif.
Penderita skizofrenia
bisa kembali menjalankan aktifitas seperti biasa. Dengan pemahaman yang baik
mengenai gejala gejala penyakitnya dan dengan melakukan rehabilitasi sosial
yang baik, penderita skizofrenia bisa kembali produktif dan tetap bisa
melakukan kegiatan seperti biasa. Tentunya dibutuhkan dukungan dari keluarga
dan masyarakat agar penderita skizofrenia bisa kembali bersemangat dan kembali
menjalani kehidupan yang normal.
Terapi psikososial juga sangat dibutuhkan penderita untuk mencapai tingkat
pemulihan nya sehingga bisa menjalani kehidupan nya secara optimal.
TOGETHER
WE CAN DO MORE !
Menjadi
seorang ODS (Orang Dengan Skizofrenia) dan ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan)
tentu memerlukan perjuangan yang ekstra. Bagi penderita skizofrenia, maka kita
harus banyak mengelola jiwa kita agar tidak mengalami stres dan depresi.
Seorang skizofren, rentan mengalami depresi. Bahkan untuk hal yang oleh orang
biasa tidak berpengaruh, maka bagi ODS sangat berpengaruh. Stressor atau
penyebab stres bisa datang dari mana saja. Bisa karena kita menghadapi orang
banyak, menghadapi ujian di sekolah atau bahkan dari lingkungan kita. Semua itu
bisa menyebabkan mudahnya ODS untuk depresi dan mengalami kekambuhan.
Maka
"daya juang" untuk bertahan dan tetap dapat beraktifitas adalah modal
utama dan yang paling penting bagi seorang ODS agar segala kegiatan hidupnya
dapat terus terlaksana dan tertata dengan baik. Daya juang untuk sembuh yang
besar pun harus ada dalam diri setiap ODS dan ODMK. Jangan putus harapan,
karena kita tidak sendiri ! Di sini kita berjuang bersama, untuk meningkatkan
kualitas hidup dan menghapus stigma negatif yang ada.
Disinilah
peran komunitas pendukung seperti KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia)
sangat terasa. Di sini berkumpul sesama penderita, survivor, praktisi
kesehatan, psikiater, psikolog, perawat
jiwa, aktivis sosial dan pemerhati keswa. Di sini kita
sama sama berjuang untuk diri kita, keluarga dan untuk para penderita ODMK
lain. Disini kita bisa berbagi dan sama sama mencari solusi atas setiap
permasalahan yang ada.
Di
sini kita mempunyai tujuan yang sama yaitu
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
skizofrenia dan memberikan edukasi tentang keswa (kesehatan jiwa).
Dengan tujuan agar penderita skizofrenia dapat kembali berkarya dan kembali
hidup secara mandiri. Tentu dukungan keluarga sangat berperan besar bagi proses
kesembuhan penderita. Tekad dan kemauan penderita untuk sembuh juga harus
besar.
Di
KPSI, kita bisa saling berbagi pengalaman agar kita bisa saling instropeksi
diri dan saling membenahi kekurangan kita. Bagaimanapun, disini kita belajar
untuk memahami tentang skizofrenia dan penyakit mental lainnya. Walau kita
sempat gagal, tapi teruslah berjuang, karena bahkan sekecil apapun perjuangan
kita, tetap akan dicatat oleh Tuhan. Dan perjuangan itu tidak akan sia sia.
Kelak kita yang akan menikmati hasil perjuangan itu, yaitu kesembuhan atas penyakit kita.
KPSI
sendiri juga patut diapresiasi. Dengan adanya pertemuan rutin di KPSI simpul
dan acara acara yang membahas tentang kesehatan mental maka hal ini tentu
sangat menarik untuk diadakan karena dapat meningkatkan semangat penderita skizofrenia
dan tentunya akan meningkatkan awareness
(kepedulian) kita terhadap skizofrenia. Dengan adanya kegiatan tersebut
diharapkan stigma negatif sedikit demi sedikit akan terkurangi.
Harapan
saya semoga KPSI dapat berkembang dan para teman teman kita yang ada di
berbagai daerah tergerak dan siap untuk menjadi relawan dan mengembangkan
simpul simpul lokal di setiap daerah / kota agar para penderita yang ada di
daerah dapat terakomodir dan dapat diberikan edukasi dan pemahaman tentang kesehatan jiwa. Karena di setiap
daerah juga pasti ada penderita ODS dan harus diakomodir. Saya juga berharap di
setiap simpul yang ada diadakan kegiatan rutin untuk penderita agar para
penderita bisa semakin mengenal dan mengerti tentang kesehatan jiwa. Harus muncul relawan
relawan di setiap daerah agar organisasi kita semakin kuat dan dapat
mengembangkan kegiatannya secara lebih optimal. Dan tentu, diperlukan kekonsistenan agar organisasi kita dapat senantiasa
berkembang dari hari ke hari. Hal ini bertujuan untuk semakin memperkuat
jejaring kesehatan jiwa sehingga nantinya aspirasi kita dapat didengarkan oleh
pemangku kebijakan terkait.
Akhirnya,
kita memang harus bersatu demi mewujudkan ide kita. Para penderita, keluarga,
psikiater, psikolog, perawat jiwa, mahasiswa
dan masyarakat harus bersatu. Dengan bersatu, kita akan lebih kuat dan tentunya
kita dapat berbuat hal yang lebih untuk kita semua. Perjuangan tidak akan bisa
kita lakukan sendiri. Perjuangan baru bisa terlaksana apabila kita dan seluruh komponen bersatu untuk bersama
mengedukasi tentang kesehatan mental dan menghapus stigma negatif yang ada.
Together We Can Do More !!!
Semangat !!!
SKIZOFRENIA DAN BIPOLAR, 2 JIWA 1 HATI
Di dalam terminologi ilmu
kesehatan jiwa, disana kita akan mengenal adanya 2 penyakit yang paling sering
dibahas dalam ilmu psikiatri (ilmu kesehatan jiwa). Kedua penyakit itu adalah
skizofrenia dan bipolar. Skizofrenia dan bipolar adalah 2 jenis penyakit yang
paling banyak dibahas jika dibandingkan dengan penyakit penyakit gangguan
mental lainnya. Hal ini karena memang inti dari penyakit mental adalah terdapat
pada penyakit skizofrenia dan bipolar ini. Kali ini saya akan memperlihatkan
perbedaan perbedaan yang terdapat pada 2 penyakit ini.
Skizofrenia, dalam PPDGJ-III (Pedoman
Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa - III) masuk ke dalam kategori
"Skizofrenia, Gangguan Skizotipikal dan Gangguan Waham". Sementara
dalam DSM-IV (Diagnostic And Statistical Manual – IV) masuk ke dalam kategori
"Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lain". Sementara itu, dalam
PPDGJ-III, Bipolar masuk ke dalam kategori "Gangguan Suasana Perasaan
(Mood [Afektif])". Sementara dalam DSM-IV, Bipolar masuk ke dalam kategori
"Gangguan Mood". Dari klasifikasi ini sudah dapat terlihat perbedaan
antara skizofrenia dan bipolar. Jika skizofrenia merupakan gangguan waham,
sedangkan bipolar adalah gangguan suasana perasaan atau gangguan mood.
Skizofrenia ditandai dengan adanya delusi atau waham dan halusinasi, sedangkan
bipolar lebih kepada gangguan mood yaitu dari kondisi manik ke depresif, atau
dari suasana yang sangat gembira menuju suasana yang depresif (sedih). Ciri
ciri penderita skizofrenia adalah mereka sering mengalami delusi (sebuah
keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan) dan halusinasi. Delusi atau waham
adalah suatu gangguan isi pikiran, sebuah keyakinan yang tidak sesuai dengan
kenyataan, biasanya diwarnai oleh latar belakang kebudayaan. Sedangkan
halusinasi adalah suatu persepsi sensorik yang salah tanpa adanya rangsangan
dari luar yang sebenarnya. Mungkin terjadi karena gangguan emosi atau stres
(reaksi histerik, deprivasi sensorik) atau psikosa fungsional.
Definisi skizofrenia adalah
suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses berpikir serta
disharmoni (perpecahan, keretakan) antara proses berpikir, afek / emosi,
kemauan dan psikomotor disertai dengan distorsi kenyataan. Skizofrenia berasal
dari bahasa Yunani yaitu "Scheizen" yang berarti pecah, dan
"Phren" yang berarti jiwa. Artinya bisa dimaknai secara kasar sebagai
“jiwa yang pecah”. Artinya penderita
skizofrenia tidak dapat membedakan antara kenyataan dan halusinasi. Skizofrenia
ditandai oleh adanya gejala gejala primer dan sekunder. Adapun gejala gejala
primer antara lain gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan, dan
gejala “autistik”. Sedangkan gejala gejala sekunder dapat berupa adanya waham,
halusinasi, gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain.
Sedangkan bipolar adalah
gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik,
hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren (sering kambuh) serta dapat
berlangsung seumur hidup. Sementara gejala skizofrenia terdiri dari gejala
positif (delusi atau waham, halusinasi, kekacauan alam pikir, gaduh, gelisah,
tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, dll.) dan gejala negatif (alam
perasaannya tumpul dan datar, menarik diri dari lingkungan, kontak emosional
yang kurang, sukar diajak bicara, dan pendiam, pasif, apatis, sulit dalam
berpikir abstrak, pola pikir stereotipe, tidak ada dorongan kehendak,
keinginan, tidak mau berupaya dan kehilangan kemauan). Sementara gejala bipolar
adalah perubahan mood secara ekstrem dari manik
(keadaan mood yang meninggi) ke depresi (keadaan mood yang menurun).
Sedangkan perbedaan lainnya
adalah seputar pemberian obat psikofarmaka bagi pasien. Untuk penderita
skizofrenia, diberikan obat obatan antipsikotik tipikal dan atipikal
(antipsikotik generasi baru) diantaranya adalah Clozaril, Risperdal
(Risperidone), Zyprexa, Seroquel dan Geodone. Selain itu, bisa juga ditambahkan
obat antidepresan bila diperlukan. Sementara obat yang biasa diberikan pada
penderita bipolar adalah Mood Stabilizer (Lithium, Valproat, Lamotrigine) dan
Antipsikotik Atipikal (Risperidone, Olanzapine, Quetiapin, Aripirazole). Bisa
juga disertai anti depresan jika dibutuhkan.
Persamaan antara bipolar dan
skizofrenia berdasarkan penelitian, sama-sama bersifat genetik, adanya gangguan
zat kimia pada otak, dan ada stressor psikososial. Persamaan lainnya antara
bipolar dan skizofrenia adalah obat-obatannya harus dengan resep dokter /
psikiater. Sama-sama harus diminum secara rutin sesuai petunjuk dokter /
psikiater. Walau begitu, fakta membuktikan bahwa ada penderita bipolar dan skizofrenia
yang stabil dan tidak kambuh tanpa obat-obatan.
Persamaan antara bipolar dan
skizofrenia, proses penyembuhan keduanya tidak cukup hanya dengan obat. Tapi
pengobatan holistik atau menyeluruh yang mencakup obat-obatan, psikoterapi,
psikososial, dan religius. Itulah masing masing perbedaan dan persamaan antara
skizofrenia dan bipolar. Keduanya memang termasuk gangguan mental yang serius
yang terjadi pada otak seseorang. Persentase populasi orang yang menderita
penyakit ini adalah kira kira 1 % dari populasi. Sementara penyakit ini sama
sama menimpa laki laki dan perempuan dengan rasio yang sama. Itulah perbedaan
dan persamaan antara skizofrenia dan bipolar. Semoga bermanfaat.
BERDAMAI
DENGAN SKIZOFRENIA
Sejak mengalami skizofrenia,
kehidupan saya seolah mengalami kehidupan yang benar benar baru. Saya awalnya
tidak paham sama sekali tentang masalah kesehatan jiwa. Istilah istilah tentang
kesehatan mental sama sekali asing bagi dunia saya. Sebelum saya mengalami
skizofrenia, saya sama sekali tidak mengenal tentang isu isu kesehatan jiwa.
Seingat saya, hanya dulu pada waktu SD saya pernah membaca berita di koran yang
membahas tentang pengidap skizofrenia yang lambat laun mengalami kemunduran
mental akut. Tercatat hanya sekali itu saja, pada waktu SD itulah, saya
mengenal dan mengetahui tentang skizofrenia. Namun pada kehidupan selanjutnya,
sampai saya duduk di bangku SMA, saya tidak mengetahui lagi informasi tentang
skizofrenia.
Kehidupan saya berubah ketika
kemudian ketika kelas 3 SMA, pada tahun 2007 lalu, saya mengalami gejala gejala
awal skizofrenia. Ketika itu, saya baru saja mengerjakan Ujian Nasional (UNAS)
dan akan mengerjakan ujian sekolah, ketika tiba tiba skizofrenia menyerang saya
untuk yang pertama kalinya. Ketika itulah kehidupan saya benar benar berubah
secara drastis. Saya ketika itu mengalami fase aktif skizofrenia, dimana dalam
fase itu saya menjadi tidak sadar dengan keadaan saya. Saya kemudian mengalami
delirium, suatu penurunan kesadaran, sehingga saya diharuskan dirawat di
bangsal kejiwaan di rumah sakit di Jember. Setelah hampir sebulan mengalami
gangguan persepsi, gangguan kognitif dan psikomotor, disertai penurunan
kesadaran, maka saya akhirnya kembali “sadar” dari fase tak sadar saya. Ketika
itulah saya memulai babak baru saya, kehidupan yang baru bagi saya.
Diagnosis dari dokter, saya
didiagnosis mengalami skizofrenia. Itulah awalnya saya mengenal tentang
kesehatan jiwa. Setelah itu, saya lalu mempelajari tentang penyakit saya itu.
Seperti lazimnya orang orang yang telah didiagnosis dengan penyakit kronis
lainnya, yang membutuhkan banyak pengetahuan tentang penyakitnya, saya kemudian
mencari tahu informasi sebanyak banyaknya mengenai skizofrenia. Saya, seperti
lazimnya para pasien lain, tidak hanya mengandalkan diagnosis dari dokter saja,
tapi juga berusaha mencari informasi tentang penyakit saya di tempat lain. Saya
menjelajah di internet, membaca buku tentang skizofrenia, dan mengikuti
perkembangan terbaru penyakit ini dari surat kabar. Ya, saya memang selalu
mengandalkan berita dari surat kabar. Saya memang selalu mengupdate
perkembangan berita tentang kesehatan jiwa lewat surat kabar. Karena memang,
kadang kala, ada informasi tentang kesehatan jiwa di koran, meskipun sangat
terbatas, misalkan tentang pemasungan penderita gangguan jiwa di beberapa
daerah, atau masalah gelandangan psikotik (gelandangan yang mengidap gangguan
jiwa) yang terkena razia di jalanan. Semuanya akan saya baca, selain menambah
informasi tentang berita terkait, biasanya berita berita seperti itu akan saya
kliping di rumah. Ada berita tentang pemasungan terhadap penderita gangguan
jiwa di daerah saya, saya kumpulkan beritanya, saya simpan dengan suatu harapan
bahwa suatu saat saya bisa menolong penderita pasung itu. Ya, ini memang
pekerjaan besar. Ini memang harapan besar. Tapi saya selalu punya harapan untuk
itu. Saya harap suatu saat kliping yang saya buat itu bisa berguna. Bisa jadi
suatu saat, jika saya diberi kemampuan untuk itu, saya bisa mengunjungi tempat
penderita pasung itu, dan bersama sama dengan jajaran terkait, Dinas Kesehatan
atau Dinas Sosial, maka kami bisa membebaskan penderita itu dari pasungan.
Insya Allah, jika ada kemauan, ada jalan. Amin...
Hati saya juga menjadi
trenyuh dan merasakan empati yang mendalam kepada para gelandangan yang mengidap
gangguan jiwa yang kerap berada di jalan jalan. Mereka inilah penderita
gangguan jiwa yang ditelantarkan oleh keluarganya. Biasanya keluarga mereka
sudah tidak mau lagi untuk mengurusnya, sehingga akhirnya penderita gangguan
jiwa ini dibiarkan berkeliaran di jalan. Mereka harus susah payah untuk mencari
rezeki di dalam hidupnya. Dunia seolah terasa sempit bagi mereka. Saya
merasakan penderitaan mereka, dan saya berempati terhadap perjuangan mereka.
Saya berharap mereka akan mendapat bantuan dari dinas dinas terkait, untuk
membantu mereka mendapatkan kehidupan sosial yang layak bagi mereka. Setidak
nya mereka mendapat hunian dan tempat tinggal yang layak bagi mereka. Saya rasa
Dinas Sosial dapat bergerak untuk membantu para saudara kita yang masih membutuhkan
bantuan ini. Beberapa Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial), yaitu tempat
penampungan bagi para gelandangan yang mengidap gangguan jiwa ini, telah
dibangun di beberapa kota. Liponsos adalah program nyata dari Dinas Sosial
untuk membantu memberdayakan para gelandangan psikotik, pengemis dan anak
jalanan. Liponsos di kota saya, Jember, juga telah dibangun beberapa tahun ini.
Namun yang menjadi kendala adalah kurangnya fasilitas kamar bagi pasien dan
kurangnya tenaga kesehatan atau perawat yang merawat penderita selama di
Liponsos. Saya berharap semoga Liponsos di setiap kota selalu meningkatkan
pelayanannya terhadap para penderita gangguan jiwa yang ada disana. Sehingga
perawatan terhadap mereka akan menjadi baik dan dapat meningkatkan kualitas
kehidupan mereka.
Intinya, untuk menuju
kesembuhan bagi penderita skizofrenia, yang utama adalah penderita mampu hidup
secara optimal dan dapat berinteraksi sosial dengan masyarakat dan
lingkungannya dengan baik. Mereka dapat berinteraksi dan berkontribusi terhadap
masyarakat nya secara optimal. Selain itu, poin utama kesembuhan bagi penderita
skizofrenia adalah mereka sudah mampu mengurus kebutuhan hidupnya secara
mandiri, seperti berbelanja kebutuhan sehari hari, pergi ke pasar, membayar
tagihan bulanan atau pergi kontrol obat bulanan. Mereka juga harus mandiri,
dengan cara mengurus kebutuhan hidupnya sendiri, melakukan pekerjaan rumah sehari hari dan mampu bekerja. Juga
yang harus diperhatikan adalah aktivitas ibadah kepada Tuhan. Bagi yang muslim,
shalat berjamaah 5 waktu di masjid dan membaca Al Quran setiap hari juga
menjadi kewajiban sehari hari. Olahraga juga harus menjadi perhatian.
Setidaknya sempatkan 2 hari dalam seminggu untuk berolahraga, misalkan
bersepeda atau lari pagi keliling komplek. Itu untuk menjaga agar tubuh kita
tetap sehat.
Melakukan aktivitas sebagai
seorang dengan skizofrenia, sama saja dengan kehidupan orang lain. Kita
harus tetap berjuang dengan keadaan
kita, untuk menuju kesembuhan yang optimal. Jangan lupa juga untuk selalu meluangkan
waktu untuk membaca buku buku yang informatif dan berguna. Kisah kisah
inspiratif seseorang yang telah bangkit dan pulih dari suatu penyakit,
terkadang mampu memotivasi kita untuk menjadi lebih positif dalam memandang
kehidupan.
Kini saya juga sedang
berusaha untuk pulih dari skizofrenia. Sampai sekarang saya masih mengkonsumsi
obat obatan skizofrenia dari psikiater. Obat obatan ini berfungsi untuk
menstabilkan neurotransmitter dopamine dan serotonin pada otak. Hingga kini
saya masih berjuang dalam kehidupan saya. Ini adalah sebuah perjuangan
sepanjang hidup. Semoga kita selalu mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Agar kita selalu dapat menjalankan kehidupan lebih baik lagi dan kian bermakna.
Amin...
MANFAAT DAN ESENSI UU KESEHATAN JIWA
Kini Indonesia sudah
mempunyai Undang Undang (UU) tentang Kesehatan Jiwa. Hal itu menyusul
disahkannya Rancangan UU Kesehatan Jiwa menjadi Undang Undang dalam rapat
paripurna DPR RI di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada hari Selasa
(8/7/2014). Hal ini menjadi sejarah baru bagi dunia kesehatan di Indonesia
terutama di bidang kesehatan jiwa. Kini kita telah mempunyai UU yang resmi
mengatur tentang kesehatan jiwa dan segenap permasalahannya di Indonesia. Kini
kita telah mempunyai UU yang berfungsi sebagai aspek hukum yang mengatur dan
memberikan ruang dalam upaya upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang
optimal bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat di Indonesia. UU
Kesehatan Jiwa menjadi penting karena berfungsi sebagai jaminan hukum terhadap
Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) serta hak hak hidupnya bisa lebih
terlindungi. Selain itu, UU ini juga berfungsi untuk menjamin setiap orang
hidup sejahtera secara lahir dan batin dan bebas dari ketakutan, tekanan dan
gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2007,
prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas ada sebanyak
11,60 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa (Liputan6.com, 10/10/2011). Sedangkan
satu juta diantaranya mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis. Diantara
beragam masalah kesehatan mental di Indonesia diantaranya disebabkan karena
gangguan jiwa berat, depresi pasca bencana, gangguan stres pasca traumatik dan
gangguan gangguan lainnya yang dapat mempengaruhi produktifitas rakyat
Indonesia.
Pemerintah kita relatif masih
tertinggal dibandingkan negara lain yang telah lebih dulu mengeluarkan UU
Kesehatan Jiwa. Diantaranya Bangladesh yang telah lebih dahulu mengeluarkan UU
tentang Kesehatan Jiwa pada tahun 2005, menyusul terjadinya bencana alam
tsunami pada 26 Desember 2004 yang bersamaan dengan terjadinya bencana serupa
di Aceh dan Sumatera Utara. Indonesia, yang dalam hal ini jumlah korban nya
lebih banyak, justru saat itu belum memiliki Undang Undang ini. Padahal,
sebagaimana diketahui, dampak dari adanya bencana tsunami yang melanda kala itu
bisa menyebabkan terjadinya depresi berat bahkan hingga mengalami gangguan
jiwa. Hal ini tentunya dapat melumpuhkan produktifitas dan kehidupan rakyat
yang mengalami bencana alam tersebut. Oleh karena itu, disahkannya UU Kesehatan
Jiwa ini dapat menjadi solusi bagi adanya masalah kesehatan mental di
Indonesia.
Sebenarnya, dilihat dari
sejarah sejak republik ini berdiri, pemerintah Indonesia sebenarnya sudah
pernah memiliki Undang Undang Kesehatan Jiwa pada tahun 1966 yang ketika itu
ditandatangani oleh Presiden Sukarno. Namun, pada perkembangannya, UU tersebut
kemudian hilang. Padahal, definisi kesehatan menurut World Health Organization
(WHO) tidak hanya meliputi sehat secara fisik, tapi juga secara mental, sosial
dan spiritual.
ODGJ
Juga Manusia
Sering di jalanan kita
melihat seseorang dengan penampilan yang kotor dengan bajunya yang lusuh dan
kumal menggelandang di jalanan. Dengan tubuhnya yang kurus kering, mereka
mencari makanan sisa di jalanan dan sebagian diantaranya hanya dapat terbaring
dengan lemah di sudut sudut jalan. Banyak orang yang memandang mereka dengan
pandangan jelek. Sebagian orang lainnya merasa tidak peduli dengan orang itu.
Hanya sedikit diantaranya memiliki rasa iba dan kasihan dan lantas tergerak
memberikan bantuan berupa sedekah dan uang. Beberapa diantara mereka yang
peduli itu kemudian membentuk sebuah komunitas yang bertujuan untuk membantu
memberikan hak hak bagi mereka yang memiliki “kebutuhan khusus” tersebut agar
hak hak mereka dapat terpenuhi dan mereka dapat memperoleh hunian dan tempat
tinggal yang layak bagi mereka untuk hidup bermasyarakat dan bersosial.
“Mereka”, orang orang yang menggelandang di jalanan itu, yang kerap di olok
olok dan diberi stigma oleh masyarakat sebenarnya adalah bagian dari kita juga.
Mereka, yang kemudian disebut dengan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) itu
banyak jumlahnya di sekitar kita. Banyak diantara mereka yang hidup dalam
kondisi tidak layak secara mental maupun sosial. Banyak kasus ODGJ atau
penderita gangguan jiwa ini yang hidup menggelandang dari jalan ke jalan dan
tidak memperoleh hak berupa tempat tinggal yang layak bagi mereka. Banyak
diantara mereka, para ODGJ ini yang berakhir di jalanan. Sementara sebagian
lainnya berada di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Mereka yang tinggal di RSJ ini biasanya
juga mengalami penderitaan yang tak kalah besar dengan mereka yang berada di
jalanan.
Menuju
Bebas Pasung
Adanya stigma dan cap negatif
terhadap mereka juga adakalanya menghambat proses kesembuhan mereka. Beban
kesehatan akibat masalah ini juga otomatis menjadi bertambah berat. Belum lagi
ditambah masalah kesehatan jiwa yang paling urgen saat ini dan perlu dicarikan
segera solusinya, yaitu kasus pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa yang
terjadi di banyak daerah di Indonesia, yang bukan hanya mengakibatkan masalah
mental, namun juga berakibat terhadap masalah fisik dan sosial. Hal ini yang
perlu dicarikan segera solusinya agar ODGJ dapat terjamin dari adanya
pemasungan, pengekangan dan kekerasan terhadap mereka.
Di Indonesia, pemasungan
masih bisa ditemukan di banyak tempat. Menurut catatan tak resmi Kementerian
Kesehatan saat ini sedikitnya terdapat 20.000 kasus pemasungan akibat penyakit
jiwa di seluruh nusantara (BBC.co.uk,
5/10/2011). Angka korban ini yang sekarang sedang diperangi oleh Kementerian
Kesehatan dengan sebuah kampanye nasional “Indonesia Bebas Pasung 2014”.
Sementara target secara nasional bebas pasung adalah tahun 2019. Kita tentu
banyak berharap dengan adanya UU Kesehatan Jiwa ini, kasus pemasungan dan
masalah kesehatan mental lain di Indonesia dapat segera diatasi. Sehingga
target Indonesia Bebas Pasung dan program lainnya dapat terwujud. Semoga.
OBSESIF
KOMPULSIF
Para penderita skizofrenia
selain dalam kehidupannya mengalami delusi dan waham waham secara terus menerus
juga seringkali mengalami gangguan penyerta. Gangguan penyerta yang umum yang
juga seringkali dialami oleh penderita skizofrenia adalah OCD (Obsessive
Compulsive Disorders). OCD adalah gangguan obsesif kompulsif yang sering
dialami oleh penderita skizofrenia. OCD bisa diartikan sebagai perilaku
berulang yang timbul karena keinginan penderita tersebut.
Saya
sendiri juga pernah mengalami periode dari gangguan ini dalam jangka waktu
tertentu. Dalam setiap waktu, adakalanya saya kembali mengalami OCD ini. OCD
adalah gangguan yang tidak dikehendaki oleh penderita. Obsesi yang muncul,
yaitu dalam bentuk perilaku berulang, sebenarnya diniatkan hanya untuk
memastikan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan sempurna. Atau
sudah sesuai dengan kehendak awal dari penderita. Mungkin ada yang bertanya
tanya, sebenarnya bagaimana bentuk perilaku berulang yang ditimbulkan oleh OCD
? Mungkin ada yang berpikir jika misalnya ada orang yang bekerja sebagai kasir
dalam sebuah toko. Ia bertugas untuk mencatat dan menghitung uang kas toko agar
jumlah pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui. Orang itu tentunya
diharuskan untuk bisa menghitung jumlah uang dengan benar, karena itu akan
berhubungan dengan uang toko. Dalam kasusnya, orang tersebut akan menghitung
uang berkali kali untuk memastikan jumlah uang yang dihitungnya sudah tepat.
Apa orang tersebut mengalami OCD ? Dalam kasus ini, tidak. Perilaku menghitung
uang secara berulang yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka untuk
memastikan jumlah uang dalam kasus seperti tadi adalah bukan gejala dari OCD.
Perilaku OCD yang dimaksud adalah perilaku berulang yang dilakukan oleh
seseorang dalam batas yang tidak wajar. Ini sudah termasuk dari gejala gejala
sebuah penyakit. Orang yang mengalami OCD akan terus menerus melakukan
perbuatan secara berulang ulang untuk memastikan agar kegiatan yang telah
dilakukannya tersebut sesuai dengan keinginannya. Secara sederhana, OCD
termasuk tipe perfeksionis. Orang yang mengalaminya biasanya ingin agar semua
pekerjaan yang dilakukan bisa sempurna. Jika tidak, ia akan mengecek ulang
pekerjaannya tersebut agar menjadi sempurna.
Penderita
OCD harus sadar bahwa OCD itu merupakan tanda dari sebuah gejala penyakit.
Artinya, jangan terlalu menuntut untuk terlalu sempurna. Setelah menderita OCD,
kita harus sadar bahwa jangan terlalu berkutat agar bagaimana pekerjaan kita
bisa berhasil sempurna sesuai keinginan kita. Kita boleh mengerjakan sesuatu
dengan sempurna. Tapi jangan terlalu perfeksionis. Biasa saja dalam menyikapinya.
Ada cara cara agar pekerjaan kita bisa dilakukan dengan baik dan berhasil.
Gejala
OCD adalah sebuah kondisi medik ketika pikiran kita tidak bisa menyelaraskan
antara kenyataan yang ada dengan keinginan kita. Gejala OCD ini sebenarnya
adalah perbuatan berulang yang tidak diinginkan oleh penderita. Saya sendiri
telah mengalami berbagai kasus dari gejala OCD ini. Gejala OCD yang pernah saya
rasakan adalah ketika menyangkut kebersihan, ketelitian, kelengkapan dan
kerapian.
Gejala
yang pertama yaitu yang menyangkut kebersihan. Saya akui saya punya problem
tersendiri jika menyangkut masalah ini. Dan hal ini kemudian terwujud dalam
gejala gejala OCD. Contohnya adalah ketika saya mencuci tangan. Setiap kali
saya mencuci tangan, saya berprinsip bahwa tangan saya harus bersih. Maka dari
itu, meskipun kedua tangan saya sudah penuh oleh busa sabun, maka saya masih
terus menerus harus mencuci ulang tangan saya dengan sabun. Hal ini berlangsung
setidaknya dua kali tapi dalam waktu yang lama. Saya punya keyakinan bahwa jika
hanya satu kali mencuci tangan, maka tangan kita tetap tidak akan bersih. Maka
kemudian saya mencuci lagi tangan saya hingga benar benar bersih. Tapi gejala
OCD terlihat dari detail ketika saya mencuci tangan, pengulangan dan waktu yang
dihabiskan. Saya sendiri sering merasa aneh dengan keadaan OCD tersebut, tapi
keinginan tersebut sepertinya tidak bisa dicegah sebelum tangan saya benar
benar bersih.
Hal
ini berlaku sama ketika saya mencuci piring dan menyapu. Jika mencuci piring,
maka tak mau tidak, saya harus mencuci piring itu dengan sempurna. Saya akui,
saya termasuk pencuci piring yang sangat bersih. Semua piring dan alat masak
lainnya bisa saya cuci sangat bersih. Begitu juga ketika saya menyapu lantai
dan menyapu halaman rumah. Maka bisa dipastikan semua akan saya sapu dengan
teliti. Apalagi jika menyapu di halaman rumah, maka bisa dipastikan halaman
rumah akan bersih. Saya tidak akan melewatkan satu daun pun mengotori halaman
depan rumah. Tapi ya itu tadi, saya melakukannya secara berulang ulang dan
dalam waktu yang lama.
Kemudian
perilaku OCD lain yang saya rasakan adalah masalah ketelitian. Gejala OCD yang
saya alami ini adalah saya sangat teliti dalam melakukan sesuatu. Contohnya,
ketika saya menghidupkan lampu di luar rumah. Maka kegiatan itu saya lihat
terus menerus untuk bisa memastikan agar lampunya benar benar hidup. Kemudian
misalnya ketika saya mencatat nomer handphone dari teman saya. Maka nomor nomor
handphone itu betul betul saya ulang ulang untuk melihatnya dan mencatatnya karena
saya takut salah dalam mencatat nomor handphone orang. Tapi yang aneh, adalah
perilaku tersebut yang diulang ulang melebihi batas. Ada orang yang juga
melakukannya demikian, tapi masih dalam batas batas kewajaran. Sedangkan
perilaku yang saya lakukan ini sudah dalam tahap yang sangat berulang ulang.
Kemudian
perilaku OCD berikutnya adalah masalah kelengkapan. Saya sering sekali
mengulang ulang untuk melihat kelengkapan atau mengecek kembali kelengkapan
yang saya bawa. Misalnya ketika hendak berangkat kuliah, barang barang apa saja
yang hendak saya bawa, kelengkapan apa yang mesti saya bawa, selalu saya
siapkan dengan detail dan teliti. Seringkali saya harus mengecek handphone yang
sudah saya bawa berulang ulang untuk memastikan agar handphone itu tidak ketinggalan.
Begitu juga dalam mempersiapkan buku buku, alat tulis, flashdisk, dan barang
barang lainnya. Selalu saya teliti ulang agar tidak ada yang ketinggalan. Tapi
ya itulah, saya selalu mengecek sampai beberapa kali hanya untuk memastikan
bahwa handphone saya sudah saya bawa. Tentunya hal ini adalah pekerjaan yang
melelahkan bagi saya. Saya harus mengecek persiapan, tetapi seolah olah saya
harus mengecek terus menerus dan dalam batas yang tidak wajar.
Tapi,
Alhamdulillah, kini gejala gejala OCD saya sangat jauh berkurang. Saya kini
sudah mulai pulih dari OCD. Seiring perjalanan waktu, gejala gejala OCD saya
sudah mulai berkurang. Beberapa hal yang dulunya harus saya lakukan berkali
kali kini cukup saya lakukan sekali. Pekerjaan pun menjadi semakin praktis dan
cepat. Dengan izin Tuhan, akhirnya saya mampu menang melawan OCD. Mungkin OCD
ini bisa saya umpamakan seperti sebuah gelas yang berisi air. Gelas saya
umpamakan sebagai kesanggupan kita atau alat untuk mewujudkan keinginan kita.
Sementara air saya ibaratkan sebagai kebutuhan kita. Ketika kita hendak mengisi
gelas yang kosong dengan air, isilah gelas tersebut sampai airnya berada dalam
batas penuh, hingga siap untuk diminum. Tapi jangan sampai kita mengisi air
tersebut hingga melebihi ukuran gelas tersebut sehingga airnya akan meluber
kemudian tumpah. Isilah gelas itu sesuai batasannya, agar kita dapat meminum
air sesuai ukuran dan dengan pas dan agar kita tidak membuang buang air yang
diakibatkan karena kita mengisi gelas itu secara berlebihan. Itulah kuncinya
dalam menghadapi OCD. Lakukan kegiatan sesuai ukuran, lakukan sesuai batas, dan
jangan melebihi ukuran.
BENING
HATI SKIZOFRENIA
Saya ingin menyampaikan
catatan ini, untuk menjadi renungan dan kontemplasi dalam hidup. Karena di
dalam perjalanan kehidupan seseorang, pasti tak lepas dari adanya masalah, batu
yang menghadang, jalan terjal dan lain lain. Setiap orang pasti mengalaminya.
Dan pasti di dalam derita yang kita alami pasti akan ada hikmah atau makna yang
bisa kita ambil. Makna ini tak cukup hanya kita temukan dan kita sadari, tapi
juga harus kita jadikan makna hidup atau hikmah sebagai bekal perjalanan kita
agar makna tadi dapat menjadi pedoman dalam menjalani keseharian yang lebih
baik dari hari ke hari. Setiap orang pasti mempunyai masalah, tapi kita harus
menemukan dan mengambil makna dan hikmah agar dalam perjalanan selanjutnya kita
bisa isi dengan makna yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita agar
hidup lebih baik.
Setiap
Orang Dengan Skizofrenia tidak lah sama. Setiap orang yang mengalami
skizofrenia pasti mempunyai gejala dan perilaku yang tidak sama antara yang
satu dengan yang lain. Tapi, satu hal yang patut kita telaah dari seorang
skizofrenia adalah kebeningan hatinya. Kebeningan hati disini yang saya
maksudkan adalah mereka cenderung sensitif atau perasa
terhadap sesuatu. Dengan kata lain, mereka cenderung berpikir
"straight" atau berpikir lurus. Berpikir "straight" ini
bisa bermakna berpikir secara sederhana, yaitu sesuai dengan kondisi dan
situasi yang dialaminya saat itu. Mereka juga berpikir secara sederhana dan
cara berpikir mereka sangat sensitif atau perasa. Saya sendiri pernah punya
pengalaman dengan penderita skizofrenia lain, dan saya rasa dia itu jika
berpikir selalu sederhana dan perasa. Dia hanya berpikir dan
bertindak sesuai dengan kondisi dan situasi yang dialaminya.
Namun
masih banyak stigma yang beredar di masyarakat yang memberikan stereotipe
negatif terhadap orang dengan skizofrenia. Ada yang menyatakan bahwa
"pikiran ODS itu tidak benar atau berpikiran menyimpang" atau banyak
stereotipe lain yang tidak berdasar. Tentunya hal seperti ini yang tidak akan
diterima oleh orang yang mengalami skizofrenia. Karena orang yang benar benar
mengalami skizofrenia sendiri tentunya sebenarnya tidak ingin melakukan sesuatu
perbuatan yang tidak benar.
Saya
bisa umpamakan dengan seorang yang mengalami Epilepsi. Ketika dia mengalami
kejang dan tak sadarkan diri, apakah ia sadar dan mengetahui apa yang
dialaminya pada waktu kejang hingga ia kembali sadar dari kejang nya dan
kemudian bangun ? Apakah orang yang mengalami epilepsi itu kemudian tahu dan
sadar pada waktu ia kejang dan tidak sadarkan diri ? Apakah ia sendiri yang
menghendaki kejang itu ? Atau
mungkin ada yang berpikir kalau kejang itu dibuat buat ? Tentu tidak kan ?
Seringkali, orang yang mengalami kejang umum tidak akan ingat apa apa tentang
hal itu, dan dia pun tidak akan bisa untuk menggambarkan
simptom atau gejala.
Hal
yang sama juga terjadi pada orang yang mengalami skizofrenia. Orang yang
mengalami skizofrenia pasti telah mengalami fase aktif dimana ia kehilangan
kesadaran nya (pingsan, tidak sadarkan diri) dalam beberapa minggu. Apakah
kondisi ini lalu membuat perbuatan selanjutnya dari orang tersebut menjadi
tidak benar ? Ini merupakan fase aktif dari skizofrenia, dimana pasien akan
kehilangan kesadaran dalam beberapa minggu. Dalam hal ini, bagaimana kemudian
kita bisa menyimpulkan nya ? Karena jika kita dalam fase aktif dan mengalami
syok sehingga tak sadarkan diri, maka hal itu adalah di luar kemauan kita dan
bukan karena kesengajaan. Seperti orang dengan epilepsi yang saya ceritakan
tadi, dimana kejang nya itu adalah hal yang tak diinginkan nya.
Setelah
mengalami fase itu, biasanya hati orang dengan skizofrenia akan menjadi hati
yang perasa dan sensitif terhadap sesuatu hal. Hal lain yang saya
sampaikan disini adalah soal ketulusan penderita skizofrenia.
Saya pernah menjumpai seorang penderita skizofrenia yang bisa saya cerminkan
dari perbuatan nya adalah orang yang tulus. Biasanya, setelah mengalami fase
fase skizofrenia, seorang dengan skizofrenia bisa memancarkan ketulusan dalam
setiap perbuatan nya. Perjalanan mengantarnya pada banyak hal, dan ia
senantiasa mengupayakan
setiap hari dipenuhi ketulusan dan kebaikan. Meskipun dalam perjalanan nya
selalu menjadi pembelajaran baru bagi dirinya. Meskipun ia pernah gagal berkali
kali, dalam hal apapun, namun ia terus berjuang untuk bangkit. Mengubah
hidupnya. Hal itulah yang harusnya dijadikan pelajaran oleh ODS lain. Bagaimana
setelah perjalanan hidup yang telah mewarnai kehidupan nya, seorang penderita
skizofrenia mampu memperbaiki kehidupan nya, bangkit dari kegagalan, kemudian
menunjukkan ketulusan hati dan bening hati dari seorang skizofrenia.
Salam...
Kurnia,
seorang yang ingin selalu belajar dari cobaan.
PROTAP UNTUK KESEMBUHAN
Jika
kita berbicara tentang skizofrenia, maka yang ada di dalam pikiran kita mungkin
adalah sebuah gangguan atau penyakit yang kronis dan susah untuk ditangani.
Memang skizofrenia selama ini dikenal sebagai sebuah gangguan mental yang
kronis dan sangat mengganggu kehidupan penderitanya. Penderita skizofrenia
biasanya diasosiasikan dengan para pengidap gangguan mental yang cukup parah
yang mengalami deteriorasi mental atau kemunduran mental yang cukup serius.
Para penderita gangguan skizofrenia ini biasanya memang sudah dalam taraf sulit
untuk membedakan antara delusi dan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Oleh
karena itu tilik diri dan pemahaman diri akan gangguan yang sedang dialami oleh
penderita skizofrenia biasanya sangat minim dan penderita biasanya tidak
mengetahui yang sebenarnya bahwa dirinya sebenarnya sedang menderita sebuah
gangguan mental yang kronis. Menurut literatur literatur medis, skizofrenia
terjadi akibat ketidakseimbangan neurotransmitter yaitu dopamine dan serotonin
yang terjadi pada otak manusia. Karena ketidakseimbangan neurotransmitter
itulah, maka penderita sulit untuk benar benar merasakan kenyataan dan delusi
yang terjadi di dalam pikirannya. Oleh karena itu, hal pertama yang sebenarnya
harus dilakukan oleh seorang penderita skizofrenia atau gangguan mental lainnya
adalah mereka harus tahu mengenai kondisi penyakitnya itu sendiri. Mereka harus
belajar dan mencari info lebih banyak mengenai penyakit skizofrenia yang mereka
derita. Dengan belajar mengenai skizofrenia itulah, maka kita diharapkan dapat
mengenal diri kita sendiri dan belajar untuk memanage pikiran kita.
Jika
kita berbicara tentang diagnosis skizofrenia, biasanya yang langsung terbayang
dalam otak kita adalah ketakutan dan kecemasan yang timbul akibat mengalami
skizofrenia. Otak kita seakan akan langsung “sadar” dan tahu bahwa kita akan
mengalami penyakit yang buruk dan sesuatu yang buruk akan terjadi. Hal itu
adalah reaksi awal orang yang pertama kali tahu atau mendengar bahwa dirinya
mengalami skizofrenia. Biasanya reaksi itu pertama kali timbul ketika kita
mendapat diagnosis langsung dari psikiater bahwa kita mengalami skizofrenia.
Reaksi ini adalah normal dan biasa terjadi pada awal kita pertama kali
mengetahui bahwa diri kita mengalami skizofrenia. Hal ini juga terjadi pada
diri saya. Saya yang awalnya mengalami blank
dan tidak sadarkan diri selama beberapa minggu di rumah sakit akhirnya setelah
beberapa minggu kemudian baru bisa sadar dan menjalani rawat jalan dari dokter.
Setelah beberapa bulan menjalani rawat jalan di rumah sakit dan harus
mengkonsumsi obat dari dokter, maka akhirnya saya tahu dari lembar penjelasan
diagnosis yang tertera pada kartu rawat jalan saya bahwa saya menderita
skizofrenia. Lembar diagnosis yang menyatakan bahwa saya menderita skizofrenia
dan harus mengkonsumsi obat dari psikiater awalnya membuat saya menjadi down, takut dan cemas. Apalagi waktu itu
saya masih belum tahu tentang penyakit skizofrenia ini. Dulu saya mengira bahwa
skizofrenia adalah penyakit yang sangat parah. Seperti penyakit multiple
sclerosis atau stroke. Dulu juga rasa cemas saya sangat mendominasi kehidupan
saya sehingga waktu itu saya sempat dilanda ketakutan dan kecemasan tentang
hidup saya. Reaksi saya ketika itu adalah cenderung menolak diagnosis itu. Saya
tidak percaya dan tidak menerima hasil diagnosis yang dokter berikan kepada
saya ketika itu. Tapi tenanglah, dalam fase ini, rasa takut, cemas dan khawatir
memang ada. Tapi tidak berlanjut seterusnya. Fase ini akan berubah menjadi fase
adaptasi dan mulai memahami tentang diri kita dan penyakit kita.
Setelah
mengetahui tentang diagnosis saya, yakni skizofrenia, akhirnya saya langsung
mencari tahu perihal penyakit saya ini. Kemajuan teknologi dan informasi akhir
akhir ini memang memudahkan seseorang untuk mengetahui lebih banyak informasi
dari media internet. Oleh karena itu, maka saya langsung browsing dan mencari tahu lebih banyak tentang penyakit saya ini di
internet. Dari penjelasan di internet itulah baru kemudian saya mengerti lebih
jelas tentang penyakit ini dan mulai memahami dan menerima diri saya apa
adanya. Saya kemudian menjadi lebih nrimo
tentang takdir dan ketetapan dari Tuhan ini. Dari penjelasan di internet
itu, saya mengetahui bahwa skizofrenia terjadi akibat ketidakseimbangan
neurotransmitter di dalam otak. Penyakit ini juga merupakan penyakit mental
yang cukup parah. Orang yang mengalami penyakit ini akan mengalami deteriorasi
atau kemunduran mental di dalam kehidupannya. Gejala gejala dari penyakit ini
dapat diketahui dari adanya waham atau delusi yang sering muncul pada
penderita. Delusi adalah keyakinan yang keliru yang terjadi pada penderita
skizofrenia. Misalnya menganggap bahwa dirinya sedang dicari alien atau dapat
berkomunikasi dengan televisi. Jadi dalam hal ini, penderita tidak dapat
membedakan antara realitas dengan delusi. Namun setelah akhirnya saya
mempelajari lebih banyak mengenai penyakit saya ini, maka saya dapat lebih
memahami dan menerima keadaan diri saya yang sebenarnya. Saya menjadi lebih
memahami dan belajar untuk menerima diri ini apa adanya.
Hal
berikutnya yang paling penting adalah beribadah kepada Tuhan. Kita sebagai
manusia yang beriman dan bertakwa tentu harus lebih meningkatkan takwa kita
dengan cara beribadah kepada Allah. Ibadah adalah kunci penyembuhan bagi para
penderita gangguan skizofrenia dan gangguan mental lainnya. Dengan beribadah
maka kita tentu akan dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, yang berarti bahwa
kita bisa mendapat jalan untuk penyembuhan diri kita dan pemulihan jiwa. Bagi
yang muslim, shalat 5 waktu adalah kewajiban diri kita sebagai seorang muslim.
Selain itu, kita juga menjalankan ibadah ibadah yang lain seperti berdzikir dan
membaca Al Quran. Dengan membaca Al Quran, maka hati kita akan tenang. Al Quran
juga adalah sebagai penawar dan pengobat bagi hati yang sakit. Dengan membaca
Al Quran, maka kita akan mendapat pahala dan semakin mendekatkan diri kita
kepada Allah SWT.
Hal
berikutnya yang juga harus dimiliki oleh seorang penderita skizofrenia adalah
kepercayaan diri dan mental yang baik. Seorang penderita skizofrenia harus
memiliki kepercayaan diri bahwa dirinya dapat melakukan yang terbaik bagi
dirinya, keluarga, agama dan bangsa. Meskipun kita menderita skizofrenia, namun
tidak menghalangi diri kita untuk dapat memberi manfaat kepada lingkungan
tempat kita tinggal. Kita harus dapat membuktikannya dengan meraih prestasi di
dalam kehidupan kita. Kita harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan rasa
untuk berprestasi. Kita harus memiliki keyakinan bahwa diri kita sama dengan
orang yang lain, kalau orang lain bisa mendapatkan kesuksesan di dalam karir
atau akademiknya, maka kita juga bisa melakukannya. Skizofrenia bukan halangan
bagi kita untuk maju dan menuju kehidupan yang lebih baik. Malah, skizofrenia
adalah batu loncatan bagi kita untuk dapat meraih hidup yang lebih tertata dan
lebih baik. Pada intinya, kita harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan
mental yang baik. Kita harus menata mental kita agar kita dapat mengarungi
kehidupan ini dengan lebih baik lagi.
Hal
selanjutnya yang juga harus dimiliki oleh seorang penderita skizofrenia adalah
keyakinan yang kuat untuk sembuh dan memiliki harapan (hope) untuk kehidupan
yang akan datang. Kita sebagai penderita skizofrenia harus memiliki keyakinan
yang kuat untuk sembuh dan dapat beraktifitas kembali dengan normal. Kita harus
memiliki keyakinan bahwa kita bisa sembuh dan dapat normal kembali. Dengan
adanya keyakinan ini, maka kita dapat lebih memiliki daya untuk dapat menata
hidup kita agar hidup kita lebih berarti bagi diri kita dan lingkungan kita.
Selain
itu, hal terpenting lainnya adalah kita harus memiliki harapan bagi kehidupan
kita yang akan datang. Dengan adanya harapan, maka kita dapat terus berusaha
untuk meraih harapan kita itu. Tentunya untuk meraih harapan kita itu, kita
harus berusaha dengan optimal agar kita dapat meraih harapan kita itu. Dengan
memiliki harapan, maka ada jalan bagi kesembuhan kita. Kita dapat menumbuhkan
rasa kepercayaan diri dan optimisme bagi kita yang tentunya baik untuk
perkembangan jiwa kita.
Selain
menjalani 4 langkah pemulihan diatas dan memiliki rasa kepercayaan diri dan
harapan, maka kita sebagai penderita skizofrenia juga harus mengikuti PROTAP
(prosedur tetap) untuk kesembuhan kita. Protap yang pertama yang harus kita
jalani adalah beribadah kepada Allah SWT. Kita harus beribadah dengan khusyuk
dan senantiasa berdoa untuk kesembuhan kita. Itu adalah protap pertama dan
langkah pertama yang harus dijalani untuk kehidupan kita. Banyak berdzikir dan
membaca Al Quran adalah kunci untuk penyembuhan kita. Karena Al Quran adalah
penawar dan pengobat bagi hati yang sakit. Ibadah adalah protap pertama dan
kunci untuk protap lainnya yang akan saya kemukakan dibawah ini.
Dibawah
ini saya akan memberikan PROTAP dan langkah langkah praktis di dalam menjalani
pemulihan gangguan mental skizofrenia. Langkah langkah dibawah ini sangat mudah
dijalani dan sangat berperan penting untuk kesembuhan kita. Langkah langkah ini
juga merupakan kiat kiat praktis dan terapi untuk penyembuhan gangguan mental
skizofrenia.
Bekal yang harus kita
miliki sebelum menjalani PROTAP ini adalah keyakinan diri yang kuat untuk
sembuh. Dengan keyakinan yang kuat untuk sembuh dan menjalani pemulihan untuk
perkembangan jiwa kita, maka kita akan dapat dengan enjoy menjalani PROTAP ini dan menata mental kita untuk dapat hidup
lebih baik. Langkah selanjutnya dan bekal yang harus kita jalani adalah kita
harus berdoa kepada Allah SWT agar kita dapat diberikan kesembuhan oleh Allah.
Karena Allah lah yang Maha Menyembuhkan Segala Penyakit. Maka kita harus
memulai PROTAP ini dengan cara berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesembuhan
dan kekuatan untuk menjalani hidup dengan lebih baik lagi.
Untuk
selanjutnya, saya akan memberikan langkah langkah menuju pemulihan ini. Langkah
langkah ini berisi kiat kiat dan saran saran praktis untuk pemulihan. Langkah
langkah ini saya beri nama “PROTAP Untuk Kesembuhan”.
Berikut
adalah PROTAP UNTUK KESEMBUHAN tersebut.
PROTAP UNTUK KESEMBUHAN
1.) Beribadah kepada
Tuhan
2.) Kenali potensi kita
3.) Jangan gampang
salahkan dirimu
4.) Jangan takut dengan
kegagalan
5.) Percaya dan yakin
kepada kekuatan dirimu
6.) Ambil hikmah di
dalam setiap cobaan
7.) Baca buku buku yang
inspiratif dan berguna
8.) Jalani hidup yang
sehat
9.) Lakukan kegiatan
yang bermanfaat
10.) Bersosialisasi
dengan masyarakat
Itulah
langkah langkah kita untuk menuju pemulihan dan kesembuhan diri kita. Kita
harus menjalankan prinsip prinsip diatas agar kita dapat menuju hidup yang
lebih baik. Kita harus mulai menjalankannya dengan niat dan keyakinan yang
tulus dari dalam hati kita. Kita harus berniat melakukannya untuk
pemulihan jiwa kita dan agar hidup kita
lebih berkualitas. Kita juga harus
memiliki keyakinan yang kuat untuk sembuh dan memiliki harapan harapan untuk
kita wujudkan. Kita juga harus yakin kepada Allah bahwa kita bisa mewujudkan
harapan harapan dan keinginan keinginan kita itu. Selain itu, kita juga harus
bertawakkal kepada Allah agar hidup kita selalu berada dalam perlindungan Nya.
Kita
harus senantiasa menanamkan keyakinan, kepercayaan diri dan mental yang baik.
Justru karena kita mengidap skizofrenia, maka mental kita harus kita tata
dengan baik agar kita dapat sanggup mengarungi kehidupan yang rumit ini.
Skizofrenia bukan menjadi halangan bagi kita untuk maju. Bahkan, skizofrenia
adalah jalan dan ketetapan dari Tuhan yang harus kita terima dan harus kita
kelola sebaik mungkin sehingga dapat menjadikan diri kita memiliki keunikan dan
kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang orang yang sehat.
Kita
harus menanamkan kepercayaan diri dan mental yang baik di dalam kehidupan kita.
Karena itu adalah sarana bagi kita untuk mencapai kesembuhan. Kita juga harus
berpikir positif (positive thinking) agar kita selalu dapat melalui hari hari
di dalam hidup kita dengan lebih ceria dan optimis. Rasa optimis itu perlu kita
bangun agar kita tidak menjadi rendah diri ketika bersosialisasi dengan orang
lain. Kita harus menunjukkan bahwa meskipun kita mengidap skizofrenia, tapi
kita adalah pribadi yang tangguh, kuat dan optimis di dalam menjalani kehidupan
kita. Kita harus buktikan bahwa kita mampu bersaing dari kehidupan karir dan
akademik dengan mereka yang tidak mengalami skizofrenia. Kita harus buktikan
meskipun kita mengalami skizofrenia, tapi kita juga memiliki perilaku dan watak
yang baik. Kita juga harus menjalani terapi agar kehidupan kita lebih baik.
Itulah langkah langkah yang harus kita lakukan agar kehidupan kita menjadi
lebih baik setelah mengidap skizofrenia. Dengan menjalani prinsip prinsip di
dalam “PROTAP Untuk Kesembuhan”, maka insya Allah hidup kita akan lebih berkualitas
dan menjadi orang yang lebih baik lagi. Amin...
PSIKIATERKU, MOTIVATORKU
Kali ini aku akan
bercerita mengenai psikiaterku. Dia adalah dokter yang pertama kali menanganiku
ketika aku mengalami gangguan jiwa skizofrenia. Dialah yang pertama kali
menangani aku ketika aku dirawat di rumah sakit karena skizofrenia. Dialah yang
menangani dan memantau kondisiku selama hampir sebulan ketika aku harus
diopname di rumah sakit akibat mengalami skizofrenia. Ketika sebulan diopname
di rumah sakit di bangsal kejiwaan, aku selama itu tidak sadar dengan kondisi
lingkunganku. Aku waktu itu mengalami amnesia total, sehingga aku pada waktu
itu dalam keadaan tidak sadar dengan lingkungan sekitarku. Ya, aku pada waktu
itu benar benar dalam kondisi tidak sadar. Mungkin aku mengalami delirium,
dalam bahasa kedokteran. Delirium adalah keadaan akut dan reversibel karena
gangguan fungsi otak; suatu jenis sindroma otak organik yang akut dengan gejala
utama kesadaran menurun, kegelisahan, kebingungan, ilusi, halusinasi dan waham,
sering juga terdapat emosi yang labil dengan kecemasan dan agitasi. Menurut
fase fase dalam skizofrenia, fase delirium ini adalah “fase aktif” skizofrenia,
dimana gejala gejala utama penyakit skizofrenia pertama kali muncul pada diri
penderitanya. Gejala gejalanya adalah penderita skizofrenia pertama kali akan
mengalami halusinasi, delusi dan kemudian akan mengalami fase delirium ini
dimana kesadaran penderita akan menurun.
Ketika dalam
keadaan ini, keluargaku segera membawaku ke rumah sakit. Aku diopname dan
menjalani pengobatan di rumah sakit. Pertama kali aku dibawa ke rumah sakit,
aku masih mengalami delusi dan pembicaraanku tidak teratur. Sesampainya di
rumah sakit, aku pertama kali diwawancarai oleh dokter tentang penyakitku,
kemudian aku disuntik obat penenang. Kemudian selama berminggu minggu setelah
itu aku mulai tidak sadar dengan kondisiku. Aku mengalami delirium, sama sekali
tidak ingat dengan lingkungan ku berada. Tidak ingat dengan dokter yang
menanganiku, tidak ingat dengan para perawat yang menjagaku, tidak ingat dengan
ruangan tempatku dirawat hingga hampir sebulan. Kupikir ini adalah gejala
gejala klinis skizofrenia. Gejala yang membuat seakan pikiran penderitanya
menjadi “terpecah” dengan dunia luar. Gejala yang membuat penderitanya seakan
teralienasi dengan dunia luar.
Ya, aku pernah
mengalami semua itu. Alhamdulillah, aku pada waktu pertama kali sakit itu
langsung ditangani oleh seorang psikiater yang baik. Selama hampir sebulan itu
aku selalu dipantau kondisinya oleh psikiater yang menanganiku saat itu. Nama
psikiater ku itu adalah dr Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ. Aku biasa memanggilnya
dokter Evy. Dokter asal Malang ini memang menjadi psikiater yang ramah bagiku.
Beliau selalu setia mendengarkan keluh kesahku. Beliau juga selalu memberikan
motivasi motivasi bagiku. Ia termasuk dokter yang ramah kepada siapapun. Beliau
juga termasuk dokter yang suka mendengarkan keluh kesah dari pasiennya dan
menjadi tempat berbagi paling baik yang pernah kukenal. Dokter Evy selalu welcome dan terbuka terhadap semua
pasiennya. Oleh karena itu semua pasiennya biasanya akan dengan mudah akrab
dengannya. Begitu juga dengan aku. Aku kerap kali diberikan motivasi dan
nasehat yang berguna. Saran saran ku juga diterima dengan baik. Ketika pertama
kali aku mempunyai ide untuk membentuk sebuah komunitas skizofrenia di Jember,
dr Evy langsung menyetujuinya. Akhirnya terbentuklah KPSI (Komunitas Peduli
Skizofrenia Indonesia) Simpul Jember. KPSI Simpul Jember adalah organisasi
cabang KPSI yang berada di Jember. Ini adalah organisasi pertama yang aku
bentuk yang bertujuan sebagai tempat berbagi antar penderita skizofrenia yang
berada di Jember dan sekitarnya. Karena ingin membentuk simpul KPSI, pertama
kali aku berdiskusi dengan mas Bagus Utomo, Ketua KPSI Pusat. Kepada mas Bagus
aku meminta izin untuk membuat simpul di kotaku. Mas Bagus akhirnya
menyetujuinya, kemudian menyarankan aku agar aku juga bekerjasama dengan
profesional medis (psikiater) yang ada di kotaku. Kemudian setelah itu aku pun
menemui dr Evy dan mengutarakan ideku untuk membuat cabang KPSI di Jember.
Akhirnya dr Evy pun menyetujuinya. Itulah sejarah pendirian KPSI Simpul Jember.
Itulah cerita
mengenai psikiaterku. Psikiater yang dengan baik hati mau mendengar segala
curhatku. Psikiater yang selalu memberikan motivasi buatku. Sekarang kami
bekerja bersama sama membina KPSI Simpul Jember. Semoga organisasi ini dapat
berkembang dengan baik. Amin...
HOSPITAL
WITHOUT WALL

Konsep Hospital Without Wall
atau Rumah Sakit Tanpa Dinding ini pertama kali digagas pada tahun 1950 di
pusat kesehatan (health centre) di Palmares, Provinsi Alajuela di Costa Rica
untuk mengubah sistem lama “rumah sakit tertutup” menjadi rumah sakit yang
lebih terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Pada akhirnya Pusat
Kesehatan Palmares menjadikan nya sebuah gerakan sosial. Akhirnya gerakan ini
tidak hanya dijalankan di Palmares, tetapi juga meluas pada 4 daerah lain yang
berlokasi di Provinsi Alajuela yakni : San Ramon, Alfaro Ruiz, Naranjo dan
Valverde Vega. Program ini di dukung oleh pemerintah setempat hingga akhirnya
menjadi gerakan nasional hingga turut mempengaruhi dunia internasional.
Sementara
di Boston, Amerika Serikat, gerakan Hospital Without Wall juga dicontoh
pemerintah setempat untuk penanganan pada pasien skizofrenia dan bipolar.
Sementara itu, di Indonesia sendiri konsep Hospital Without Wall ini juga
diterapkan secara konsisten oleh Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI).
Dimana KPSI bekerjasama dengan Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS) dalam
menyelenggarakan pameran lukisan Orang Dengan Masalah Kejiwaan di Taman Ismail
Marzuki, Jakarta.
Tujuan
utama dari Hospital Without Wall sebenarnya adalah untuk membuka akses sistem
kesehatan rumah sakit kepada masyarakat luas. Sedang konsep Hospital Without
Wall yang dilakukan KPSI bertujuan sebagai alat rehabilitasi bagi penderita
skizofrenia sehingga para penderita skizofrenia dapat menjalani pemulihan dan
dapat kembali berfungsi di masyarakat. Tujuan nya agar para penderita dapat
kembali beraktifitas seperti biasa.
Manifestasi
dari konsep ini di KPSI sendiri sudah dijalankan dengan konsisten, hal ini
dapat dilihat dari kegiatan kegiatan yang dilaksanakan seperti pertemuan kopi
darat (kopdar) yang diadakan di setiap simpul KPSI. Begitu pula dengan diadakannya penyuluhan tentang skizofrenia dan seminar
bagi caregiver. Kegiatan kegiatan tersebut dapat bermanfaat bagi penderita
skizofrenia agar dapat kembali berorganisasi dan berkarya.
Saya
sendiri juga merasakan manfaat dari konsep ini. Saya jadi bisa belajar
bersosialisasi lagi dengan masyarakat dan kepercayaan diri saya pun meningkat.
Saya pun kemudian menerapkan nya juga di KPSI Simpul Jember, kota tempat saya
tinggal. Di simpul ini, saya menjadi koordinator bersama dengan Mbak Resa,
salah seorang caregiver.
Di
sini saya ingin agar dapat mengumpulkan para penderita skizofrenia agar posisi
tawar kita menjadi lebih baik di masyarakat. Kemudian ada kopdar yang rutin
dilakukan dan program dan agenda lain yang insya Allah akan segera kami
wujudkan. Tentunya kami sebagai koordinator dan anggota KPSI Jember ingin
memasyarakatkan tentang skizofrenia dan menghapus stigma yang ada. Kami ingin
masyarakat menjadi aware terhadap
permasalahan ini dan para penderita skizofrenia di Jember bisa mendapatkan
akses untuk mencari tahu lebih banyak tentang penyakit yang mereka alami. Saya
berharap semoga konsep Hospital Without Wall ini bisa berhasil dilakukan di
setiap simpul dan juga dapat diterapkan untuk penderita penyakit lain. Semoga.
LAPORAN
PANDANGAN MATA KOPDAR 1 KPSI SIMPUL JEMBER
Alhamdulillah, puji
syukur kepada Tuhan, akhirnya Kopdar KPSI (Komunitas
Peduli Skizofrenia Indonesia) Simpul Jember yang
pertama telah selesai dilaksanakan. Acara kopdar kali ini berlangsung spesial,
selain dihadiri oleh dr Evy Justina, Sp.KJ juga dihadiri oleh dosen dan
mahasiswa mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah (Unmuh)
Jember. Ada Bu Istiqomah selaku Dosen di Unmuh Jember yang bersedia meluangkan
waktunya bersama para mahasiswa nya untuk turut menghadiri kopdar pertama ini.
Saya
bersama mbak Resa selaku koordinator yang pertama kali hadir di acara. Kami
berdua memang sudah janjian untuk datang lebih awal sebelum acara dimulai. Saya
berangkat pada jam 08.30 pagi. Saya pun langsung menuju Poli Psikiatri RSD dr
Soebandi. Sementara tak lama kemudian, mbak Resa pun datang. Kami pun langsung
berdiskusi dan membahas persiapan acara yang akan dimulai 1 jam kemudian. Kami
pun saling cerita tentang pengalaman kami menghadapi skizofrenia. Aku cerita
tentang pengalaman ku terkena skizofrenia pada saat aku masih kelas 3 SMA.
Waktu itu aku terkena skizofrenia pada tahun 2007. Waktu itu aku terkena
skizofrenia ketika telah selesai mengerjakan soal UAN dan ujian sekolah. Mbak
Resa sebagai caregiver juga bercerita tentang pengalaman nya dalam merawat
anggota keluarganya yang terkena skizofrenia.
Setelah
agak lama kami saling berdiskusi dan bercerita, kami pun langsung menemui dr
Evy untuk membahas lebih jauh tentang persiapan kopdar yang akan dimulai.
Setelah itu, oleh dr Evy, kami diperkenalkan dengan Bu Istiqomah, beliau adalah
dosen di Unmuh Jember. Kami juga dikenalkan dengan mas Taufik dan teman teman
mahasiswa lain dari Fakultas Psikologi Unmuh. Kemudian waktu berjalan, detik
detik acara kopdar pun semakin dekat. Setelah itu kami juga dikenalkan kepada
pengunjung poli psikiatri lain yang juga telah hadir di acara. Ternyata peserta
yang hadir sudah ada juga yang sudah hadir di lokasi acara.
Kemudian
tak lama setelah itu, datang lah Mas Muhammad Abadi. Mas Abadi datang langsung
dari Banyuwangi. Mas Abadi datang ditemani keluarga nya dan teman nya. Kemudian
setelah itu yang datang adalah mbak Ratna Kusuma, mas Sigit yang datang bersama
istrinya dan para pengunjung lain. Jumlah peserta yang hadir kira kira ada 20
orang lebih.
Kopdar
dibuka dengan perkenalan masing masing peserta yang hadir. Kami akhirnya bisa
saling berkenalan dan mengetahui masing masing anggota. Mas Abadi yang datang
bersama ayahnya menceritakan pengalaman nya menghadapi skizofrenia. Kemudian
ada Mas Rahman, salah seorang penderita skizofrenia yang juga datang bersama
keluarganya. Ia bercerita tentang bagaimana ia menghadapi waham waham. Kemudian juga ada mbak Farida
yang bercerita pengalamannya menghadapi skizofrenia.
Para
peserta pun semakin antusias dalam mendengarkan pengalaman pengalaman dari para
penderita ataupun caregiver. Di tengah acara, dr Evy juga memberikan informasi
informasi mengenai skizofrenia. Tentang apa itu skizofrenia dan bagaimana cara
hidup dengan nya. dr Evy menjelaskan tentang karakteristik karakteristik
skizofrenia dan penjelasannya. dr Evy mengatakan bahwa skizofrenia dapat
disembuhkan. Kemudian dr Evy juga bercerita tentang pengalaman pengalaman orang
orang yang berhasil sembuh dari skizofrenia dan sekarang telah melanjutkan
kehidupannya kembali.
Kemudian
ada sesi tanya jawab. Banyak peserta yang antusias bertanya. Sesi ini juga
diisi testimoni dan tanggapan dari para peserta. Mas Sigit yang hadir bersama
istrinya juga bercerita tentang pengalaman nya hidup dengan skizofrenia,
tentang bagaimana menghadapi nya, disitu mas Sigit juga bercerita bahwa ia
tetap berusaha berpikir positif dan senantiasa melakukan hal hal yang positif
dalam kehidupan nya.
Peserta
lain juga banyak yang bercerita. Diantaranya seorang bapak yang bercerita
tentang pengalaman nya. Ada juga Ayah dari Mas Abadi yang juga bercerita
tentang pengalaman nya tentang kehidupan mas Abadi selama menderita
skizofrenia. Juga pengalaman dari sepasang suami istri, dimana sang istri yang
menderita skizofrenia menceritakan pengalaman nya. Kami, para penderita
skizofrenia dan para caregiver pun akhirnya bisa tahu tentang penyakit ini
lebih jauh. Dan masing masing peserta akhirnya mendapat poin bahwa mereka tidak
sendiri. We are not alone. Disini
kita sama sama bangkit dan berjuang menghadapi skizofrenia. Disini kita
buktikan kalau kita mampu bangkit.
Akhirnya,
ketika jam menunjukkan jam 12.00, akhirnya kopdar kita pun harus berakhir. Tapi
dari kopdar itu kami bisa mengambil poin poin penting, yakni penderita
skizofrenia harus tetap melaksanakan kegiatan positif dan harus ada dukungan
dari keluarga penderita. Karena dengan dukungan yang baik dari keluarga dan
pasien itu sendiri, maka hidup kita akan menjadi lebih positif dan bermakna.
Akhirnya,
kopdar pun diakhiri dan kami sepakat akan ada pertemuan rutin untuk pertemuan
berikutnya. Sehingga persahabatan kami akan makin akrab lagi. Semoga ke depan
KPSI Simpul Jember juga dapat meluaskan jangkauan kepada para penderita
skizofrenia yang tersebar di seluruh Jember dan kota kota lain. Juga semoga
setelah ini kami bisa juga bekerjasama dengan dinas dinas terkait tentang
program yang akan kami laksanakan.
CARA
CARA PEMULIHAN UNTUK SKIZOFRENIA
Berikut
ini cara cara untuk pemulihan diri bagi penderita ODMK (Orang Dengan Masalah
Kejiwaan), seperti skizofrenia dan bipolar. Langkah ini juga dapat diterapkan
bagi penderita ADHD, autisme dan Sindrom Asperger. Usaha yang pertama tentu
bertakwa dan meningkatkan iman kita dengan cara beribadah kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Bagi yang muslim, perbanyaklah dzikir dan membaca Al Quran dan juga
positif thinking. Berikut tips tips nya :
1.) Cari info dan pengetahuan mengenai penyakit
anda
Ketika anda didiagnosis suatu penyakit, maka
sesudah itu anda harus mencari tahu informasi yang berguna tentang penyakit
anda. Anda harus tahu secara persis mengenai penyakit anda dan teknik teknik
untuk menyembuhkannya. Anda harus memulihkan kesehatan anda segera. Dengan
pengobatan yang tepat, maka kemungkinan penyembuhan anda akan semakin besar.
2.) Manfaatkan kelompok rekan / komunitas
pendukung
Langkah kedua, adalah memanfaatkan kelompok
rekan. Kelompok rekan disini adalah orang orang yang juga mengalami penyakit
yang sama dengan anda. Dengan memanfaatkan kelompok rekan, maka disini anda
dapat belajar bersama sama dengan mereka. Dengan membuat kelompok rekan, maka
kita dapat berdiskusi bersama dan saling berbagi pengalaman kita tentang
penyakit yang kita alami. Selain itu, di kelompok ini kita bisa mengungkapkan
perasaan kita kepada teman satu kelompok. Di tim ini kita bisa berbagi dan
saling memberikan semangat dan inspirasi buat kita agar dapat kembali sembuh.
3.) Tekuni keterampilan hidup (life skill)
Ketika anda didiagnosis penyakit, maka langkah
berikutnya adalah mempelajari keterampilan hidup (life skill). Kita harus
mempelajari keterampilan sebagai bekal kita dalam hidup. Bekal keterampilan
adalah bekal kita untuk menjadi lebih maju. Keterampilan dapat di sesuaikan
dengan minat dan bakat anda. Keterampilan keterampilan itu dapat berupa :
a.) Keterampilan bahasa Inggris
Dengan kursus bahasa Inggris, anda dapat
melatih kemampuan bahasa Inggris anda. Dengan demikian, jika anda sudah mahir
maka anda dapat memberi les privat atau menjadi penerjemah lepas (freelance translator). Jika menjadi penerjemah lepas, maka anda pun dapat
menerjemahkan buku buku terbitan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Buku
buku yang anda terjemahkan boleh dari bidang atau minat yang anda kuasai
sehingga anda akan lebih nyaman menerjemahkannya.
b.) Keterampilan komputer
Anda juga bisa memanfaatkan keterampilan komputer
untuk bekal anda ke depan. Anda bisa mulai dengan mempelajari Microsoft Office
: Microsoft Word, Excell dan Powerpoint.
c.) Desain Grafis
Anda juga bisa belajar desain grafis seperti
Adobe Photoshop dan Corel Draw untuk melatih kemampuan anda di bidang desain.
d.) Fotografi
Dengan belajar fotografi, maka anda bisa
belajar tentang teknik teknik foto yang baik. Keterampilan ini dapat juga anda
pergunakan sebagai profesi.
e.) Menulis
Kita juga bisa menulis untuk menyatakan opini
dan pendapat kita. Kemampuan menulis ini harus terus kita perdalam. Dengan
menulis, kita dapat mengekspresikan diri kita. Menulis juga dapat meningkatkan
fungsi kognitif kita. Banyak sekali penderita ODMK yang menulis, antara lain
mas Tarjum Sahmad yang telah menghasilkan buku. Untuk penderita autis, ada juga
yang menghasilkan buku yaitu Oscar Yura Dompas.
f.) Mengetik
Kita dapat belajar tentang teknik mengetik
dengan menggunakan sepuluh jari. Dengan menguasai teknik mengetik sepuluh jari,
maka kita akan lebih lancar di dalam mengetik dan mengerjakan pekerjaan
kantoran. Tentunya jika kita dapat menguasai teknik ini, mengetik dokumen di
Microsoft Word akan menjadi lebih mudah dan mengasyikkan. Saya pun juga adalah
termasuk orang orang yang memiliki kemampuan mengetik 10 jari ini. Pertama kali
saya mengetahui teknik ini adalah ketika saya masih duduk di bangku SMP. Ketika
itu, mengetik adalah salah satu pelajaran yang harus diikuti siswa di sekolah
kami. Untuk memperdalam kemampuan saya mengetik, maka saya juga mengikuti
kursus mengetik sepuluh jari sehingga kemampuan saya dapat lebih bagus.
g.) Menyulam dan Menjahit
Untuk wanita, keterampilan menjahit juga
disarankan. Dengan memiliki bekal kemampuan menjahit, maka anda akan dapat
mempunyai hobi dan dapat menyalurkan kemampuan anda untuk menjahit. Menjahit
juga lambat laun bisa dijadikan profesi anda seiring kemampuan menjahit anda
yang semakin baik. Menyulam juga disarankan, terutama untuk mengisi waktu luang
anda menjadi kegiatan yang lebih bermanfaat.
4.) Tekuni hobi dan olahraga
Tekuni hobi yang anda sukai, seperti
menggambar, melukis atau menari. Dengan menekuni hobi, anda dapat memperdalam
keterampilan anda. Anda barangkali juga bisa mempunyai hobi memelihara hewan
peliharaan atau berkebun. Olahraga juga disarankan untuk membuat badan kita
menjadi sehat. Tidak usah olahraga yang berat berat. Jalan kaki, senam dan
bersepeda dapat menjadi pilihan. Dengan berolahraga, kita akan menjadi sehat
dan hidup kita akan berkualitas.
Itulah
bekal kita dalam hidup. Sesama penderita ODMK harus semangat dalam hidup. Kita
tidak boleh menyerah. Kita tetap harus saling mendukung satu sama lain. Tuhan
bersama kita. Dengan menjalankan tips tadi semoga kita dapat tetap berkarya.
Kita harus mampu berjuang menghadapi penyakit kita. Tak ada halangan bagi kita,
baik itu skizofrenia, bipolar, ADHD, Sindrom Tourette, Autism, Sindrom Asperger
untuk maju. Dengan beriman kepada Allah, tunjukkan bahwa KITA ODMK, KITA MAMPU
!!!
MENGENAL
LEBIH JAUH GANGGUAN KECEMASAN
Anxiety atau gangguan
kecemasan adalah keadaan mental yang mengarah ke kecemasan yang tidak rasional dan tidak jelas penyebabnya atas berbagai kegiatan
dan peristiwa.
Siapa saja yang bisa
mengalami anxiety ?
Gangguan kecemasan
(anxiety) adalah kondisi umum yang sering berjalan dalam keluarga dan mungkin
disebabkan oleh stres. Golongan yang
paling rentan terkena gangguan kecemasan adalah anak anak, yang sering
menghadapi berbagai macam jenis kecemasan, antara lain kecemasan akan
perpisahan, kecemasan pada pelajaran di sekolah atau kecemasan beradaptasi
dengan lingkungan baru, tetapi telah diketahui bahwa wanita
lebih rentan terhadap kondisi ini dibandingkan laki-laki.
Apakah gejala gejala
anxiety ?
Anxiety ditandai dengan
kekhawatiran tidak realistis yang konstan atau ketegangan bahkan jika ada
sedikit penyebab atau bahkan tidak ada penyebab. Kekhawatiran itu berganti
ganti dari satu masalah ke masalah lain seperti keluarga, pekerjaan, kesehatan,
keuangan dan lain sebagainya. Kekhawatiran itu seringkali sulit untuk dikontrol
dan mungkin dapat membuat pasien menjadi sangat tertekan. Gejala kecemasan itu seringkali juga diikuti dengan
gejala ketakutan atau kekalutan yang irasional terhadap berbagai peristiwa.
Apakah penyebab anxiety ?
Kadang-kadang kekhawatiran
mungkin berasal dari benda-benda tertentu atau keadaan tertentu. Gangguan kecemasan
mencakup berbagai subtipe gangguan mental. Kecemasan sendiri mungkin merupakan
gejala dari masing-masing kondisi ini.
- Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety
disorders) - Ditandai dengan kekhawatiran dan ketegangan yang tidak perlu dan
non-spesifik. Ini adalah jenis gangguan
kecemasan yang paling sering diderita oleh penderita penyakit mental.
- Fobia sederhana - Di sini kecemasan
yang berlebihan disebabkan oleh benda-benda tertentu (misalnya takut ruang
tertutup seperti lift, takut di tempat keramaian dan lain sebagainya).
- Gangguan obsesif kompulsif (OCD) -
Pasien memiliki obsesi yang mungkin berulang, ide pikiran yang mengganggu,
pikiran atau sensasi yang mengarah ke suatu keharusan atau ritual harian.
Misalnya mengulang mencuci tangan karena takut kuman.
- Gangguan panik - Pasien mendapatkan
serangan tiba-tiba dari ketakutan dan kecemasan tanpa sebab atau peringatan
sebelumnya.
- Gangguan stres post-traumatis (PTSD) -
Ini adalah kecemasan yang disebabkan lama setelah orang tersebut telah melalui
pengalaman yang memilukan atau trauma.
Ini adalah gangguan umum di antara orang yang selamat dari bencana alam atau
perang.
- Gangguan kecemasan sosial (social
anxiety disorder) - Juga dikenal sebagai fobia sosial ini termasuk kekhawatiran
tentang menghadapi situasi sosial sehari-hari.
Apakah anxiety dapat sembuh ?
Beberapa
gangguan anxiety yang paling umum diderita seperti gangguan kecemasan umum dan
gangguan panik dapat sembuh secara total. Sedangkan sebagian lainnya seperti
gangguan stres post-traumatis dan fobia sederhana kerap kali harus membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk sembuh. Sedangkan sebagian gangguan lainnya
biasanya bisa dikendalikan dengan penuh oleh penderita.
Anxiety
adalah gangguan kecemasan yang umum terjadi dan merupakan kondisi psikiatrik
yang umum. Gangguan kecemasan sosial mempengaruhi hampir 13% orang dari
populasi. Sementara OCD ditemukan dalam 2,5%
dari populasi. Oleh karena itu kita harus peduli pada kondisi ini. Ajaklah
orang yang mengalami gangguan ini untuk ikut dalam kegiatan kegiatan dan
aktifitas harian. Libatkanlah mereka dalam aktifitas dan kegiatan sosial. Beri
mereka dukungan agar mereka dapat kembali pulih dan bisa kembali menjalani
hidup yang optimal. Yakinkan bahwa mereka bisa kembali pulih dan sehat seperti
sediakala. Dukungan anda penting untuk kehidupan mereka. Mari terus mengedukasi
tentang kesehatan mental yang baik untuk diri kita dan masyarakat agar tercipta
masyarakat yang sehat dan harmonis dan dapat membangun lingkungan kita menjadi
lebih baik.
Salam Sehat Jiwa !
MENGENAL SEPARATION
ANXIETY: KECEMASAN AKAN PERPISAHAN
Kecemasan akan perpisahan (separation
anxiety) adalah bentuk kecemasan dan ketakutan anak anak untuk berpisah
dengan orang tua. Gangguan ini umumnya dialami oleh anak anak. Kecemasan akan
perpisahan terjadi karena anak takut untuk berpisah dengan orang tuanya.
Gangguan ini terjadi pada sekitar 4 % anak- anak dan remaja awal dan terjadi
lebih sering, menurut studi berbasis komunitas, pada perempuan (APA, 2000).
Biasanya gangguan kecemasan ini terjadi saat anak baru pertama kali masuk
sekolah. Di sekolah, ia ingin selalu dekat dengan ibunya. Ia tidak ingin ibu
atau orangtuanya berpisah jauh dari mereka. Mereka ingin orang tuanya selalu
ada di dekat mereka. Kecemasan akan perpisahan juga sering dialami oleh anak
anak balita yang tidak mau ditinggal oleh orang tuanya, meskipun sebentar.
Gejala gejalanya adalah anak tidak mau berpisah dengan ibunya, menangis ketika
orang tuanya hendak meninggalkannya. Fase ini umum terjadi pada anak balita,
namun dari hari ke hari biasanya perilakunya ini akan membaik seiring dengan
kesibukannya beraktifitas dan beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sebaiknya
orang tua juga harus memberikan perhatian pada kondisi ini. Anak biasanya harus
ditenangkan dan diberikan pengertian tentang kondisi ini. Jika Anda hendak
bekerja, dan anak Anda rewel dan menangis tak ingin berpisah dengan Anda, maka
Anda harus memberikan perhatian dan pengertian kepadanya. Beritahukan kepadanya
bahwa Ayah akan bekerja, sebentar lagi pasti kembali. Anak perlu diberikan
pengertian bahwa orang tuanya nanti pasti akan kembali. Selain itu, anak juga
perlu diberikan kesibukan di rumah agar dia dapat segera beradaptasi dengan
perubahan ini. Sebelum meninggalkan rumah, sebaiknya orang tua memberikan
persiapan secara bertahap kepada anaknya. Orang tua bisa memberikan pengertian
kepada anak bahwa orang tua harus bekerja, namun setelah bekerja mereka pasti
akan kembali. Hendaknya harus dilakukan kerjasama yang baik antara pasangan
suami istri tentang bagaimana mereka mengelola separation anxiety ini.
Antara pasangan harus berbagi peran di dalam memberikan edukasi yang baik bagi
anaknya. Selain itu, jiwa anak juga harus dikuatkan oleh orang tua. Mereka
harus senantiasa diajari tentang makna kesabaran. Anak harus diajari tentang
sabar ketika menunggu, bisa dengan cara dialihkan dengan permainan atau
menidurkan anak sebelumnya. Hal hal ini yang senantiasa akan teringat di memori
anak bahwa orang tua mereka pasti akan kembali. Sehingga dengan demikian mereka
juga akan lebih sabar dan mampu mengatasi gangguan kecemasan mereka.
Berikut tips tips mengelola separation anxiety
pada anak:
1. Kondisikan kepada anak jika Anda hendak
meninggalkan anak Anda. Anda tidak perlu terlalu khawatir dan membatalkan
perjalanan atau pekerjaan Anda. Anda tetap bisa meninggalkan anak Anda dengan
cara mengkondisikan tentang tujuan Anda. Beritahukan kepada anak bahwa “Ayah
harus bekerja sekarang ! Sebentar lagi pasti kembali” atau “Ibu pergi ke pasar
dulu ! Adek di sini dulu ya ! Main sama mbak !”. Jelaskan kepada anak
alasan Anda pergi dan yakinkan anak bahwa Anda pasti kembali.
2. Berikan kesibukan kepada anak. Sebelum pergi, Anda
bisa memberikan kesibukan kepada anak Anda. Misalkan, bermain dengan permainan
yang disukainya atau dengan menidurkan anak Anda sebelum anda berangkat. Dengan
memberi kesibukan lain dengan pengasuh atau anggota keluarga Anda yang lain
(kakek, nenek, kakak) maka anak Anda bisa sejenak bermain atau melakukan
kesibukan lain dan dapat beradaptasi dengan perpisahan.
3. Ajari anak tentang kesabaran. Anda bisa menanamkan
kesabaran terhadap anak Anda. Jangan takut untuk sementara berpisah dengan anak
Anda. Jangan biarkan anak terlalu terpaut dengan Anda. Biarkan anak Anda dapat
melatih dirinya untuk sabar menunggu sampai Anda pulang. Tapi yang harus
diperhatikan oleh orang tua, anak tetap harus diperhatikan kebutuhannya dan ajaklah
anak Anda bermain atau melakukan aktifitas bersama Anda jika Anda sedang
bersamanya.
4. Pasangan suami istri harus bekerjasama di dalam
mengelola separation anxiety ini. Antara pasangan suami istri harus
bersama sama merawat anak dan meyakinkan anak untuk dapat kuat di dalam
mengelola ketakutan mereka. Kerjasama yang kuat dan harmonis sangat diperlukan
bagi tumbuh kembang anak.
Selain terjadi pada anak anak, gangguan kecemasan akan
perpisahan ini juga bisa terjadi pada usia remaja dan orang dewasa. Pada
dasarnya, gangguan separation anxiety ini adalah hal yang normal dan
tidak bisa dipisahkan dari fase kehidupan manusia. Namun, jika gangguan ini
terjadi pada usia remaja atau dewasa dan gangguan nya sudah terjadi secara
terus menerus, disertai dengan gejala fisik seperti berkeringat dingin, gelisah,
berdebar debar dan kecemasan yang irasional maka hal ini harus segera
ditangani. Separation anxiety fase ini biasanya juga disertai dengan
gangguan panik (panic attack) dan keadaan mental yang tidak
stabil.
Anxiety atau kecemasan adalah bentuk kecemasan yang
tidak jelas alasannya. Kecemasan akan perpisahan (separation anxiety)
yang terjadi pasa masa remaja dan dewasa biasanya adalah fase yang rentan.
Kecemasan ini biasanya disebabkan oleh tekanan batin atau kekhawatiran secara
berlebihan terhadap perpisahan kepada orang tua. Jika gejala ini terjadi pada
anak, khususnya jika tidak berlangsung lama, maka hal ini termasuk kondisi yang
umum. Namun jika hal ini menimpa remaja, maka bisa jadi remaja itu menderita
penyakit separation anxiety disorder. Penyakit ini bukan
lagi gangguan yang biasanya terjadi pada masa kecil atau anak anak, namun telah
menjadi suatu jenis penyakit tersendiri yang termasuk ke dalam gangguan anxiety
(kecemasan), sub tipe separation anxiety disorder.
Biasanya separation anxiety yang
menimpa remaja dan orang dewasa membutuhkan penanganan ahli dan terapi
psikososial.
RAWA
SKIZOFRENIA
Saat pertama kali didiagnosis
menderita skizofrenia, hati ini serasa terkejut, kaget dan takut. Diagnosa
skizofrenia itu kali pertama saya tolak sedemikian rupa, sehingga diri saya
menjadi relatif tenang. Pertama kali mendapat diagnosis skizofrenia, hati ini
rasanya tak menentu. Ada perasaan takut, kecewa dan menolak hasil diagnosis
itu. Namun, meskipun kita telah menolaknya, toh kita tetap pernah merasakan
fase fase di dalam skizofrenia yang pernah kita lewati saat kita masih sakit
dulu. Fase skizofrenia yang saya rasakan adalah pingsan dan tidak sadarkan diri
selama beberapa minggu sehingga saya harus dirawat di bangsal psikiatri Rumah
Sakit dr Soebandi Jember.
Mengalami fase fase
skizofrenia seperti kita harus melewati sebuah rawa yang dalam yang menghalangi
jalan kita. Kita anggap saja itu adalah rawa skizofrenia. Rawa itu mewujud
berupa halusinasi dan delusi atau waham waham yang selalu menyertai perjalanan
kita selama kita mengalami skizofrenia. Untuk bisa bangkit dan menuju
kesembuhan, tentu kita harus sebisa mungkin melewati rawa itu dengan selamat.
Kita harus melewati setiap halangan nya, sebisa mungkin terus melaju melewati
rawa yang dalam itu, jangan sampai tenggelam dan kita harus bisa menuju ke
seberang. Tentu nya perjuangan itu membutuhkan perjuangan yang luar biasa dan
begitu lama. Kita tidak bisa begitu saja berhasil melewati fase fase dalam
skizofrenia, kita harus terlebih dahulu merasakan penderitaannya ketika kita
berjuang melawan delusi delusi, waham atau halusinasi yang mungkin muncul.
Untuk itu diperlukan kesabaran dan ketelatenan di dalam merawat diri sendiri
ketika gejala ini pertama kali muncul.
Walau menderita skizofrenia
bukanlah impian dan harapan kita, namun kita tetap harus ikhlas menjalaninya.
Memang adakalanya kita didera perasaan bersalah, perasaan cemas atau perasaan
takut ketika pertama kali kita menderita penyakit ini, namun dengan pemahaman
dan penerimaan yang baik terhadap penyakit ini, tentunya keluhan keluhan yang
acapkali mendera kita selama ini tentunya akan dapat berkurang. Kita harus
ikhlas dan sabar ketika kita hidup dengan kondisi ini, karena kita yakin bahwa
masih banyak orang orang di luar sana yang sedang berjuang dengan kondisi yang
sama atau bahkan lebih menderita lagi. Kita harus ikhlas dan bersyukur dengan
kondisi kita sekarang ini. Di samping itu, kita harus membekali diri kita
dengan pengetahuan seputar penyakit kita, agar kita dapat melewati rawa
skizofrenia itu dengan selamat sampai di seberang. Dan yang lebih utama adalah
selalu beribadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT, agar kita selamat di
dunia dan di akhirat. Juga dukungan dari keluarga dan sahabat sahabat terbaik
kita. Akhir kata, semoga kita dapat melewati rawa yang menghalangi jalan hidup
kita dan kita dapat berhasil melaluinya dengan selamat. Amin...
KESURUPAN, TANDA AWAL SKIZOFRENIA ?
Kita
mungkin pernah mendengar berita tentang orang yang mengalami kesurupan.
Adakalanya mungkin berita kesurupan massal para pelajar di televisi atau koran
dan berita kesurupan tunggal yang hanya menimpa 1 orang yang jamak terjadi di
sekitar kita. Fenomena kesurupan banyak terjadi di sekitar kita dan bahkan
terdapat juga fenomena kesurupan di luar negeri. Dunia barat menyebut kesurupan
dengan sebutan trance, sedangkan dunia medis menyebut kesurupan dengan
sebutan disosiasi. Fenomena
kesurupan terkadang diidentikkan dengan fenomena mistik berdasarkan kebudayaan
dan kepercayaan masyarakat setempat. Namun kali ini kita akan membahas fenomena
kesurupan dari perspektif penyandang skizofrenia. Apakah kesurupan ini
merupakan tanda tanda atau merupakan gejala awal dari skizofrenia atau gangguan
mental ataukah hanya fenomena mistik saja ?
Wikipedia menyebutkan kesurupan adalah sebuah fenomena di saat
seseorang berada di luar kendali dari pikirannya sendiri. Ada kalanya orang
yang mengalami kesurupan tidak sadar dengan kondisi dirinya sendiri. Ia sering
bertindak di luar kesadaran. Contohnya adalah sering berteriak teriak sendiri,
bicaranya kacau dan tidak terarah dan perilakunya tidak seperti biasanya.
Menurut Willy F. Maramis, seorang psikiater dalam bukunya Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa, yang disebut kesurupan itu sebenarnya adalah disosiasi,
suatu mekanisme yang sudah lama dikenal dalam psikiatri. Menurut Willy, "Orang
itu merasa bahwa di dalam dirinya ada kekuatan lain yang berdiri di samping
"aku" nya dan yang dapat menguasainya. Jadi simultan terdapat dua
kekuatan yang bekerja sendiri sendiri dan orang itu berganti ganti menjadi yang
satu dan yang lain". Menurut Willy pula, "Dalam hal ini kita
melihat suatu permulaan perpecahan kepribadian yang merupakan gejala khas bagi
skizofrenia".
Beberapa
penelitian yang dapat dijadikan bahan pendukung penjelasan tentang kesurupan
menyatakan bahwa orang kesurupan bukan dikarenakan oleh gangguan makhluk halus,
melainkan karena masalah psikis. Dari permasalahan psikis tersebut dapat
dipecah-pecah menjadi banyak kajian contohnya, faktor kelelahan, tekanan pikiran,
trauma dan banyak lagi.
Pertanyaannya
adalah, apakah kesurupan merupakan tanda awal dari skizofrenia ? Saya sendiri,
ketika awal mengalami skizofrenia pada tahun 2007, juga mengalami fenomena
kesurupan ini. Ketika itu saya tiba tiba menjadi tidak sadar dengan kondisi
diri saya sendiri, kemudian mulai mengalami kesurupan. Saya ketika itu menjadi
tidak bisa mengontrol diri dan perilaku saya. Saya memang "sadar"
dengan keadaan ketika kesurupan itu, kejadian kejadiannya masih saya ingat,
namun sebenarnya ketika itu saya tidak dapat mengontrol diri dan perilaku saya
saat itu. Saya menjadi kehilangan kendali atas diri saya, antara instruksi otak
dan tubuh sudah tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Bisa dibilang,
perintah otak untuk melakukan kendali pada tubuh sudah tidak bisa berfungsi
pada saat saya mengalami kesurupan itu. Antara otak dan tubuh sudah tidak
nyambung, dan saya sudah kehilangan kendali diri saya saat itu. Kesurupan
itulah yang menjadi awal saya mengalami gejala skizofrenia. Setelah kesurupan
itu, karena setelah itu saya sudah berada dalam kondisi sepenuhnya tidak sadar
dengan kondisi saya, akhirnya saya di rawat inap di bangsal psikiatri Rumah
Sakit dr Soebandi Jember. Saat itulah kemudian saya tidak sadar dengan kondisi
saya selama hampir sebulan. Ibaratnya, selama masa hampir sebulan setelah
kesurupan itu, saya mengalami amnesia total, karena tidak dapat mengingat
satupun peristiwa saat itu, dan akhirnya saya harus dirawat di bangsal
psikiatri. Fenomena kesurupan yang saya alami saat itu merupakan gejala awal
sebelum saya mengalami skizofrenia.
Tentu
fenomena kesurupan yang saya alami ini tidak saya kehendaki dan tidak saya
sadari. Ini merupakan "fenomena alami" yang saya rasakan sendiri,
tanpa saya kehendaki dan sadari. Tentu juga harus kita bedakan fenomena
kesurupan ini dengan fenomena "kesurupan" yang sering kita lihat di
program program mistis di banyak acara televisi dimana disitu diceritakan ada
orang yang kemasukan makhluk halus dan kemudian dalam adegannya diceritakan tentang
orang yang "kesurupan" itu kemudian bertindak sebagai si
"makhluk halus". Kalau tentang itu, saya rasa itu bukan kesurupan
asli dan hanya "adegan settingan" dari acara televisi untuk menarik
penonton melihat acaranya.
Kesurupan
memang sebuah fenomena yang jamak terjadi di sekitar kita. Pengalaman saya
mengalami kesurupan sebelum akhirnya didiagnosis skizofrenia adalah pengalaman
nyata yang benar benar saya alami, yang juga kemudian membuat saya mengambil
hipotesis bahwa kesurupan adalah merupakan salah satu dari tanda tanda penyakit
skizofrenia.
Setelah mengalami
kesurupan ini, saya kemudian dapat berkata bahwa,
"Kesurupan itu
memang ada dan bisa terjadi pada setiap orang, namun keadaannya tidak
dikehendaki oleh orang yang mengalami. Kesurupan adalah fenomena medis umum
yang seringkali dipengaruhi oleh kondisi kebudayaan dan kepercayaan masyarakat.
Yang jelas, kesurupan bukan "kejadian settingan" atau "keadaan
palsu" seperti di banyak program acara mistik di televisi. Kesurupan
memang ada dan dapat menjadi hikmah bagi orang yang mau mengambil pelajaran
darinya".
GELANDANGAN PSIKOTIK JUGA MANUSIA !
Dalam
perjalanan kehidupan kita, sering di jalanan kita melihat seseorang dengan
penampilan yang kotor dengan bajunya yang lusuh dan kumal menggelandang di
jalanan. Dengan tubuhnya yang kurus kering, mereka mencari makanan sisa di
jalanan dan sebagian diantaranya hanya dapat terbaring dengan lemah di sudut
sudut jalan. Banyak dari kita yang kemudian merasakan rasa empati terhadap
mereka. Keberadaan mereka di jalanan terasa bagai sebutir debu diantara ribuan
pasir di pantai. Namun banyak pula orang yang memandang mereka dengan pandangan
jelek dan stigma negatif. Sebagian orang lainnya merasa tidak peduli dengan
orang itu dan terus membiarkannya di jalanan. Mereka akhirnya menjadi lekat
dengan kehidupan jalanan yang keras. Mereka yang apatis seolah peduli hanya
pada diri mereka sendiri. Hanya sedikit diantaranya yang memiliki rasa iba dan
kasihan dan lantas tergerak memberikan bantuan sedekah berupa uang atau
makanan. Mereka biasanya adalah pedagang sekitar atau orang kampung yang turut
juga iba karena pernah menjalani kehidupan yang berat. Ya, hanya sedikit sekali
yang peduli terhadap nasib mereka, nasib para gelandangan psikotik yang harus
berjuang di tengah kerasnya hidup. Mereka, para gelandangan psikotik itu, harus
mendapatkan ujian yang sangat berat bagi mereka. Bahkan beban yang mereka
rasakan hingga rasanya tak sanggup mereka pikul lagi. Ya, selain mendapat
stigma negatif berupa penelantaran terhadap mereka, mereka juga harus mendapat
ujian berupa kelaparan dan kehausan nyaris setiap hari. Mereka yang dilanda
kemiskinan struktural itu seolah tak berdaya dalam mengais rezeki untuk mereka
makan setiap hari. Kondisi hidup yang pas pasan dan minim serta tenaga yang sudah
tidak memungkinkan lagi menjadi halangan utama mereka di dalam mencukupi
kehidupan mereka. Hingga akhirnya mereka harus berjuang dengan cara mengemis
dan mengharap rezeki dan belas kasih dari orang lain. Sungguh tidak berdayanya
nasib mereka diantara sedikit sekali orang yang memperhatikan mereka. Saya
tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan mereka sehari hari, perjuangan
mereka mencari rezeki untuk mereka. Bahkan terkadang dalam sehari itupun mereka
tidak mendapatkan makan dan merasakan air. Mereka, para gelandangan psikotik
itu, yang telah distigma oleh masyarakat, juga adalah manusia. Mereka,
sebagaimana amanat UUD 1945 pasal 34 ayat (1) yang berbunyi : "Fakir
miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara" juga merupakan
tanggung jawab negara untuk mengurusnya. Jangan hanya karena dianggap persoalan
mikro maka hal ini dikesampingkan. Tidak ! Bahkan gelandangan psikotik adalah
fakir miskin yang harus dipelihara oleh negara dan merupakan tanggung jawab
negara untuk mengurusnya.
Hanya
sedikit mereka yang peduli terhadap para gelandangan psikotik ini. Yaitu
gelandangan yang memiliki keterbatasan berupa gangguan jiwa. Beberapa diantara
mereka yang peduli itu kemudian berupaya merangkul mereka. Mereka memberi
tangan mereka agar para gelandangan yang mengalami gangguan jiwa ini bisa
memiliki harkat yang lebih layak dengan cara menampung dan memberi tempat yang
layak bagi mereka untuk tinggal. Para gelandangan psikotik ini kemudian
disantuni dan dibina oleh para donatur sukarelawan yang bekerja tanpa pamrih
ini. Mereka dilatih untuk mandiri, bahkan dari liputan stasiun televisi meliput
bahwa ada seorang gelandangan psikotik perempuan yang akhirnya hamil dan
melahirkan anaknya di tempat donatur itu. Donatur itulah yang kemudian dengan
sukarela merawat ODS dan bayinya tersebut, walau pun ditempat yang sangat
terbatas. Sebuah perjuangan yang ikhlas dan tulus dalam upaya menyejahterakan
kehidupan mereka. Bahkan sudah banyak para gelandangan psikotik yang mereka
urus dan merasakan sentuhan kasih sayang mereka. Sungguh perbuatan yang dapat
menjadi teladan bagi kita.
Sesungguhnya,
dalam upayanya untuk menanggulangi masalah gelandangan psikotik, pemerintah
harus punya solusi yang tepat untuk menanganinya. Solusinya, menurut hemat
saya, setiap pemerintah kabupaten / kota atau provinsi seharusnya menganggarkan
anggaran untuk membentuk UPTD Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial) yang berada
di bawah naungan Dinas Sosial. Liponsos ini berfungsi sebagai tempat hunian
bagi para gelandangan psikotik yang ada di kota mereka. Nantinya Dinas Sosial
yang bertugas mendata para gelandangan psikotik yang ada di daerah mereka,
kemudian baru mereka menampung para gelandangan psikotik itu di Liponsos. Hal
ini seperti yang telah dicontohkan oleh Liponsos Keputih di Surabaya. Perlu juga
adanya fasilitas yang baik bagi mereka seperti kamar dan tempat tidur yang
memadai, makanan yang layak dan perawatan yang layak bagi mereka. Gelandangan
psikotik itu harus dirawat dengan baik di Liponsos. Nantinya tidak ada lagi
kasus gelandangan psikotik yang terdata, dimasukkan ke liponsos hanya untuk
"dicatat laporannya" kemudian beberapa hari kemudian dilepas lagi ke
jalanan tanpa adanya perhatian serius dari pemerintah. Hal ini tentunya harus
diatasi dengan cara menyiapkan fasilitas tempat Liponsos yang layak huni dan
tidak sampai over kapasitas. Tentunya hal ini harus mulai direncanakan sejak
sekarang dan dimulai dari Dinsos dan kerjasama dengan lembaga lain yang
terkait. Semoga saran praktis ini dapat diterapkan dan dimulai dari inisiatif
pemkot sebagai lembaga yang pertama mewujudkan rencana ini hingga berhasil
diterapkan oleh seluruh kabupaten kota dan provinsi. Mari kita peduli terhadap
gelandangan psikotik, mereka juga adalah bagian dari diri kita !
Salam Sehat Jiwa !
SUARA JIWA
: “KATAKAN TIDAK UNTUK ECT !”
Mungkin
catatan kecil saya ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pemangku
kepentingan terkait. Bahkan bisa dijadikan bahan evaluasi. Saya cenderung tidak
setuju dengan pengobatan skizofrenia dengan menggunakan ECT (Electro Convulsive
Therapy) atau Terapi Kejut Listrik. Terapi kejut listrik ini dilakukan dengan
cara mengalirkan arus listrik ke otak melalui kepala untuk membangkitkan
kejang. Karena saya, sebagai pasien skizofrenia, melihat bahwa teknik
pengobatan ini sangat menyakitkan dan bisa berdampak buruk bagi syaraf otak
manusia. Ini bukan tanpa alasan. Paulo Coelho, seorang penulis kenamaan dunia
asal Brasil, dulu juga pernah menjalani ECT. Terapi ECT ini akhirnya
dilarang di Brasil setelah Coelho mengungkap praktik keji ini di dalam salah
satu novelnya. Begitu juga ada alasan medis lain dari seorang psikiater
Indonesia, Willy F. Maramis, dalam bukunya "Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa". Willy, psikiater kenamaan ini menuliskan yang intinya bahwa
sesungguhnya khasiat ECT di dalam penyembuhan skizofrenia sampai sekarang masih
diragukan, bahkan diperdebatkan. Dalam bukunya, ia menulis, “Bagaimanakah
sebenarnya TEK (Terapi Elektro Konvulsi / ECT) dapat menyembuhkan penderita
dengan gangguan jiwa belum diketahui dengan pasti. Berbagai teori telah dikemukakan,
ada yang berorientasi organik dan ada juga yang berorientasi psikologik, tetapi
sampai sekarang belum terdapat kata sepakat tentang cara kerjanya” (Maramis,
2005:475). Ia menulis bahwa ECT adalah praktek yang dilakukan sejak jaman
dahulu, sementara kegunaan medisnya sampai sekarang masih tidak ditemukan. Ini
adalah pernyataan seorang psikiater besar Indonesia. Dalam kenyataan yang
terjadi di lapangan, terapi ECT memang dilakukan dengan beberapa pertimbangan,
seperti pasien dalam keadaan gaduh gelisah kronis dll. Biasanya sebelum
dilakukan terapi elektro konvulsi / ECT, penderita diperiksa badannya secara
teliti, terutama jantung dan paru paru. Cara pelaksanaannya juga biasanya
pasien akan ditidurkan sambil dipegangi badannya oleh beberapa orang. Kemudian
terapi kejut listrik pun dilakukan, elektroda dipasang di pelipis / kepala
orang yang akan di ECT kemudian aliran listrik dialirkan. Dan pada saat otaknya
dialiri listrik, pasien ini mengalami kondisi seperti penderita epilepsi yang
mendapat serangan grand mal seizure. Setelah menjalani beberapa kali sesi
’shock therapy’ ini, pasien biasanya akan kehilangan sebagian daya ingatnya
(memori-nya). Adapun efek samping yang terjadi setelah pasien di ECT / kejut
listrik ini adalah :
-
Perdarahan lambat diotak
-
Apneu
-
Sirosis ringan
-
Hipoxia
-
Cephalgia
Yang selalu
terjadi :
-
Bibir / lidah tergigit
-
Gigi goyang
-
Fraktur :
-
Tulang belakang
-
Tulang pipih ( Illeum & Scapula )
-
Luksasio Mandibulae
-
Pneumonia
- CVA
/ stroke
-
Apneu terlalu lama
Pengobatan ECT
dipertanyakan setelah ketika melakukan ECT, pasien masih bisa mengalami
kekambuhan kembali. Sementara jika merunut akar sejarah dalam pengobatan
skizofrenia, ECT / terapi kejut listrik ini juga dimulai sejak adanya
pengobatan ekstrim lainnya (baca : penyiksaan) terhadap penderita skizofrenia,
seperti terapi insulin koma, terapi dingin, praktik menjatuhkan pasien skizofrenia
ke dalam lumbung berisi ular yang sempat difilmkan dengan judul "The Snake
Pit" (1948), dll. Jadi sebaiknya kita melakukan pengobatan terhadap
penderita skizofrenia dengan pendekatan medikasi (obat skizofrenia) dan
psikoterapi saja. Karena itu akan lebih cepat meningkatkan tingkat kesembuhan
bagi penderita skizofrenia. Saran saya, kita berhak menolak praktek ECT dalam
praktek medis kedokteran. Karena kita sebagai pasien skizofrenia, mempunyai hak
untuk itu. Caranya, bila penderita ada yang direkomendasikan untuk dilakukan
ECT oleh dokter atau psikiater yang merawatnya, kita boleh menolaknya, karena
kita sebagai pasien mempunyai hak untuk menolak prosedur pengobatan dengan
menggunakan ECT. Itulah salah satu cara untuk menolak praktek ECT dalam praktek
kedokteran. Jadi, masihkah kita menggunakan ECT dalam praktek medis ? Kami,
pasien skizofrenia, dengan hak dan sejujurnya mengatakan "TIDAK UNTUK ECT
!"
Mari kita tingkatkan
pelayanan medis yang lebih baik terhadap penderita skizofrenia. Seperti jargon
kesehatan jiwa saat ini "Memanusiakan manusia".
Salam.
DERITA DALAM PASUNGAN
Permasalahan kesehatan jiwa
di Indonesia memang sangat beragam. Diantaranya adalah stres karena pekerjaan,
kesulitan ekonomi, trauma fisik dan psikis, depresi, bahkan hingga mengalami
gangguan jiwa berat seperti skizofrenia dan bipolar. Namun diantara sekian macam
permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia, ada satu masalah yang cukup
memprihatinkan dan sering terjadi di Indonesia. Permasalahan ini cukup membuka
mata kita, bahwa masih ada sebagian orang di Indonesia yang harus menderita dan
berjuang dalam ketidakberdayaannya. Ialah mereka yang menderita karena harus
hidup dalam pasungan, dirantai, atau dikurung karena mengalami gangguan jiwa.
Menurut
Direktur Bina Kesehatan Jiwa
Kemenkes dr Diah Setia Utami Sp.KJ, MARS, realita pemasungan di masyarakat menjadi persoalan tersendiri bagi
pemerintah. Setidaknya, saat ini Kemenkes memperkirakan ada sekitar
18.000-20.000 orang yang dipasung di Indonesia. Sementara berdasarkan laporan dari pemerintah
daerah, tercatat terdapat 2.800 orang yang dipasung. Data tersebut berdasarkan
laporan dari 17 provinsi. Berdasarkan laporan tersebut, pemasungan banyak
terjadi di daerah Jawa Tengah, yakni mencapai 968 orang.
Hal ini menjadi sangat memprihatinkan, karena walau berita tentang
pemasungan ini telah banyak diberitakan di media cetak dan elektronik, namun
hanya sedikit dari mereka yang benar benar diperhatikan kebutuhannya oleh
pemerintah. Hanya sedikit sekali dari mereka yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan
atau Dinas Sosial dan kemudian dilakukan tindak lanjut berupa “pembebasan pasung”
dan upaya pemulihan melalui RSUD atau Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Faktor
tertutupnya keluarga dan faktor malu dan tidak mau mengakui anggota keluarganya
yang mengalami gangguan jiwa dan dipasung turut pula menjadi penyebab tidak
terdatanya penderita pasung dan sulitnya mendapat penanganan dari pemerintah.
Penyebab pasung yang utama adalah karena kemiskinan dan ketidak tahuan
anggota keluarga bahwa gangguan jiwa sebenarnya bisa dipulihkan atau diobati.
Para anggota keluarga yang memasung salah seorang anggota keluarganya
dikarenakan tidak mengetahui bahwa gangguan jiwa bisa diobati dan penderita nya
bisa kembali produktif di dalam menjalankan kehidupan. Biasanya alasan mereka
memasung anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa adalah karena penderita
sering mengamuk dan takut bila dibiarkan maka penderita akan menjadi semakin
liar atau takut penderita akan hilang dan kabur dari rumah. Karena itulah
mereka akhirnya terpaksa dipasung. Mereka takut sewaktu waktu pasien akan kabur
dari rumah dan menghilang. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan cara
memberikan pemahaman kesehatan jiwa yang baik kepada keluarga bahwa gangguan
jiwa bisa disembuhkan dan juga tentunya penghapusan terhadap stigma yang berada
di sekitar penderita gangguan jiwa.
Sebenarnya kondisi penderita pasung di Indonesia juga sangat
memprihatinkan. Dan hal ini yang biasanya juga menjadi perhatian media dari
luar negeri. Mereka menyiarkan berita pemasungan ini karena pemasungan adalah
perbuatan yang melanggar hak asasi manusia (HAM). Biasanya juga karena praktek
pemasungan yang tergolong keji dan diluar batas kemanusiaan. Dalam praktek
pasung yang terjadi di Indonesia, biasanya kaki penderita akan dipasung di
balok kayu yang berat sehingga penderita tidak bisa leluasa menggerakkan anggota
kaki dan tubuhnya. Bisa pula salah satu atau kedua kaki penderita dirantai dan
digembok dengan besi. Ada juga praktek penderita pasung yang dikurung dalam
sebuah kandang. Tentunya kondisi mereka sangat miris sekali. Kondisi fisik dan
psikis mereka juga sangat memprihatinkan. Dan biasanya kondisi ini telah
dialami selama bertahun tahun oleh penderita. Bahkan ada penderita yang
mengalami pasung hingga puluhan tahun. Dalam pasungan, penderita akan mengalami
gangguan fisik kesehatan dan gangguan jiwa yang akan semakin lebih parah.
Seluruh proses pasung biasanya tidak akan menolong keadaan pasien, malah akan
membuat keadaannya menjadi lebih parah. Kebanyakan penderita yang dipasung
adalah dari kalangan orang miskin. Tentunya dari segi makanan mereka tidak tercukupi
dengan baik. Kondisi ruang pasung yang sempit dan sanitasi yang buruk juga
semakin memperparah keadaan pasien. Kebersihan fisik dan lingkungan penderita
pasung yang kotor dan tidak terjaga juga tentunya akan menambah masalah
tersendiri bagi penderita pasung. Kebersihan dan sanitasi yang buruk, gizi dan
nutrisi yang kurang dan beban pasung itu sendiri tentu akan menorehkan luka
batin yang sangat dalam bagi penderita pasung. Ini tentunya juga menjadi
kewajiban pemerintah sehingga para penderita pasung dapat dibebaskan dari
pasungnya dan menjalani pemulihan mental dan fisik yang memadai di RSUD atau
Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
Untuk menangani kasus bebas pasung di Indonesia, Kementerian Kesehatan
telah meluncurkan program nasional “Indonesia Bebas Pasung 2014”. Sementara
target secara nasional bebas pasung adalah tahun 2019-2020. Sehingga diharapkan bahwa pada tahun 2019-2020,
Indonesia benar benar dalam kondisi bebas pemasungan di seluruh nusantara.
Apalagi sekarang telah disahkan UU tentang Kesehatan Jiwa. Semoga para
penderita pasung di Indonesia dapat diakomodir kebutuhannya dan dibebaskan dari
pemasungan untuk menjalani pengobatan di Rumah Sakit. Upaya pemulihan sangat
penting bagi kehidupan mereka. Mereka perlu diyakinkan bahwa mereka juga berhak
hidup normal dan produktif seperti orang lain. Tidak ada yang mengekang mereka
dan memasung mereka dalam keadaan yang sulit. Saya berdoa untuk mereka yang
hidup dalam pasungan semoga mereka segera bisa bebas dan menjalani pemulihan
dengan baik. Allah bersama kita. Bersabarlah, harapan itu akan datang seperti
sinar matahari pagi yang bersinar setiap pagi.
Salam Bebas Pasung !
KESALAHPAHAMAN
TERHADAP GANGGUAN JIWA
Gangguan jiwa memang kerap menjadi
bahan stigma dan sumber kesalahpahaman bagi masyarakat sekitar. Sudah jamak
bagi kita mengetahui bahwa orang akan lebih peduli terhadap orang yang
menderita penyakit jantung atau penyakit yang bisa dilihat utuh dengan mata
atau bisa dirasakan dampak fisiknya daripada peduli terhadap orang dengan
gangguan kejiwaan. Hal ini memang wajar. Kita bisa merasakan empati terhadap
mereka yang secara lahiriah memang sakit, dan terkadang kita mendoakan mereka
yang sakit agar cepat diberikan kesembuhan. Kita juga berharap yang terbaik
bagi mereka yang sedang diberi cobaan berupa sakit, sehingga penderita tersebut
bisa mengalami kesembuhan dan dapat sehat kembali seperti sediakala. Tapi
memang kita nampaknya belum terlalu familiar untuk peduli terhadap penderita
gangguan jiwa yang ada di sekitar kita. Tak usah menyebut terlalu jauh. Di
jalanan, ketika melihat ada seseorang yang berbaju lusuh dan kotor, dan
menggelandang di jalanan, serta mencari makanan dengan cara mencari sisa sisa
makanan di jalan, maka sebagian dari kita tidak mempedulikannya dan bersikap
acuh tak acuh terhadap orang tersebut. Sebagian dari mereka mungkin akan
menganggapnya seperti angin lalu dan nampak tidak mempedulikan dan mempunyai
rasa empati terhadap gelandangan yang mengidap gangguan jiwa tersebut. Malah
terkadang gelandangan itu menjadi objek dan dihina serta tidak dipedulikan
nasibnya sehingga terus menerus berada di jalanan sebagai gelandangan. Mereka
nampaknya tidak mempunyai masa depan yang jelas. Kehidupan yang lekat dengan
jalanan dan kekurangan makanan menjadi rutinitasnya sehari hari. Baju satu
kering di badan, mungkin itulah kata kata yang tepat untuk menggambarkan
mereka. Mereka yang menjadi gelandangan gangguan jiwa itu juga akrab dengan
kemiskinan. Karena merupakan orang yang tidak punya, juga karena penyakit
jiwanya yang menimpanya, mungkin karena itulah dirinya menjadi dijauhi oleh
keluarganya. Keluarganya tidak mau mengakuinya lagi sebagai bagian dari
keluarganya. Dan karena dirinya orang tak punya, maka terpaksalah ia harus
hidup dan tinggal di jalanan, serta tidak mendapat pengakuan dari keluarganya
sendiri. Ia menjadi orang yang terpinggirkan, dan selalu dihindari orang.
Terlebih lagi dengan beban mental penyakit yang dideritanya, belum lagi jika ia
juga menderita penyakit fisik, maka semakin lengkaplah penderitaan yang
dideritanya. Apalagi dengan kemiskinan, apalah yang hendak dibeli baginya,
apalah yang hendak dimakan olehnya, dapat darimanakah uang untuk membeli makan,
untuk mencukupi kebutuhannya sehari hari, sehingga dari hari ke hari
permasalahannya menjadi bertambah rumit dan beban hidup semakin berat
ditanggungnya. Ia tentu harus berjuang hidup sendirian, dengan stigma yang
melekat pada dirinya, dan hinaan dari lingkungannya. Disinilah masalahnya
berakar. Seharusnya orang orang yang demikian juga harus dipedulikan dan
diberikan santunan. Kita harus bersedekah kepada mereka. Sebagian harta kita
adalah hak mereka. Bahkan akar masalah permasalahan seperti ini harus dicarikan
jalan keluarnya. Negara kita menjamin dan memelihara hak fakir miskin dan anak
terlantar. Apalagi orang orang yang tidak punya rumah dan tempat tinggal tetap,
seperti mereka. Hendaknya mulai sekarang kita harus memperhatikan masalah ini.
Belum lagi kepedulian terhadap
penderita gangguan jiwa yang hidup dalam pasungan. Ini adalah masalah besar
kita. Ini adalah hal yang urgen bagi penderita gangguan jiwa. Penderita
gangguan jiwa yang dipasung, diambil hak haknya. Hak untuk berbicara, hak untuk
mengeluarkan pendapat, hak untuk bersosialisasi, hak untuk melakukan kegiatan
kegiatan hidup dasar, seperti makan, minum dan bekerja, dan bahkan hak untuk
beribadah juga diambil. Kita bisa bayangkan bagaimana penderita gangguan jiwa
yang muslim, yang sedang dipasung, tidak bisa dengan khusyuk menjalankan shalat
dan mengaji. Apalagi melakukan hal hal dasar yang biasanya dengan mudah
dilakukan oleh manusia. Hal itu karena hak hak mereka seolah telah dicabut dan
diambil oleh pasung itu sendiri. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian kita.
Mereka juga manusia. Mereka juga memiliki hak untuk hidup normal. Mereka
hanyalah orang orang yang sedang mengidap gangguan jiwa, yang membutuhkan
bantuan dan kasih sayang dari keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ya, mereka
sangat membutuhkan cinta dan kasih sayang, terutama dari keluarga mereka.
Apalah artinya hidup tanpa kasih sayang dan cinta. Apalagi dari keluarga
terdekat, yang mestinya menyayangi dan mengasihi kita. Tidak ada ODS yang
bisa mengalahkan penyakitnya tanpa ada dukungan dari keluarga. Hal inilah
yang menjadi penting. Adanya dukungan dan support moril dari keluarga sangat
dibutuhkan oleh penderita skizofrenia dan gangguan jiwa. Mereka tidak dapat
hidup sendiri. Mereka tidak bisa lepas dari dukungan keluarganya. Mereka tidak
dapat lepas dari perhatian dan penerimaan terhadap mereka yang tulus dan
sungguh sungguh. Dan hal inilah yang biasanya tidak didapatkan oleh penderita
pasung atau mereka yang hidup dalam pasungan. Mereka seakan harus hidup
sendiri, mengatasi penyakit jiwa mereka, delusi delusi mereka dan penderitaan
mereka, tanpa adanya keluarga yang mendampingi dan memberikan uluran tangan
bagi mereka. Mereka seakan menjadi jamur yang hidup di kayu kayu kering, tidak
dibutuhkan dan tidak berguna bagi keluarganya. Hal ini tentu menjadi sebuah
ironi. Bagaimana keluarga yang seharusnya memberikan perhatian penuh terhadap
salah seorang keluarganya, memberikan motivasi bagi hidupnya, dan memberikan
bantuan moril dan materiil bagi hidupnya, malah tidak melakukannya. Ini tentu
didasari oleh stigma para penderita gangguan jiwa. Namun, selama penderita
pasung itu merupakan orang yang baik, hanya karena delusi delusinya saja ia
menjadi menderita dan dipaksa hidup dalam pasungan, maka menjadi suatu
kewajiban bagi kita untuk lebih menghargai mereka dan memberi mereka kehidupan
yang layak. Mungkin ia dahulu pernah memberikan rasa khawatir dan luka batin
terhadap kita, misalnya karena ia dulu sering mengamuk sendiri dan memecahkan
barang barang rumah atau sering kabur dan lari dari rumah, tapi paling tidak,
untuk saat ini, belajarlah memaafkan perilaku mereka yang terdahulu. Berilah
maaf terhadap mereka. Mereka pasti dulu melakukan semua itu tidak didasarkan
atas kehendak dirinya semata. Mereka pasti melakukan hal itu karena tidak sadar
atas diri mereka dan sebenarnya mereka juga tidak mau melakukan itu. Mereka
pasti melakukan itu karena ketidaktahuannya semata atau karena delusinya.
Maafkanlah mereka. Sudah saatnya bagi kita untuk saling memaafkan dan bermurah
hati untuk mereka. Saatnya pintu ampunan kita terbuka untuk mereka. Begitu juga
sebaliknya. Sehingga kita juga akan mendapat ampunan dari Tuhan.
Berbicara tentang stigma dan kesalahpahaman terhadap
gangguan jiwa, bukan hanya kita berbicara tentang masalah orang orangnya saja,
seperti gelandangan psikotik (gelandangan yang mengidap gangguan jiwa), orang
yang hidup dalam pasungan, penderita skizofrenia yang mengalami deteriorasi
mental atau kemunduran mental akut saja, melainkan kita juga berbicara tentang
nurani, kebenaran yang dibelokkan, pemutarbalikan fakta dan prasangka terhadap
penderita gangguan jiwa. Kita harus merasakan hal ini. Bahwa penderita gangguan
jiwa hidup dalam stigma. Mereka terpagari oleh stigma dan anggapan yang salah
terhadap diri mereka. Hingga terkadang, para penderita gangguan jiwa, terutama
penderita skizofrenia sendiri terkadang tidak tahu atau belum tahu tentang
hakikat siapa diri mereka yang sebenarnya. Bahwa mereka juga manusia biasa,
yang berhak hidup normal dan produktif seperti orang lainnya. Mereka juga
berhak bersosialisasi, mereka berhak berteman, mereka berhak bersahabat, membangun
relasi dengan orang lain dan mereka berhak hidup bermasyarakat dan melakukan
interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Kita tidak bisa hanya melihat
penderita skizofrenia hidup dalam dunianya sendiri, hidup dalam khayalannya
sendiri dan tidak tahu bagaimana hakikat hidup mandiri dan bersosialisasi
dengan masyarakat. Kita butuh penderita skizofrenia yang aktif dalam
lingkungannya, bersosialisasi dengan aktif terhadap dunia luar, tidak hanya
terfokus pada stigma yang melekat. Kita juga butuh penderita skizofrenia yang
sudah mampu hidup secara mandiri, paling tidak bisa mengurus kebutuhan hidupnya
sendiri, melakukan pekerjaan rumah sehari hari dan mampu bekerja. Kita butuh a
tough schizophrenic, atau survivor skizofrenia yang gigih dan tabah
dalam menghadapi penyakitnya dan dalam menghadapi dinamika kehidupan yang sulit
ini. Seorang skizofren yang berpikiran ke depan dan mempunyai mimpi dan
harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya. Sekian
dari saya. Semoga bermanfaat dan menjadi bahan renungan bagi kita.
Salam Sehat
Jiwa !
DETERIORASI,
HAL YANG DITAKUTI BAGI PENDERITA SKIZOFRENIA
Kalau kita kebetulan suka membaca
buku buku mengenai kesehatan jiwa, atau seringkali browsing di
internet untuk memuaskan keingintahuan kita terhadap skizofrenia atau masalah
kesehatan jiwa yang kita alami, kita kerap menemukan satu istilah yang cukup
terdengar asing di telinga kita, yakni deteriorasi. Saya juga pada awalnya
tidak memahami dan tidak mengerti atas istilah ini. Namun setelah saya membaca
kembali makna deteriorasi dan mencari tahu arti dari katanya, saya akhirnya
menemukan jawabannya. Deteriorasi, menurut definisi dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), berarti kemunduran. Penjelasan sisinya menyebutkan juga makna
deteriorasi mental yang berarti kemunduran mental. Istilah deteriorasi mental
yang pernah saya baca juga mengisyaratkan bahwa deteriorasi adalah kemunduran
mental yang cukup serius, yang meliputi perilaku apatis, abai diri, tidak
peduli akan kondisi badan dan fisik, bisa berupa stupor katatonik (perilaku
diam yang ekstrim) dan ini yang paling parah, penderita menjadi sering
menyendiri dan tidak mau lagi bergaul dan bersosialisasi dengan teman teman dan
lingkungannya. Dalam kondisi parah, penderita menjadi tidak peduli lagi akan
kondisi dirinya dan kondisi badannya dan menjadi "terganggu" dengan
kondisi lingkungannya.
Drs.Yustinus Semiun, penulis buku Kesehatan
Mental, juga menjelaskan tentang makna deteriorasi. Menurutnya, "Apabila
ada kondisi deteriorasi mental, maka akan terjadi kelemahan mental yang sedikit
demi sedikit terus bertambah dan sering disertai kemerosotan penilaian moral
dan kontrol dirinya mulai berkurang" (Semiun, 2006:185).
Dalam kondisi tertentu, penderita menjadi
"asing" dengan dirinya sendiri, tidak bisa berbuat apa apa, tidak
bisa melakukan pekerjaan yang dasar dan sederhana, sulit melakukan interaksi
dan komunikasi dengan orang lain, menjadi sangat pendiam dan merasa tidak
nyaman dengan kondisi sekitarnya. Pada kasus tertentu, hal yang
menyebabkan deteriorasi mental adalah karena penderita berada dalam lingkungan
dan suasana yang baru, bersama orang orang baru yang baru dikenalnya dan berada
jauh dari lingkungan keluarganya. Hal hal yang menyebabkan tekanan mental dan
merasa "terasing" karena jauh dari keluarga juga merupakan salah satu
penyebab dari timbulnya gejala gejala deteriorasi mental pada penderita
skizofrenia. Hal yang sering menjadi keluhan dari gejala deteriorasi ini adalah
penderita menjadi sangat pasif, tidak peduli lagi dengan kondisi sekitar dan
tidak bisa beradaptasi dan berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya. Pada
akhirnya, dan yang menjadi kekhawatiran utama adalah penderita menjadi terasing
dengan lingkungannya dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Inilah
yang menjadi titik "kelumpuhan" bagi penderita skizofrenia yang
mengalaminya.
Para penderita gangguan skizofrenia
yang mengalami deteriorasi mental ini biasanya memang sudah dalam taraf sulit
untuk membedakan antara delusi dan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Oleh
karena itu tilik diri dan pemahaman diri akan gangguan yang sedang dialami oleh
penderita skizofrenia biasanya sangat minim dan penderita biasanya tidak
mengetahui yang sebenarnya bahwa dirinya sebenarnya sedang menderita sebuah
gangguan mental yang kronis.
Ciri ciri utama yang paling terlihat
dari gejala deteriorasi adalah penderita menjadi apatis, abai terhadap kondisi
dirinya dan lingkungannya, melakukan hal hal yang aneh dan diluar kewajaran dan
hidupnya menjadi sangat tergantung terhadap orang lain atau caregiver (pelaku
rawat). Penderita menjadi sangat pemurung atau malah menjadi sangat sensitif
dan pemarah (mudah tersinggung). Jika kondisi ini dibiarkan dan penderita tidak
mendapatkan perawatan dan dukungan dari pelaku rawat, maka kondisi penderita
akan menjadi semakin buruk dan "insight" (tilikan diri) nya akan
terganggu. Hendaknya dalam kondisi seperti ini penderita dibimbing untuk
mendapatkan perawatan dan mentalnya dikuatkan agar kondisinya semakin membaik.
Ucapan ucapan positif dan kata kata motivasi positif juga dapat membantu pasien
agar kondisi jiwanya menjadi membaik dan mendapat nutrisi jiwa dan
dukungan moril. Ini sangat membantu kesembuhan bagi penderita.
Terkadang juga kita dapat melihat contoh
langsung dari fenomena ini pada penderita gelandangan psikotik dan PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang hidup dari jalanan dan sebagian
diantaranya dirawat di Panti Panti Penampungan Gangguan Jiwa, yang terkadang
memberikan kehidupan yang tidak layak dan menimbulkan tekanan batin dan distress
(penderitaan) sosial bagi penderita.
Tentunya kita harus memberikan
dukungan dan empati kita kepada mereka. Tindakan nyata juga diperlukan, yang
tentu membutuhkan dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap isu
kemanusiaan ini. Jangan biarkan mereka terus menderita dengan keadaan mereka!
Bantu, pulihkan keadaan mereka sehingga mereka kembali bisa hidup dengan
optimal dan lebih baik.
Deteriorasi mental ? Mereka memang
ada di sekitar kita. Yang kita perlukan adalah doa dan uluran tangan kita.
Untuk membantu mereka, pulih menjadi lebih baik.
Salam Sehat Jiwa !
KETIKA
KELUARGA BERBAGI KISAH


Ada saatnya ketika para keluarga mau
berbagi kisah tentang anak mereka yang ‘spesial’, anak anak yang sedang
menjalani perjuangan yang berat ketika menghadapi suatu penyakit atau sedang
mengalami momen momen yang istimewa seperti kehidupan karir yang menanjak atau
prestasi akademik yang luar biasa. Keluarga yang berbagi kisah ini, khususnya
orang tua, biasanya ingin berbagi pengalaman mereka kepada masyarakat tentang
cara pengasuhan anak mereka yang spesial dan suka duka dan kisah keseharian
mereka dalam merawat anak mereka, yang terkadang lucu dan sering terjadi momen
yang spesial dan tak terduga. Kisah berbagi pengalaman lewat metode ini,
terutama yang disampaikan dalam bentuk tulisan atau buku, tentu memberikan
warna tersendiri bagi dunia literasi kita. Kita akan mendapat pencerahan baru,
sudut pandang baru, karena cerita ini ditulis oleh para orang tua atau
keluarga, yang tentunya memahami lebih dekat mengenai perkembangan anak mereka
yang ‘spesial’.
Baru baru ini saya membaca 2 buah
buku yang bercerita tentang pengalaman keluarga, khususnya orang tua, dalam
memahami serta merawat anak anak mereka yang berkebutuhan khusus. Buku pertama
berjudul Karena Kamu Spesial (2014) karya Pipit Setiafitri,
seorang ibu dengan 2 orang anak yang spesial. Buku ini berkisah tentang
keseharian seorang ibu di dalam merawat anaknya yang memerlukan perhatian
khusus, ADHD. Dalam buku ini, penulis secara menyentuh dan riil menggambarkan
tentang kesehariannya dalam merawat anak pertamanya, yang menderita ADHD.
Dengan gaya bertuturnya yang luwes, dan terkadang lucu, ia menceritakan
bagaimana ia merawat dan mendampingi anaknya yang menderita ADHD. Bagaimana ia,
sehari hari, harus ekstra sabar dalam merawat anaknya, dan tentu saja, adanya
kebanggaan terhadap perilaku anaknya dan suka duka menjadi seorang ibu dari
seorang anak yang berkebutuhan khusus. Ia menceritakan kisah tentang anaknya,
dan bagaimana pola pengasuhan dirinya terhadap anaknya, yang setiap harinya
tentu memerlukan perjuangan yang tak kenal lelah. Namun akhirnya, dalam bagian
akhir bukunya, ia bercerita bahwa ia bersyukur telah dikaruniai seorang anak
yang spesial, yang dapat menjadi pelangi bagi kehidupannya. Sebuah pengakuan
yang jujur dari seorang ibu terhadap anaknya.
Sementara itu, saya juga telah
membaca buku kedua yang berjudul Beauty In Silence (2014), sebuah
kisah nyata tentang seorang ibu dalam kesehariannya merawat dan mendampingi
anaknya yang mengalami tuna rungu. Marjam Rudijanto, penulis buku ini,
mengisahkan secara detail mengenai kehidupan anaknya sejak anaknya lahir hingga
membina rumah tangga. Kisah yang dituliskannya dapat membuka pemahaman baru
bagi kita tentang kehidupan dunia tuna rungu dan aspek aspek pengasuhannya.
Ketika membaca dua buku itu, saya dapat ikut merasakan bagaimana perjuangan
orang tua di dalam mendidik anak anaknya. Juga, pengalaman pengalaman spesial
dengan anak mereka yang menjadi bumbu di dalam cerita. Saya menjadi tersentuh,
karena kisah pengalaman mereka begitu riil dan akrab dengan suasana kehidupan
sehari hari kita. Kisah kisah itu dapat membuka cakrawala baru bagi kita, agar
kita dapat lebih mudah memahami dunia mereka. Kisah yang mereka tuturkan sangat
jernih dan jujur, sehingga kita juga akan turut merasakan bagaimana hidup
dengan kondisi yang memerlukan perhatian khusus seperti mereka. Akhirnya, kita
dapat merasakan empati dan perhatian terhadap kondisi mereka yang memerlukan
perhatian khusus itu.
Saya jadi memendam harapan, apabila
ada juga keluarga atau orang tua yang juga mau menuliskan kisah mereka terhadap
anak mereka yang menderita skizofrenia. Bisa itu pengalaman ketika merawat
orang dengan skizofrenia, kisah kisah seru mereka saat merawat ODS, atau
bercerita tentang prestasi prestasi anak mereka yang mengidap skizofrenia, agar
dapat berbagi kisah dan pengalaman tentang anak mereka yang mengidap
skizofrenia. Pasti ada pengalaman dan hikmah yang dapat diambil dari itu semua.
Pasti ada nilai yang dapat dipetik. Dan cara penulisannya pun tidak harus
serius, bisa dituturkan dengan cara santai dan terbuka, sesuai kisah pengalaman
sehari hari. Atau bisa juga ditulis dalam bentuk diary atau catatan ringan
tentang kehidupan mereka. Tentu akan sangat berguna sekali bagi yang sedang
mencarinya.
Saya berharap itu semua akan
terealisasi suatu saat nanti. Sehingga ketika ada keluarga lain yang
membutuhkan pertolongan tentang anak mereka yang menderita skizofrenia, bisa
memakai buku itu sebagai buku panduan. Keluarga juga bisa menjadikan buku itu
sebagai pengalaman terbaik bagi mereka di dalam merawat anaknya, sehingga
mereka bisa kembali menengok pengalaman masa lalu dan belajar lebih baik lagi
di dalam mewujudkan keluarga yang harmonis. Anda berminat menulisnya?
WAHAM
KEMILITERAN
Kalau berbicara tentang
delusi, aku pernah punya pengalaman aneh yang sempat menimpaku ketika aku sudah
sembuh dari skizofrenia. Ketika itu kira kira sudah 6 tahun aku menderita
penyakit ini dan tidak mengalami masa masa kekambuhan ketika tiba tiba aku
mengalami pengalaman aneh ini. Pengalaman ini lah yang menandai kambuhnya
kembali penyakit ku. Hal itu ditandai dengan delusi dan waham yang benar benar parah
sehingga aku sempat seakan akan berada di dunia imajiku sendiri. Pengalaman itu
bermula ketika pada suatu hari telinga kananku tiba tiba mendadak mendengar
suara suara yang banyak dan tak beraturan. Suara suara itu antara lain suara
suara tetangga ku, suara suara teriakan, suara anak anak hingga suara dari alat
musik drum yang seperti nyanyian. Anehnya, suara suara itu hanya muncul dari
telinga kananku saja, sementara telinga kiriku biasa saja dan tidak mendengar
suara suara. Suara suara itu hanya kudengar lewat telinga kananku saja dan
suara suara itu silih berganti bergema di dalam telingaku hingga seakan akan
gendang telingaku mau robek. Aku yang pada waktu itu mendengar suara suara yang
tak beraturan dan mendadak di gendang telingaku itu spontan saja tanpa aku
kehendaki aku lantas meletakkan piringku dengan keras ke meja makan. Aku pada
waktu itu setengah tidak sadar karena kurasakan telingaku hampir hampir pekak
mendengar suara suara yang tak beraturan itu. Anehnya, setelah kejadian itu,
suara suara itu tidak hanya terdengar di dalam gendang telingaku saja, tapi
juga terdengar keras di sekitarku. Ada suara suara wanita yang sedang berteriak
keras keras. Ada juga suara laki laki yang nampak seakan memarahiku. Dunia saat
itu seolah menjadi dunia imaji buatku. Aku yang panik pada waktu itu segera
meminta tolong kepada mbakku, mbak Halimah, tentang masalah telingaku itu. Aku
katakan kepada mbakku, “mbak, kenapa telingaku ini ya ? Gendang telingaku kok
sakit ?” kataku menjelaskan. Tapi mbak ku malah menyarankan untuk membawaku ke
dokter THT untuk memeriksakan telingaku. Yang aku rasakan pada waktu itu suara
suara itu tidak hanya di dalam gendang telinga, tapi juga sudah keluar hingga
ke alam nyata. Masak mbak ku itu tidak mendengarnya ? Aku sampai heran. Keheranan
ku tidak berhenti sampai disitu. Ketika pergi ke kampus, di sepanjang
perjalanan, suara suara itu terus mengikutiku. Di kampus, aku dapat mendengar
suara suara teriakan wanita yang sangat keras seakan bergema dari dinding
dinding kampus. Tapi anehnya ketika kulihat ke arah suara itu, aku tidak
menemukan siapa siapa, hanya ruangan yang sepi saja. Aku sempat heran dengan
kejadian itu. Saat itulah pertama kali delusi dan waham ku mulai kambuh. Aku
pada waktu itu seakan kembali ke masa saat pertama kali skizofrenia menimpaku.
Aku dapat mendengar suara suara yang orang lain tidak dapat mendengarnya.
Bahkan suara suara itu terdengar sangat nyata kualami.
Selain mengalami delusi telinga, aku juga pernah mengalami waham kemiliteran. Kusebut waham kemiliteran karena waham ku ini berhubungan dengan tentara dan dunia militer. Ceritanya, pada waktu itu ketika aku sedang sibuk menulis bab 3 skripsiku dan hendak menjalani seminar pada bulan Maret 2013. Aku pun berusaha menelepon teman teman ku untuk menawarinya menjadi pembahas utama seminarku. Tapi ternyata sinyal ponsel ku tidak ada satu digit pun. Bahkan ketika kucoba menelepon lewat telepon rumah juga tidak bisa. Pada saat ini skizofreniaku kambuh. Aku mulai mengalami waham. Aku mengira bahwa sambungan telepon ku diputus dari darat, laut dan udara oleh para tentara. Waktu itu aku mengira bahwa para tentara TNI AU (Angkatan Udara) tengah memutus sambungan telepon rumah dan ponsel ku dari udara. Namun karena aku memiliki kakak ipar yang bekerja sebagai tentara di TNI AD, maka aku balik mendukung tentara tentara TNI AD. Aku berjuang memihak para tentara TNI AD. Pada waktu itu aku mengira bahwa TNI AL dan TNI AU lah yang memutus jaringan telepon ku dari udara. Aku sampai hendak meminta tolong kepada mas Eye Darya, kakak iparku yang bertugas di TNI AD untuk membantuku agar sinyalnya bisa kembali aktif. Tapi akhirnya beberapa hari kemudian, ketika skizofreniaku sembuh, aku baru sadar bahwa ternyata bukan tentara yang memutus sambungan telepon hp dan rumahku, tapi karena sinyal di tempatku sedang bermasalah. Inilah pengalamanku ketika aku mengalami waham kemiliteran. Waktu itu keadaannya memang benar benar terjadi dan terasa nyata bagiku. Aku seolah berada dalam masa peperangan. Waham yang benar benar aneh karena tidak masuk akal. Mengapa seorang tentara bisa memutus jaringan telepon dari darat, laut dan udara. Mengapa keadaan waktu itu seolah menjadi keadaan yang genting bagiku. Mengapa gara gara aku tidak bisa mendapat sinyal handphone dan telepon, aku seolah berada dalam masa peperangan dan gerilya. Situasi menjadi darurat dan tidak terkendali. Kini, setelah aku sadar dari waham kemiliteranku, aku bukan hanya mendukung kinerja TNI AD, tapi juga kinerja TNI AL dan TNI AU untuk mengamankan negara. Semoga para anggota TNI mampu menjaga teritorial negara Republik Indonesia dari matra darat, laut dan udara.
Selain
waham kemiliteran, aku juga pernah mengalami delusi lain yang tak kalah unik.
Delusi lain yang pada waktu itu kualami bahkan lebih besar daripada itu. Delusi
ini kusebut “delusi pesawat terbang”. Aku pada waktu itu bahkan bisa mengira
bahwa suara ku dapat menembus frekuensi radio pesawat terbang. Aku pada waktu
itu bahkan menjadi takut dan cemas. Aku takut suaraku sendiri dapat terdengar
kepada pilot pesawat terbang yang sedang mengudara. Maka dari darat aku tidak
pernah berbicara yang aneh aneh, aku hanya bisa berbicara yang baik baik dan
mengomando pesawat itu dengan aba aba yang aku sendiri tak pahami maksudnya.
Seakan kode rahasia gitu. Hal ini benar benar terjadi, bahkan waham ini ada
hubungan nya dengan waham kemiliteran yang pernah aku alami. Ceritanya, karena
aku tidak bisa mendapat sinyal handphoneku, maka pada waktu itu juga aku
berusaha menggunakan “telepati” dari jarak jauh. Kusebut telepati karena aku pada
waktu itu menyangka bahwa aku bisa berkomunikasi jarak jauh dengan anggota
tentara TNI AU yang sedang menggunakan pesawat tempurnya. Jadi waktu itu aku
mulai “berbicara” dengan kode kode rahasia dengan menggunakan handphone ku, aku
saat itu menyangka bahwa dengan handphone ku itulah aku bisa menghubungi
panglima TNI AU dan para anggotanya dari jarak jauh, meskipun aku tidak
memiliki nomer handphonenya. Hanya cukup dengan “berbicara tanpa nomor
handphone” itulah, akhirnya aku mulai berkomunikasi ala HT (Handy Talkie) lewat
handphone ku kepada para anggota TNI AU itu. Aku mulai mengultimatum mereka
agar cepat menyambung kembali sinyal HP dan telepon rumahku. Aku juga berbicara
memakai kode rahasia saat itu. Aku juga pernah menyangka aku bisa berbicara
dengan para tentara yang sedang berada di dalam pesawat kemiliteran saat itu.
Selain itu, aku juga pernah menyangka bahwa suaraku dapat terdengar sampai
kepada saluran pesawat pilot pesawat komersial yang sedang mengudara. Aku
mengira suaraku dapat menembus frekuensi radio pesawat terbang. Aku menjadi
takut dan cemas saat itu, karena tentu saja aku takut mengacaukan frekuensi
radio pilot pesawat, yang mestinya berisi suara arahan dan petunjuk dari
bandara, menjadi suaraku yang tidak beraturan. Karena jika frekuensi radio
pilot terkacaukan oleh suara suara frekuensi lain, seperti frekuensi radio atau
telepon, maka seperti yang pernah kubaca di koran, akan sangat berbahaya bagi
pilot itu karena ia tidak dapat mendengar arahan dari pemandu bandara dengan
jelas. Jadi waktu itu aku menjadi sangat hati hati dengan “suaraku” sendiri.
Aku bahkan hanya mengucapkan kata kata yang aman dan netral. Aku juga
mengucapkan kode kode rahasia seperti, “911 panggil 912 ! 911 panggil 912 !”
dari handphoneku kepada pilot pesawat itu. Aku bahkan juga hanya mengucap kata
kata yang baik, seperti berdzikir dalam hati seperti “subhanallah, subhanallah”
agar suara ku tidak mengacaukan frekuensi radio pesawat terbang. Itulah
pengalaman delusi ku tentang berkomunikasi dengan pilot pesawat terbang yang
pernah aku alami. Delusi yang saat itu benar benar nyata kurasakan, walau kini
aku hanya bisa tersenyum kala mengingatnya. Semoga pengalaman pengalaman ini
dapat menjadi ibrah atau pelajaran bagi kita semua, agar kita tidak mengalami
waham atau delusi lagi. Amin...
TOURETTE
SYNDROME, ANOTHER DISORDER
Selain
menderita skizofrenia, saya juga menderita sindrom Tourette. Sindrom Tourette
adalah gangguan gerak neuropsikiatri. Gangguan ini berupa gangguan gerak yang
ditandai oleh adanya tic atau gerenyet syaraf.
Banyak orang yang masih belum mengetahui tentang sindrom Tourette ini.
Barangkali bahkan mendengar namanya saja belum pernah. Sindrom ini memang masih
belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Padahal orang
yang menderita penyakit ini akan mengalami penderitaan yang cukup parah.
Sindrom
Tourette adalah penyakit neuropsikiatri. Penyakit ini menyerang sel sel syaraf
pada otak. Orang yang menderita sindrom ini mengalami serangan pada
neurotransmitter, sel sel pembawa pesan kimia dalam otak. Neurotransmitter
utama yang diserang adalah dopamine dan serotonin sehingga tidak dapat
berfungsi secara maksimal. Neurotransmitter adalah sel sel syaraf yang
berfungsi untuk menghubungkan antara sel yang satu dengan sel yang lain.
Neurotransmitter biasanya bertugas sebagai penghantar komunikasi antara sel sel
syaraf pada otak. Orang yang menderita sindrom ini akan mengalami gangguan
motorik yang cukup parah. Gejala gejala yang dapat terjadi pada penderita
sindrom ini adalah adanya tic, yaitu
gerakan yang tak terkontrol yang terjadi pada tubuh. Pasien yang mengalami tic
pada tubuhnya akan terjadi gerakan gerakan yang tak terkendali dan berulang
ulang pada tubuhnya. Pasien sindrom Tourette akan mengalami kesulitan dalam
mengontrol gerakan gerakan yang terjadi pada tubuhnya. Sehingga ini akan
menjadi masalah yang besar bagi penderita.
Karena
adanya gerakan gerakan yang tak terkendali (gerenyet) pada tubuh itu, maka
biasanya penderita sindrom Tourette akan menjadi sulit untuk bersosialisasi
dengan orang lain. Penderita akan menjadi rendah diri dan kehilangan
kepercayaan diri. Gejala gejala tics nya itu akan mendominasi setiap kegiatan
dan aktifitasnya sehingga akan ikut mempengaruhi terhadap kondisi mentalnya.
Sindrom
Tourette adalah penyakit yang menyerang sel sel syaraf di otak, tapi pengaruh
dari luar (lingkungan) juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit
ini. Tekanan atau stressor (penyebab stres) diketahui dapat meningkatkan
keparahan tic pada penderita. Pasien yang mengalami tekanan lebih besar
kemungkinannya akan lebih bertambah frekuensi dan intensitas tic nya. Aspek
psikologis sangat berperan besar di dalam perkembangan penyakit ini.
Usia awal terlihatnya gejala gejala pada orang
yang menderita sindrom ini dapat diketahui sejak umur 9 tahun sampai dengan 21
tahun. Gejala awal yang terjadi biasanya sangat ringan yaitu berupa kedutan
kedutan yang terjadi pada tubuh. Namun, seiring bertambahnya waktu, gejala
gejala itu akan semakin bertambah parah, yaitu menjadi gerenyet syaraf yang
tidak terkendali. Pasien akan lebih susah untuk beraktifitas dengan normal dan
pekerjaannya akan menjadi lebih sulit untuk dilakukan.
Penderita
sindrom Tourette juga kesulitan untuk memusatkan perhatian akan suatu hal.
Biasanya penderita juga akan mengalami kesulitan belajar. Kesulitan untuk
berkomunikasi dan bersosialisasi juga sering ditemui pada penderita sindrom
ini.Yang mengalami kelainan fungsi pada penderita adalah neurotransmitter pada
otak. Hal ini mengakibatkan sel sel syaraf tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Akibatnya adalah gangguan motorik yang dialami penderita. Penderita
akan sering mengalami gerenyet (tic) yang tak terkendali pada tubuhnya. Itulah
segenap ciri ciri dari sindrom Tourette. Semoga bermanfaat.
SKIZOFRENIA
DAN KAITANNYA DENGAN SINDROM
TOURETTE,
SEBUAH PENELITIAN
Skizofrenia
ternyata juga bisa berkaitan dengan penyakit lain, diantaranya adalah sindrom
Tourette. Ini berarti orang yang mengalami skizofrenia juga bisa mengalami
penyakit lain yang saling berkaitan. Penyakit dan gangguan yang bisa terkait
dengan skizofrenia adalah OCD, anxiety, bipolar (dalam bentuk skizoafektif) dan
sindrom Tourette (Kurnia Amirullah : 2014). Hal ini berdasar pengalaman ku
sendiri yang mengalami gangguan skizofrenia dan gangguan gerak sindrom
Tourette.
Diriku
pada awalnya didiagnosis skizofrenia terlebih dahulu, yaitu pada saat aku kelas
3 SMA. Sebelum aku didiagnosis mengalami skizofrenia, aku lebih dahulu
mengembangkan gejala gejala sindrom Tourette. Pada saat mengalami skizofrenia
itu, waktu itu aku tidak sadar selama hampir 1 bulan. Pada waktu itu aku tidak
ingat apa apa. Setelah mengalami gejala akut skizofrenia, aku mengalami amnesia
total selama hampir sebulan. Selama waktu itu pula aku tidak mengenali
lingkungan ku. Aku jadi tidak sadarkan diri ketika itu. Hubungan antara diriku
dan dunia luar ketika itu terputus. Aku jadi tidak tahu bagaimana keadaan
lingkunganku.
Ketika
itulah aku didiagnosis skizofrenia oleh psikiater. Setelah itu, selama hampir 1
bulan, setelah sadar, maka Alhamdulillah aku pun menjalani kehidupan seperti
biasa. Namun keadaan sindrom Touretteku tidak berubah. Gerenyetku masih tetap
ada. Aku tetap mengalami gangguan gerak itu. Keadaan skizofrenia dan gerenyet
itu terjadi bersamaan kepada diriku. Oleh karena itu, kadang aku masih
mengalami gejala medis penyakit skizofrenia yang masih sering kualami bersama
sama dengan gejala sindrom Tourette ku. Tapi dari mengalami skizofrenia dan
sindrom Tourette itu aku jadi mendapat pelajaran bahwa keduanya bisa
berdampingan satu sama lain dan menjadi diriku yang sekarang. Aku mendapat
pelajaran bahwa tidak usah ragu dan malu dengan penyakitmu. Apapun penyakit mu,
maka harus kau jalani dengan sabar. Tidak boleh cemas dan merasa gelisah jika
kau mendapat penyakit, termasuk 2 penyakit sekaligus. Skizofrenia dan sindrom
Tourette adalah ketetapan dari Allah dan kita harus sabar di dalam
menjalaninya. Bahkan ujian ini dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Tuhan.
Penelitian Skizofrenia ku
Keterkaitan
antara skizofrenia dan sindrom Tourette ini sebenarnya juga telah diteliti oleh
para peneliti barat. Diantara nya penelitian yang dilakukan oleh J. Kerbeshian
(2009) yang menerangkan hubungan antara sindrom Tourette dan skizofrenia yang
terjadi pada masa awal. Dari hasil penelitiannya, J. Kerbeshian menemukan 10
kasus skizofrenia (semuanya laki laki) pada 399 pasien sindrom Tourette dengan
rata rata prevalensi sebesar 2,5 %. Sementara penelitian terdahulu dilakukan
oleh N. Muller (2002) yang meneliti komorbiditas antara skizofrenia dan sindrom
Tourette. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat 5 pasien yang pertama kali
mengembangkan sindrom Tourette dan kemudian juga mengembangkan skizofrenia
dengan gejala gejala positif dan negatif.
Dari
kedua hasil penelitian tersebut, akhirnya saya mulai melakukan penelitian mini
berdasarkan studi penelitian terdahulu dan menemukan 3 kesimpulan.
Kesimpulan pertama, "bahwa ternyata gangguan sindrom Tourette bukan
merupakan sebuah gangguan yang berdiri sendiri, namun selalu berkaitan dengan
gangguan gangguan lain. Gangguan gangguan lain yang terkait dengan sindrom
Tourette antara lain adalah ADHD, OCD, anxiety, autisme dan skizofrenia"
(Kurnia Amirullah : 2013).
Kesimpulan kedua, "sindrom Tourette juga bisa berkaitan dengan
skizofrenia. Dengan demikian ada hubungan signifikan dan terdapat keterkaitan
antara sindrom Tourette dan skizofrenia. Artinya, orang yang mengalami sindrom
Tourette juga bisa mengalami skizofrenia. Begitu juga sebaliknya" (Kurnia
Amirullah : 2013).
Kesimpulan ketiga adalah "seseorang yang mengalami 2 penyakit ini,
sindrom Tourette dan skizofrenia, pertama kali akan mengalami gangguan sindrom
Tourette terlebih dahulu, kemudian baru menunjukkan gejala gejala skizofrenia"
(Kurnia Amirullah : 2013). Hal ini mengacu pada penelitian sebelumnya dari N.
Muller (2002). Hal ini juga seperti yang terjadi pada diri saya, dimana saya
mengembangkan gejala gerenyet (sindrom Tourette) terlebih dahulu baru kemudian
mengalami skizofrenia.
Itulah
ketiga kesimpulan dari penelitian saya yang bersumber dari pengalaman pribadi
saya dan mengacu pada penelitian penelitian terdahulu dan dari pengalaman saya
sendiri. Semoga dapat bermanfaat. Alhamdulillah, skizofrenia dan sindrom
Tourette tidak mengganggu diriku lagi. Apapun yang terjadi harus dihadapi,
karena di dunia ini kita mesti tidak luput dari ujian. Sekarang aku lebih
bersyukur dengan penyakitku sekarang. Teman teman lain yang menderita penyakit
apapun itu jangan mudah menyerah. Yakinkan Tuhan sebagai penolong mu. Kita
harus tetap bersabar dan melanjutkan impian kita. Kita harus tetap semangat
dalam menghadapi penyakit kita. Semoga kita semua selalu diberikan karunia dari
Tuhan dan bisa tetap semangat menjalani hidup. Amin.
TIC, TIC,
TIC
Mungkin anda baru mengenal
kata tic ini. Anda pasti akan bertanya tanya. Apakah tic itu ? Tic
adalah gerenyet syaraf. Tic adalah gerakan gerakan yang tak terkendali yang
terjadi pada tubuh. Tic ini adalah gerakan di luar kesadaran yang terjadi pada
tubuh. Biasanya yang terserang adalah pada bagian kepala dan wajah. Wajah kita
seakan akan terus bergoyang dan bergetar dengan hebat. Aku pun telah
mengalaminya. Penyakit ini lebih sering memberikan dampak buruk bagiku,
daripada skizofrenia. Sindrom Tourette adalah gangguan neuropsikiatri. Gangguan
ini menyerang sel sel syaraf di otak sehingga akhirnya para penderitanya
kehilangan kendali untuk bisa mengontrol bagian tubuhnya. Masa awal permulaan
terjadinya gejala pada penyakit ini adalah pada masa anak anak dan awal remaja.
Gejala awal terjadinya penyakit ini aku rasakan sejak aku SMA. Pada waktu itu
rasanya badanku selalu bergetar dan aku tak mampu untuk mengendalikannya. Awal
mula gejala penyakit ini adalah terjadinya kedutan pada bagian tubuh, seperti
kepala dan wajah. Awal mula aku menderita penyakit ini aku hanya merasakan
kedutan di kepalaku. Dan itu hanya kurasakan sesekali. Istilahnya, dalam
frekuensi satu - dua, yaitu kedutan hanya terjadi sekitar 1 atau 2 kali dalam
beberapa jam. Namun seiring dengan waktu, nampaknya tic ku semakin parah. Dan
akhirnya kedutan itu berubah menjadi tic, gerenyet urat syaraf yang berlangsung
secara terus menerus. Sehingga dalam 1 menit saja aku bisa mengalami beberapa
kali gerenyet.
Kehidupan ku langsung berubah
ketika itu. Aku menjadi serba salah. Karena gerenyet itu aku sempat menjadi
rendah diri di kelas. Aku tidak percaya diri ketika berhadapan dengan teman
teman ku. Tic itu begitu spontan dan mendadak sehingga aku sempat tidak tahu
harus berbuat apa. Biasanya aku selalu mengakalinya. Agar tidak bertambah
parah, aku sering menundukkan kepalaku sebentar, untuk meredakan gejala tic ku.
Tapi biasanya setelah itu gejala tic ku muncul lagi. Sehingga praktis hampir setiap
jam kulalui dengan gejala tic itu. Waktu itu aku masih belum tahu tentang
penyakit ini. Sehingga waktu itu aku tidak tahu cara cara yang tepat untuk
menyembuhkannya. Waktu itu aku menjadi sangat gelisah. Aku tidak tahu aku harus
bagaimana dengan keadaan ku. Pengetahuan atau kesadaran tentang adanya sindrom
ini memang mutlak diperlukan oleh penderita. Karena jika kita sudah mengetahui
gejala gejala yang ada, maka kita dapat segera menemukan solusi tentang
permasalahan kita. Dengan begitu, kita bisa segera ke dokter untuk
memeriksakannya. Aku pun begitu. Setelah mengetahui penyakit ini aku pun
langsung menjalani pengobatan. Pengobatan sangat penting untuk penderita karena
akan meningkatkan kualitas hidupnya. Dan tentunya akan meminimalisir gejala
gejala gangguan gerakan tersebut.
REFLEKSI
TOURETTE
Pada
awal mula aku menderita penyakit sindrom Tourette, yaitu pada saat aku kelas 2
SMA, aku awalnya tidak mengetahui apa apa tentang keadaan ku waktu itu. Waktu
itu adalah masa masa remaja ku, dimana pada waktu itu aku masih mencari bentuk
dari karakterku yang sebenarnya. Di saat itulah tiba tiba gejala awal tic mulai
terjadi pada diriku. Kejadian ini terjadi sebelum aku mengalami skizofrenia. Waktu
itu mulai muncul kedutan kedutan pada kepala dan wajahku. Kemudian dari kedutan
itu intensitas nya meningkat menjadi tic atau gerenyet syaraf. Pada waktu
itulah masalah mulai terus menghampiriku. Sejak aku mengalami tic itu, aku
mulai tak bisa mengendalikan gerakan gerakan tubuhku. Bahkan untuk berdiri
dengan posisi tubuh yang seimbang aku nyaris tak bisa melakukan nya. Gerakan
dan posisi tubuh ku selalu tak seimbang. Posisi tubuh yang abnormal, seperti
menunduk dan membungkuk itu dari hari ke hari aku rasakan. Posisi tubuh abnormal
yang dipertahankan itu pada waktu itu disertai dengan tic atau gerenyet tubuh.
Waktu itu gerakan gerakan involuntar/ gerakan gerakan yang tak dikehendaki juga
seringkali menjadi gejala ku. Gerakan tubuh yang aneh ditambah dengan adanya
tic yang semakin hari semakin sering juga menjadi masalah buatku.
Waktu itu aku berpikir, mengapa hanya aku saja yang mengalami gejala gejala itu ? Kenapa teman teman ku tidak ada yang berperilaku seperti aku juga ? Gangguan gerak ditambah posisi tubuh abnormal yang aku alami waktu itu sangat terlihat jelas sehingga aku juga menjadi malu dengan teman teman sekelasku. Namun pada waktu itu aku tidak langsung paham dan sadar bahwa ternyata aku menderita sindrom Tourette. Waktu itu aku hanya berpikir bahwa hal itu merupakan suatu hal yang biasa. Namun, ternyata meskipun aku berusaha untuk hidup normal dengan nya, aku tetap merasakan bahwa aku sebenarnya memiliki gangguan, I really have a syndrome... a movement disorder called tic, yang turut menjadi bagian dari kehidupan ku saat ini. Pada waktu pertama kali aku merasakan nya, aku sama sekali tidak menganggap bahwa itu merupakan suatu gangguan, meskipun gejala itu sangat nyata dan betul betul kurasakan. Aku tetap beraktifitas seperti biasa, walau aku waktu itu tahu bahwa aku sebenarnya merasakan ketidaknyamanan dengan kondisi tubuhku saat itu. Namun akhirnya setelah aku menyadari bahwa aku ternyata memiliki gangguan dan keterbatasan ini, aku cukup menjadi sadar dan menerima keadaan ku. Hidupku memang banyak berubah setelah aku mengalami gejala gejala sindrom ini, namun aku rasa aku harus tetap memiliki semangat juang untuk bangkit. Untuk sembuh dan kembali melakukan kegiatan dengan normal seperti sebelum aku sakit. Aku setelah itu menjadi sadar tentang penyakitku dan aku yakin bahwa dengan semangat dan tekad untuk bangkit, maka aku dapat menghadapi penyakit ini dan kembali beraktifitas dengan normal.
Walau kini aku sudah dapat kembali beraktifitas dengan gangguan yang minim, namun aku harus tetap berjuang menghadapi penyakit ku. Kita harus yakin bahwa penderita sindrom Tourette bisa sembuh dan dapat kembali beraktifitas seperti biasa. Akhirnya aku bisa menerima keadaan ku saat ini. Di kala aku sedang menghadapi penyakit ku ini, aku sekarang banyak membaca tentang penyakit ini dan terus menerus berdoa kepada Allah, semoga aku dapat sembuh dan dapat kembali beraktifitas dengan gangguan yang minimal. Aku harap teman teman yang juga menderita penyakit ini dapat juga kembali semangat dan tetap bisa bermanfaat bagi orang lain. Keep Spirit !
Waktu itu aku berpikir, mengapa hanya aku saja yang mengalami gejala gejala itu ? Kenapa teman teman ku tidak ada yang berperilaku seperti aku juga ? Gangguan gerak ditambah posisi tubuh abnormal yang aku alami waktu itu sangat terlihat jelas sehingga aku juga menjadi malu dengan teman teman sekelasku. Namun pada waktu itu aku tidak langsung paham dan sadar bahwa ternyata aku menderita sindrom Tourette. Waktu itu aku hanya berpikir bahwa hal itu merupakan suatu hal yang biasa. Namun, ternyata meskipun aku berusaha untuk hidup normal dengan nya, aku tetap merasakan bahwa aku sebenarnya memiliki gangguan, I really have a syndrome... a movement disorder called tic, yang turut menjadi bagian dari kehidupan ku saat ini. Pada waktu pertama kali aku merasakan nya, aku sama sekali tidak menganggap bahwa itu merupakan suatu gangguan, meskipun gejala itu sangat nyata dan betul betul kurasakan. Aku tetap beraktifitas seperti biasa, walau aku waktu itu tahu bahwa aku sebenarnya merasakan ketidaknyamanan dengan kondisi tubuhku saat itu. Namun akhirnya setelah aku menyadari bahwa aku ternyata memiliki gangguan dan keterbatasan ini, aku cukup menjadi sadar dan menerima keadaan ku. Hidupku memang banyak berubah setelah aku mengalami gejala gejala sindrom ini, namun aku rasa aku harus tetap memiliki semangat juang untuk bangkit. Untuk sembuh dan kembali melakukan kegiatan dengan normal seperti sebelum aku sakit. Aku setelah itu menjadi sadar tentang penyakitku dan aku yakin bahwa dengan semangat dan tekad untuk bangkit, maka aku dapat menghadapi penyakit ini dan kembali beraktifitas dengan normal.
Walau kini aku sudah dapat kembali beraktifitas dengan gangguan yang minim, namun aku harus tetap berjuang menghadapi penyakit ku. Kita harus yakin bahwa penderita sindrom Tourette bisa sembuh dan dapat kembali beraktifitas seperti biasa. Akhirnya aku bisa menerima keadaan ku saat ini. Di kala aku sedang menghadapi penyakit ku ini, aku sekarang banyak membaca tentang penyakit ini dan terus menerus berdoa kepada Allah, semoga aku dapat sembuh dan dapat kembali beraktifitas dengan gangguan yang minimal. Aku harap teman teman yang juga menderita penyakit ini dapat juga kembali semangat dan tetap bisa bermanfaat bagi orang lain. Keep Spirit !
SKIZOFRENIA
DAN TOO RED SYNDROME
Setelah sekian lama
berkenalan dengan sindrom Tourette, saya punya sebuah istilah yang unik untuk
sindrom ini yaitu “Too Red Syndrome” atau sindrom terlalu merah. Istilah ini
memang bisa dimaknai berbagai macam. Saya menyebut nya Too Red Syndrome awalnya
hanya sebagai ungkapan unik. Tapi kemudian setelah saya renungi lagi, mungkin
“sindrom terlalu merah” ini cocok juga sebagai sebutan untuk Tourette Syndrome.
Karena mungkin dengan mengalami sindrom Tourette, maka gerakan kita akan berada
dalam warna merah yaitu hati hati.
Ya,
selama mengalami sindrom Tourette ini sejak saya kelas 2 SMA, saya memang
seringkali menemukan catatan merah dalam perjalanan gerak saya. Sejak dari
kelas 2 hingga kelas 3 SMA saja, saya sering menemukan ketidaknyamanan ketika
harus berhadapan dengan sindrom ini. Sindrom ini menyerang saya begitu hebat
ketika itu. Saat saat SMA saya akui adalah masa masa terparah perjalanan
penyakit saya ini. Sehingga saya menjadi tidak fokus mengerjakan soal dan
mengalami mikrografia. Mikrografia adalah menulis secara melenceng dan tidak
beraturan. Hal ini biasanya diakibatkan oleh pengaruh gerenyet yang mendera
tubuh. Mikrografia selain dialami penderita sindrom Tourette, juga sering
dialami oleh penderita Parkinson dan tremor. Jadi ketika mengalami mikrografia
ini, jika kita menulis di kertas, maka tulisan kita tidak akan tepat dan selalu
melenceng serta tidak beraturan. Hal ini menandakan saat itu kita mulai
mengalami gerenyet yang parah hingga ke tangan.
Selain
mengalami mikrografia, saya juga menjadi tidak fokus dengan pekerjaan dan
kuliah saya. Biasanya ketika kuliah saya duduk di depan, dan ketika kelas penuh
dengan anak anak, saya biasanya menjadi tidak dapat berkonsentrasi di dalam
pelajaran. Rentang perhatian saya menjadi rendah karena saya mengalami gerenyet
yang cukup parah. Sering gerakan kepala yang tidak beraturan itu membuat saya
menjadi rendah diri di kelas karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan sekitar yang serba dinamis. Sindrom Tourette adalah sebuah penyakit
yang sangat mengganggu kehidupan saya sehari hari. Menderita penyakit ini
berarti saya harus siap siap melewati derita dengan mengalami gerenyet secara
terus menerus. Hal ini tentunya adalah pengalaman yang tidak mengenakkan bagi
kita. Karena setiap hari kita harus berusaha agar tubuh kita tetap diam dan
tidak bergetar.
Mengalami
sindrom “terlalu merah” juga layak saya berikan kepada penyakit skizofrenia.
Karena mengalami penyakit ini berarti siap siap untuk tidak bisa merasakan
realita yang sesungguhnya yang terjadi di dunia. Ya, sejak saya mengalami
skizofrenia, saya selalu mengalami delusi dan waham waham yang parah yang
menimpa saya. Mulai dari suara suara di kuping yang memekakkan telinga hingga
timbulnya delusi delusi yang selalu mewarnai hidup saya. Mengalami delusi
berarti mengalami mimpi buruk. Karena kita dipaksa untuk menghadapi situasi
yang sangat jauh dari realitas yang ada. Pikiran kita juga terus menerus
diwarnai dengan kecemasan dan ketakutan yang irasional sehingga terkadang kita
akan selalu jatuh ke dalam jurang kesedihan dan keputusasaan.
Ya,
mengalami sindrom Tourette dan skizofrenia adalah seperti melewati fase yang
buruk bagi saya. Catatan merah nya selama saya menjalani hidup dengannya tidak
akan pernah saya lupakan. Asam manisnya memberikan pelajaran baru buat saya
selama ini.
GAGAP
DAN PALILALIA
Selain mengalami skizofrenia,
aku juga mengalami gangguan neuropsikiatrik lain yaitu sindrom Tourette.
Sindrom Tourette adalah gangguan gerak neuropsikiatri yang biasa mendera kepala
dan wajah. Jadi, kepala dan wajah orang yang menderita sindrom ini akan
bergetar dan bergerak dengan tak terkendali. Jika dalam terminologi ilmu
kesehatan mental, sindrom Tourette masuk dalam gangguan neurosis. Nah, waktu
aku menderita sindrom Tourette itu, aku juga sering mengalami gagap dan
palilalia (mengulang ulang kata atau frase sendiri). Aku pernah punya
pengalaman seputar masalah gagap ini. Yaitu saat aku berada di kelas 3 SMA.
Pada saat pelajaran bahasa, guruku mewajibkan seluruh siswanya untuk membuat
esai yang nantinya harus dibacakan di depan kelas tanpa harus melihat teks.
Jadi seluruh siswa diwajibkan untuk menceritakan esai mereka di depan kelas
secara bergantian. Aku pada waktu itu menjadi gugup. Karena pada waktu itu
gerenyet motorikku dalam keadaan parah.
Akhirnya tibalah saat
pembacaan esai itu di depan kelas. Satu per satu teman teman ku maju ke depan
kelas untuk membacakan esai yang mereka buat. Di depan kelas, aku melihat
mereka pada awalnya juga gugup, tapi setelah itu mereka dapat membacakan esai
itu dengan lancar. Aku berpikir bagaimana hal itu nanti terjadi padaku. Aku
sukar untuk berkonsentrasi dengan gerenyet motorik dan dalam menghapal esai
yang nanti akan aku bacakan.
Kemudian akhirnya tiba
giliranku untuk membaca esai itu. Pada awalnya aku gugup. Kemudian aku
mulai menceritakan esaiku. Pada awal
pembacaan, tak disangka gerenyet motorik mulai menyerangku. Badanku agak
membungkuk dan kepalaku mulai bergerak gerak pelan. Tapi esai itu tetap kubaca
dengan lancar. Hingga kemudian sampai di tengah esai, pembicaraan ku agak
tersendat dan aku mulai gagap dalam mengkomunikasikan pikiranku, tapi kemudian
setelah itu untungnya aku jadi lancar kembali dalam membacakan teks ku.
Pengalaman gugup ketika
berada di depan kelas itu sampai sekarang masih aku ingat. Dan pada waktu waktu
berikutnya, terkadang aku masih mengalami gagap itu. Tidak hanya ketika harus
berbicara di depan umum, bahkan ketika berbicara dengan orang lain saja aku
bisa gagap dalam berbicara. Pikiranku jadi sulit untuk diungkapkan dan menjadi
sedikit kaku.Cara untuk menghadapi tic vokal ini sebenarnya adalah kau harus
tahu apa yang hendak kau bicarakan, terutama ketika berbicara di hadapan orang
banyak. Gagasan kita harus kita ketahui dengan benar dan kita harus betul betul
menguasai materi yang hendak kita sampaikan itu dengan yakin sehingga gerenyet
vokal itu dapat sepenuhnya kita hindari.
Hal lain yang aku sering
lakukan adalah palilalia, yaitu mengulang kata kata atau frase yang telah
diucapkan. Jadi misalnya aku sering berbicara tentang suatu kalimat, kemudian
kalimat itu akan aku ulang lagi pada pembicaraan berikutnya. Itulah yang
dinamakan palilalia, yaitu mengulang kalimat atau frase sendiri. Hal ini
biasanya bertujuan tanpa makna, seringkali hanya sebagai kalimat penghibur
diri. Itulah pengalaman ku selama aku mengalami gagap dan palilalia. Semoga
mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang masalah ini.
GEJALA
DAN CIRI CIRI UTAMA SINDROM TOURETTE
Orang
yang menderita sindrom Tourette tentu akan terganggu dengan keadaan tubuhnya.
Selain berpengaruh pada tubuh, hal tersebut juga berpengaruh pada aspek
psikologis penderita. Gangguan gerak yang terjadi terus menerus akan
menimbulkan ketidaknyamanan dan stres bagi penderita. Sindrom Tourette yang
juga merupakan penyakit neuropsikiatri juga bisa diakibatkan karena tekanan
mental (stres atau depresi). Penyakit ini juga diketahui menyerang sel sel
syaraf neurotransmitter di otak sehingga neurotransmitter tidak dapat berfungsi
dengan baik. Akibatnya akan terjadi gerenyet dan gerakan yang tak terkendali
pada tubuh. Mungkin masih banyak orang yang tidak tahu dan belum bisa
membedakan sindrom Tourette dan penyakit gangguan gerak lain seperti dystonia,
chorea, athetosis atau Parkinson. Jelas sekali diantara penyakit penyakit
tersebut memiliki perbedaan dan dapat dibedakan. Meskipun sama sama penyakit
gangguan gerak (movement disorders) tapi di antara penyakit
penyakit tersebut terdapat perbedaan dan ciri khas masing masing yang
membedakannya dengan penyakit lain. Ciri ciri dan gejala utama yang terdapat
pada sindrom Tourette antara lain :
1.) Adanya tic
Tic disebut juga gerenyet syaraf. Orang yang menderita sindrom Tourette tidak bisa mengendalikan gerenyet gerenyet yang terjadi pada tubuhnya. Gerakan gerakan yang tak terkendali itu berlangsung secara terus menerus dan mendadak. Gerakan yang terjadi biasanya adalah gerakan yang berlangsung cepat dan stereotip. Gejala awal nya mendadak dan bisa berlanjut hingga semakin parah. Namun gejala gejala itu akan jauh berkurang ketika penderita memasuki usia remaja akhir. Tic yang terjadi pada sindrom Tourette antara lain adalah tic motorik dan pada beberapa pasien ditemukan tic vokal (berdehem, palilalia).
2.) Masa awal terjadinya gejala penyakit ini adalah sebelum usia 21 tahun
Gejala awal penyakit ini biasanya menyerang pada usia muda. Gejalanya biasanya mulai tampak pada usia 2 tahun sampai dengan 21 tahun, dengan usia rata rata permulaan terjadinya gejala sekitar usia 7 tahun. Permulaan tic biasanya ringan dan jarang, namun dari hari ke hari gejalanya dapat bertambah parah.
3.) Frekuensi tic harus terjadi berkali kali sehari, hampir setiap hari, selama lebih dari satu tahun, tanpa periode pengurangan selama tahun terjadi yang berlangsung lebih lama dari dua bulan.
4.) Lokasi, jumlah, frekuensi, jenis, kompleksitas atau keparahan tic harus berubah dari waktu ke waktu.
5.) Gangguan ini dapat menyebabkan stres yang ditandai oleh penurunan yang signifikan dalam hal belajar, pekerjaan dan sosial.
6.) Selain gangguan tic, penderita juga kesulitan untuk memusatkan perhatian dan berkonsentrasi terhadap suatu hal. Penderita bisa kehilangan konsentrasi dan tidak bisa memusatkan perhatiannya terhadap suatu hal dalam jangka waktu yang lama.
7.) Terjadi keanehan gerak tubuh
Pada penderita sindrom Tourette, jelas nyata terlihat bahwa penderita tidak bisa menyeimbangkan posisi tubuhnya. Terjadi keanehan dalam setiap gerakan dan dapat menimbulkan gerakan postur yang abnormal.
8.) Penyakit ini juga sangat berkaitan dengan faktor psikologis
Stres dan depresi juga berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap penyakit ini.
9.) Biasanya penderita Sindrom Tourette juga memiliki gejala neuropsikiatri lain yang terkait seperti OCD (Obsessive Compulsive Disorder) dan anxiety (gangguan kecemasan).
Itulah ciri ciri utama dari sindrom Tourette. Penyakit ini memang memiliki persamaan dengan dystonia, namun keduanya berbeda. Ada ciri ciri utama yang membedakan penyakit ini dengan dystonia. Begitu juga dengan chorea dan athetosis. Ciri ciri penderita chorea adalah mereka tidak dapat mempertahankan postur yang berkelanjutan. Sementara perbedaan nya dengan Parkinson dapat dibedakan. Gejala awal Sindrom Tourette terjadi pada usia muda, sedangkan gejala awal Parkinson terjadi pada usia tua. Itulah gejala dan ciri ciri utama sindrom Tourette dan perbedaannya dengan gangguan gerak lain. Semoga bermanfaat.
Tic disebut juga gerenyet syaraf. Orang yang menderita sindrom Tourette tidak bisa mengendalikan gerenyet gerenyet yang terjadi pada tubuhnya. Gerakan gerakan yang tak terkendali itu berlangsung secara terus menerus dan mendadak. Gerakan yang terjadi biasanya adalah gerakan yang berlangsung cepat dan stereotip. Gejala awal nya mendadak dan bisa berlanjut hingga semakin parah. Namun gejala gejala itu akan jauh berkurang ketika penderita memasuki usia remaja akhir. Tic yang terjadi pada sindrom Tourette antara lain adalah tic motorik dan pada beberapa pasien ditemukan tic vokal (berdehem, palilalia).
2.) Masa awal terjadinya gejala penyakit ini adalah sebelum usia 21 tahun
Gejala awal penyakit ini biasanya menyerang pada usia muda. Gejalanya biasanya mulai tampak pada usia 2 tahun sampai dengan 21 tahun, dengan usia rata rata permulaan terjadinya gejala sekitar usia 7 tahun. Permulaan tic biasanya ringan dan jarang, namun dari hari ke hari gejalanya dapat bertambah parah.
3.) Frekuensi tic harus terjadi berkali kali sehari, hampir setiap hari, selama lebih dari satu tahun, tanpa periode pengurangan selama tahun terjadi yang berlangsung lebih lama dari dua bulan.
4.) Lokasi, jumlah, frekuensi, jenis, kompleksitas atau keparahan tic harus berubah dari waktu ke waktu.
5.) Gangguan ini dapat menyebabkan stres yang ditandai oleh penurunan yang signifikan dalam hal belajar, pekerjaan dan sosial.
6.) Selain gangguan tic, penderita juga kesulitan untuk memusatkan perhatian dan berkonsentrasi terhadap suatu hal. Penderita bisa kehilangan konsentrasi dan tidak bisa memusatkan perhatiannya terhadap suatu hal dalam jangka waktu yang lama.
7.) Terjadi keanehan gerak tubuh
Pada penderita sindrom Tourette, jelas nyata terlihat bahwa penderita tidak bisa menyeimbangkan posisi tubuhnya. Terjadi keanehan dalam setiap gerakan dan dapat menimbulkan gerakan postur yang abnormal.
8.) Penyakit ini juga sangat berkaitan dengan faktor psikologis
Stres dan depresi juga berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap penyakit ini.
9.) Biasanya penderita Sindrom Tourette juga memiliki gejala neuropsikiatri lain yang terkait seperti OCD (Obsessive Compulsive Disorder) dan anxiety (gangguan kecemasan).
Itulah ciri ciri utama dari sindrom Tourette. Penyakit ini memang memiliki persamaan dengan dystonia, namun keduanya berbeda. Ada ciri ciri utama yang membedakan penyakit ini dengan dystonia. Begitu juga dengan chorea dan athetosis. Ciri ciri penderita chorea adalah mereka tidak dapat mempertahankan postur yang berkelanjutan. Sementara perbedaan nya dengan Parkinson dapat dibedakan. Gejala awal Sindrom Tourette terjadi pada usia muda, sedangkan gejala awal Parkinson terjadi pada usia tua. Itulah gejala dan ciri ciri utama sindrom Tourette dan perbedaannya dengan gangguan gerak lain. Semoga bermanfaat.
PREVALENSI
SINDROM TOURETTE
Pemahaman dan awareness terhadap sindrom Tourette memang perlu untuk
dilaksanakan, karena memang gejala gejala penyakit ini memang bisa berat dan
sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental seseorang. Orang yang
menderita penyakit ini memang sangat sulit untuk mengendalikan gerenyet
tubuhnya, sehingga orang tersebut akan sulit untuk melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Dengan adanya edukasi dan pemahaman yang baik maka kita dapat
mengendalikan penyakit ini. Penderita perlu diberikan support dan semangat agar
kembali sembuh dan dapat beraktifitas dengan normal kembali. Dengan begitu maka
kualitas hidup pun akan semakin baik.
]Prevalensi (jumlah orang dalam
populasi yang menderita suatu penyakit) sindrom Tourette pada awalnya
dilaporkan hanya sedikit. Itu karena pada waktu itu belum ada kriteria medis
standar yang dibentuk untuk mendiagnosa sindrom Tourette. Namun kini, penderita
sindrom Tourette semakin bertambah setelah dibentuk kriteria diagnosa standar
untuk mendiagnosa gejala sindrom Tourette. Dalam beberapa tahun terakhir memang
angka penderita semakin bertambah sehingga pemahaman dan awareness (kepedulian) terhadap penyakit ini memang harus
dilakukan.
Salah satu penelitian awal dilakukan melalui survei populasi umum pada tahun 1973, yang menunjukkan bahwa hanya 430 kasus telah dilaporkan di seluruh dunia dalam populasi sekitar 3,9 miliar orang, menunjukkan bahwa gangguan tersebut relatif jarang. Namun, studi ini diterbitkan pada tahun 1973, jauh sebelum kriteria medis standar telah dibentuk dengan tepat untuk mendiagnosa sindrom Tourette. Pada tahun 1984, studi prevalensi tambahan telah berubah memperkirakan sekitar 0,05 persen, atau 1 dari setiap 2000 orang, menunjukkan peningkatan pengetahuan dan diagnosis yang benar dari sindrom Tourette. Pada tahun 2008, prevalensi sindrom Tourette sekitar 1 - 2 kasus dalam setiap 100 orang (M.M Robertson, 2008). Dengan demikian selama bertahun tahun telah meningkatkan pengetahuan tentang sindrom Tourette sebagai gangguan neurologis, lebih banyak menggunakan skala rating sindrom Tourette telah menunjukkan bahwa gangguan ini, yang pernah dianggap sangat jarang, terjadi pada sekitar 1 sampai 2 persen dari populasi dunia. Itu artinya, dari 100 orang, terdapat 1 atau 2 orang yang menderita sindrom Tourette.
Beberapa tic yang muncul selama masa anak anak akan hilang sepenuhnya dari waktu ke waktu pada diri mereka sendiri, yang disebut gangguan tic sementara (Transient Tic Disorder). Gangguan ini tampaknya jauh lebih umum daripada sindrom Tourette, terjadi dalam 6 sampai 20 persen dari semua anak. Dengan demikian, hanya sebagian kecil anak anak yang mengembangkan gejala tic benar benar meneruskan untuk mengembangkan semua gejala sindrom Tourette. Prevalensi gangguan tic motor kronis (Chronic Motor Tic Disorder) dan gangguan tic vokal kronis (Chronic Vocal Tic Disorder) kira kira sama dengan sindrom Tourette yaitu 1 sampai 2 persen.
Oleh karena itu, awareness dan pemahaman tentang sindrom ini harus terus di laksanakan sehingga penderita dapat lebih peduli terhadap kesehatannya dan dapat kembali menjalankan aktifitas secara normal.
Salah satu penelitian awal dilakukan melalui survei populasi umum pada tahun 1973, yang menunjukkan bahwa hanya 430 kasus telah dilaporkan di seluruh dunia dalam populasi sekitar 3,9 miliar orang, menunjukkan bahwa gangguan tersebut relatif jarang. Namun, studi ini diterbitkan pada tahun 1973, jauh sebelum kriteria medis standar telah dibentuk dengan tepat untuk mendiagnosa sindrom Tourette. Pada tahun 1984, studi prevalensi tambahan telah berubah memperkirakan sekitar 0,05 persen, atau 1 dari setiap 2000 orang, menunjukkan peningkatan pengetahuan dan diagnosis yang benar dari sindrom Tourette. Pada tahun 2008, prevalensi sindrom Tourette sekitar 1 - 2 kasus dalam setiap 100 orang (M.M Robertson, 2008). Dengan demikian selama bertahun tahun telah meningkatkan pengetahuan tentang sindrom Tourette sebagai gangguan neurologis, lebih banyak menggunakan skala rating sindrom Tourette telah menunjukkan bahwa gangguan ini, yang pernah dianggap sangat jarang, terjadi pada sekitar 1 sampai 2 persen dari populasi dunia. Itu artinya, dari 100 orang, terdapat 1 atau 2 orang yang menderita sindrom Tourette.
Beberapa tic yang muncul selama masa anak anak akan hilang sepenuhnya dari waktu ke waktu pada diri mereka sendiri, yang disebut gangguan tic sementara (Transient Tic Disorder). Gangguan ini tampaknya jauh lebih umum daripada sindrom Tourette, terjadi dalam 6 sampai 20 persen dari semua anak. Dengan demikian, hanya sebagian kecil anak anak yang mengembangkan gejala tic benar benar meneruskan untuk mengembangkan semua gejala sindrom Tourette. Prevalensi gangguan tic motor kronis (Chronic Motor Tic Disorder) dan gangguan tic vokal kronis (Chronic Vocal Tic Disorder) kira kira sama dengan sindrom Tourette yaitu 1 sampai 2 persen.
Oleh karena itu, awareness dan pemahaman tentang sindrom ini harus terus di laksanakan sehingga penderita dapat lebih peduli terhadap kesehatannya dan dapat kembali menjalankan aktifitas secara normal.
BAGIAN
2
BAHASA
JIWA
AKU DAN MAS AGUS
Aku punya kakak sepupu namanya mas Agus. Yang membuat aku lebih nyaman jika bersamanya adalah karena kakak sepupuku ini juga menderita skizofrenia. Dia terkena penyakit ini lebih dulu daripada aku, yaitu kira kira pada masa remajanya. Sekarang umur mas Agus kira kira awal 30 an tahun. Aku suka sekali jika berdekatan dengan mas Agus, karena kami sama sama lebih tahu tentang keadaan kami. Kami sama sama punya respek yang tinggi salah satunya karena kami sama sama menderita skizofrenia. Mas Agus ini dulu waktu sedang kambuh skizofrenia nya sering naik sepeda hingga jauh bahkan hingga ke luar kota. Ia betah jika naik sepeda hingga berjam jam. Ia bahkan sudah menjelajah naik sepeda hingga ke kota tetangga. Aku sampai tak bisa membayangkannya. Kesungguhan dan niatnya bersepeda sampai ke kota tetangga itu barangkali terdengar tidak umum bagi orang biasa. Barangkali hal itu untuk meredakan stres nya. Di kala stres, mungkin mas Agus tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Akhirnya ia pun memilih untuk naik sepeda hingga ke luar kota.
Mas Agus
orangnya sangat baik. Jika kambuh ia selalu melakukan kegiatan seperti
bersepeda atau hanya diam di kamar. Ia tidak pernah marah marah. Jika stres
melanda, paling ia hanya beraktifitas dengan barang barang dapur di kamarnya.
Aku bahkan memiliki memori tersendiri terhadap kakak sepupuku ini. Dulu, ketika
aku masih SD, nenekku datang dengan mas Agus dan mampir untuk menginap di rumah
ku di Jombang. Pada waktu itu aku masih SD, kalau tidak salah kelas 4 atau
kelas 5 SD. Pada waktu itu, nenek ku hanya datang berdua dengan mas Agus. Pada
waktu itu, aku sering melewatkan waktu berdua dengan bermain dengan mas Agus.
Aku selalu mengajak mas Agus pergi jalan jalan. Ya, waktu itu dengan jalan kaki
keliling komplek perumahan. Terkadang aku juga mengajaknya main permainan Sega,
permainan video game yang saat itu sedang populer.
Waktu
itu, aku juga sempat bersepeda bareng dengan mas Agus. Aku selalu diboncengnya.
Mas Agus yang menyetir, sedangkan aku selalu duduk di depan atau di belakang
kemudi. Suatu ketika, aku pernah diajaknya naik sepeda hingga jauh. Bahkan
waktu itu, seingatku, aku pernah diajak naik sepeda hingga ke stasiun kereta.
Itu jauh sekali dari rumahku. Aku sempat ragu apakah mas Agus akan membawaku
keliling naik sepeda hingga jauh atau entah kemana. Tapi akhirnya mas Agus
membawaku kembali pulang. Itulah sebagian cerita yang aku ingat dari mas Agus.
Mas Agus
juga tidak menolak jika diajak jalan jalan. Oleh karena itu, aku sering
mengajaknya jalan jalan. Pada waktu itu, aku ingat, mas Agus juga sering
kambuh. Ketika malam, ia tidak bisa tidur dan sering bermain main dengan panci
dan barang barang dapur. Ia sering membuat kegaduhan ketika malam dan hal itu
yang membuat nenek ku selalu marah kepadanya.
Jika aku
didiagnosis dokter mengalami skizofrenia paranoid, hal yang sebaliknya dialami
mas Agus. Dari tingkah lakunya ia seperti mengalami skizofrenia katatonik. Hal
ini karena ia betah duduk berjam jam tanpa ada kegiatan lain. Tapi meskipun
begitu, aku respek dengan mas Agus. Ia adalah sepupu dekatku karena sama sama
mengalami skizofrenia, tentu hati kami jadi lebih klik satu sama lain. Mas Agus
sudah bertahun tahun mengalami skizofrenia, tapi yang aku kagum darinya adalah
ia dapat berdamai dengan penyakitnya itu dan dapat kembali hidup normal. Aku
selalu berharap semoga Mas Agus dapat diberikan kesembuhan oleh Allah dari
penyakitnya dan semoga jalinan kekeluargaan kita dapat lebih menyatu. Amin...
DI RUANG
KELAS, DI RUMAH MAKAN, DI KAPAL LAUT
Selain mengalami gangguan
skizofrenia, aku juga mengalami gangguan gerak sindrom Tourette yang intens.
Gangguan ini ditandai dengan adanya gerenyet atau gerakan gerakan tubuh yang
tak terkendali. Gerenyet yang kurasakan akan semakin bertambah parah bila aku
berada di tempat tempat yang penuh keramaian atau di ketinggian. Aku pernah
mengalami kejadian ini terutama saat aku menjalani kuliah di kampusku. Kampus
ku di Universitas Jember memiliki dua lantai. Terkadang aku bahkan juga
menjalani kuliah di lantai dua. Kejadian tak mengenakkan biasanya lebih sering
aku alami ketika aku menjalani kuliah di lantai dua kampusku itu. Di ruang kelas,
biasanya aku duduk di barisan bangku paling depan. Di pojok kiri ruangan lah
biasanya aku duduk. Bila sudah begitu, karena aku juga fobia akan ketinggian,
maka gerenyet ku akan lebih sering menderaku di ruang kelas itu. Aku akan lebih
sering menunduk dan bila kupaksakan untuk duduk tegap, maka yang timbul adalah
gerenyet itu. Gerenyet akan muncul tiba tiba bila aku duduk di ruang kelas di
lantai dua kampusku. Aku tak tahu mengapa. Tapi yang jelas gerenyet ku akan
kambuh lebih hebat jika aku berada di tempat ketinggian.
Namun
tidak hanya ditempat ketinggian, gerenyetku akan kambuh lebih hebat, bahkan
ketika di ruang kelas yang ramai pun maka gerenyet ku akan kambuh lebih cepat
dari sebelumnya. Pernah ketika itu aku menjalani perkuliahan di lantai 1
kampusku, aku duduk di bangku paling depan. Waktu itu keadaan ruang kelasku
ramai sekali. Hampir satu ruangan kelas itu dipenuhi oleh mahasiswa mahasiswa
seangkatan. Hampir selama dosen menerangkan di depan kelas, kepalaku hanya bisa
menunduk ke bawah dan menulis. Seringnya, hal itu juga diselingi dengan adanya
gerenyet yang hampir setiap menit kualami. Jadi sering ketika di kelas aku
selalu terbebani dengan adanya tic (gerenyet) yang selalu mengenaiku. Bahkan
selama jam perkuliahan yang dua jam itu aku selalu disibukkan oleh gerenyet dan
kepala menunduk itu ketika di kelas.
Selain
mengalami gerenyet, di kelas aku juga sering mengalami mikrografia. Mikrografia
adalah bentuk tulisan yang lambat laun akan semakin mengecil dan melenceng yang
diakibatkan oleh gerakan tak terkendali dari tubuh itu. Ketika mengalami hal
ini, tulisanku di atas kertas akan semakin mengecil dan melenceng disebabkan
karena aku mengalami tic atau gerenyet yang parah. Mikrografia juga diketahui
dialami oleh penderita Parkinson dan tremor. Karena gerenyet dan mikrografia
yang kualami di kelas itulah aku sering tidak bisa melakukan konsentrasi ketika
berada di kelas. Aku jadi tidak bisa memusatkan perhatian dengan jelas kepada
apa yang tengah disampaikan dosen di kelas. Walau begitu, hal itu tetap tidak
mempengaruhi semangat belajar ku di kelas. Aku tetap serius dan tetap mendalami
pelajaran yang telah diberikan oleh dosenku ketika berada di dalam kelas.
Kejadian
lain yang kuingat seputar pengalamanku mengalami tic adalah ketika aku berada
di tempat yang penuh akan orang atau di tempat tempat keramaian. Disitulah
biasanya tic ku akan kambuh. Memori yang kuingat adalah ketika aku berada di
salah satu rumah makan terkenal di Probolinggo. Pada waktu itu, aku hendak ke
Surabaya bersama keluargaku. Dan ketika sampai di Probolinggo, aku transit di
rumah makan Probolinggo itu untuk makan. Ketika berada di rumah makan itu,
banyak orang yang telah memadati meja mejanya. Rumah makan Tongas, rumah makan
itu, memang adalah rumah makan yang selalu ramai dipadati pengunjung. Baik pada
hari hari biasa atau hari liburan. Ketika aku kesana hari itu, meja meja rumah
makan banyak yang telah ditempati oleh pengunjung. Rumah makan yang luas itu
begitu sesak oleh banyak orang yang ingin makan. Akhirnya, kami dapat duduk di
salah satu meja yang kosong. Namun disekitar kami telah banyak pula orang yang
duduk. Ketika di tempat keramaian seperti itulah, tic (gerenyet) ku tiba tiba
menggangguku lagi. Aku jadi mengalami gerenyet yang tak terkontrol dan kepalaku
menjadi lebih sering menunduk ke bawah. Aku tak mengerti mengapa gerenyet ku
selalu kambuh di tempat yang penuh akan keramaian. Yang jelas ketika itu,
badanku seolah tak bisa bergerak, kepalaku menjadi menunduk dan gerenyet bagian
atas kepala menjadi tak bisa kuelakkan. Perilakuku yang cenderung aneh itu
bahkan menjadi pusat perhatian orang lain. Banyak orang lain yang menjadi
menatapku di rumah makan itu. Gerenyet yang tak terkendali ketika itu selalu
terjadi spontan, tanpa bisa aku kendalikan. Sehingga membuat hari hariku
menjadi muram.
Kejadian
lain yang aku ingat ketika aku berhadapan dengan tic atau gerenyet adalah
ketika kampusku mengadakan study tour
ke Bali pada suatu waktu. Pada waktu itu, salah satu dosen mata kuliah di
kampusku hendak mengadakan study tour
untuk para mahasiswanya ke pulau Bali. Pada hari yang sudah ditentukan,
akhirnya rombonganku pun berangkat dengan menaiki bis menuju pulau Bali. Pada
tengah malam, ketika rombongan bisku sudah sampai ke pelabuhan hendak
menyeberang ke Bali, bis ku pun beralih menaiki kapal laut. Dan ketika berada
di kapal laut itulah tiba tiba gerenyetku menjadi bertambah parah. Ceritanya,
pada waktu itu bis ku pun menumpang kepada kapal laut, hendak menyeberang ke
pulau Bali. Kemudian rombongan yang ada di dalam bis pun dialihkan ke atas
kapal laut itu. Ketika berada di kapal laut itulah tiba tiba gerenyet ku
kembali kambuh semakin parah. Kepalaku kembali bergetar seiring dengan
bergoyangnya kapal laut itu karena tengah menyusuri laut. Waktu itu tubuhku
seakan menjadi kaku, kemudian di atas kapal laut itulah gerenyet tubuhku
menjadi kambuh semakin parah. Aku hampir dibuat stres karenanya. Dan hampir
selama perjalanan laut itulah aku harus berjuang dengan gerenyet yang tak
terkendali itu. Aku melihat selama berada di kapal laut itu teman teman ku
banyak yang sedang menikmati perjalanan laut mereka. Banyak diantara mereka
yang sedang bersenda gurau bersama teman teman mereka yang lain. Sementara aku
harus sibuk dengan gerenyet syaraf tak terkendali yang menyerangku secara
spontan ketika aku berada di kapal laut itu. Mungkin akibat pengaruh laut dan
perasaan takut tenggelam itulah yang menyebabkan aku mengalami gerenyet yang
lebih parah dari biasanya. Momen di kapal laut itu adalah momen yang tak akan
pernah kulupakan saat aku harus berjuang bersama gerenyetku yang semakin tak
terkendali. Di saat itu, kau hanya bisa berharap satu, yaitu sindrom Tourette
mu sembuh dan tidak akan mengacaukan hidupmu lagi.
BUKU
PUISI UNTUK SAHABAT
Aku punya sahabat dekat di
kampusku, namanya Edo. Edo adalah sahabat yang paling baik yang pernah aku
temui selama ini. Ia sering kali memberikan ku motivasi motivasi selama aku
berkuliah di kampus UNEJ. Arahan arahan dan motivasi motivasi yang diberikannya
seringkali berguna untukku di dalam urusan kegiatan di kampus atau
pembelajaran. Di kampus, ia adalah seorang ketua kelas yang sering dipercaya
oleh dosen untuk mengorganisir serta memberikan perintah kepada teman teman
satu angkatan di dalam kegiatan pembelajaran.
Aku mengenal nya sejak berada
di bangku kuliah. Ia dulunya bersekolah di SMA Negeri 1 Jember, sedangkan aku
bersekolah di SMA Negeri 2 Jember. Kami sering bermain dan belajar bersama.
Apalagi ia sering menjadi tempat untuk berdiskusi dan belajar bersama diantara
kami. Menurutku, ia adalah tipe organizer di kampus. Ia sering mengorganisir
para teman teman nya di kampus dalam suasana diskusi kelas dan tugas tugas
kuliah. Ia selalu mengerjakan tugasnya dengan penuh rasa dedikasi. Ia pun
sering menjadi pemimpin kami ketika kami berada di kampus. Kepemimpinan nya
membuat kami merasa ada yang memimpin kami dengan baik. Ia juga sering
dipercaya oleh dosen untuk mengetuai kelas kami. Oleh karena itu, Edo adalah
teman terbaik yang aku punya selama ini. Ia juga sering memimpin dan memotivasi
teman teman lain yang membutuhkan bantuannya. Bagiku, ia adalah seorang
motivator sejati. Ia juga dikenal disiplin di dalam pembelajaran. Dan nilai Ipk
nya selalu di atas rata rata.
Pada hari itu, aku
berinisiatif untuk memberi buku kumpulan puisi cetakan ku sendiri. Ya, di rumah
aku mengumpulkan puisi puisi yang telah aku buat, kemudian aku kumpulkan hingga
mencapai puluhan halaman, kemudian aku print sendiri kumpulan puisiku itu
hingga menjadi sebuah buku, kemudian setelah itu aku jilid buku itu di tempat
fotokopi. Hasil print buku yang masih sangat sederhana itu kemudian aku berikan
kepada Edo. Ya, buku itu adalah sebagai suatu tanda persahabatan diantara kami.
Aku memang ingin memberikan sebuah tanda persahabatan yang dapat dikenang
sepanjang masa, dan akhirnya aku memilih untuk memberikan buku kumpulan puisiku
kepada Edo, sahabatku. Edo, kuharap engkau dapat menerima buku pemberianku ini
dan persahabatan kita akan tetap terjalin sepanjang masa. Amin...
ANTARA AKU, BLANK DAN TONI BLANK
Hari
pahlawan adalah hari suatu nostalgia antara bibit generasi muda dan good
government atau temperamental -
@thetoniblank
Insomnia
adalah suatu gerakan rakyat atau satu people machine untuk eksistensi
siskamling - @thetoniblank
Rindu
adalah satu rasa khas padang. Satu khas atau unit tempur TNI diatas udara atau
air bag to school. Suatu home schooling - @thetoniblank
Timnas U-19
adalah suatu jenis timnas atau suatu tunas yang memiliki kandungan mineral. Mereka
memiliki akar serabut yang bernilai pro love dan tidak terkontaminasi tuntutan
istri-istrimu karena mereka adalah daun muda atau klorofil - @thetoniblank
Aku bisa
punya gigi yang putih dan sehat karena suatu analogi simetris, rajin sikat gigi
dan sikat gusi. Juga karena suatu konsistensi menjaga nilai-nilai kebangsaan di
bulan Agustus dengan suatu perjuangan mengibarkan bendera merah putih. - @thetoniblank
Beberapa
kalimat diatas saya kutip dari perkataan Toni Blank, seorang mantan penghuni
sebuah panti sosial di kawasan kota Yogyakarta. Berdasarkan
pengakuannya sendiri, Toni Blank mempunyai nama asli Toni Edi Suryanto. Dalam
versi Jermannya, namanya adalah Tonikum Bayer. Toni Blank mengaku pernah
bersekolah di SMA Padmanaba Yogyakarta dan juga sempat kuliah di UGM
(Universitas Gajah Mada) Yogyakarta. Toni Blank punya cita cita ingin menjadi
pelatih pesawat udara atau dia sebut “super star sky”
atau “pelatih pilot NASA”. Selain itu, Toni Blank juga bercita cita ingin
menjadi astronot teladan. Itu adalah sekilas masa lalu Toni Blank, yang entah
bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. Toni Blank pernah dirawat di panti
sosial karena ia menderita skizofrenia. Memang sebagian besar perkataan Toni
Blank terkesan asal asalan, lucu bahkan ngawur. Namun jika kita perhatikan
dengan seksama, perkataan dan kalimat Toni Blank kadang mengandung unsur
kebenaran dan kelogisan. Unsur keunikan dari seorang Toni Blank inilah yang
akhirnya menarik pihak X – Code Films untuk membuat sebuah tayangan indie show dengan bintang utamanya
adalah Toni Blank yang bertajuk “Toni Blank Show”. Dengan teknik wawancara (interview),
tim kreatif X-Code Films berusaha menggali opini, pesan, nilai, serta filosofi
seorang Toni Blank atas kejadian aktual yang sedang berlangsung di masyarakat. Pada
awalnya, video acara ini diedarkan secara terbatas melalui jejaring sosial Facebook.
Namun, seperti biasa, akhirnya video video tersebut beredar luas di internet,
khususnya di situs Youtube. Toni Blank Show dimulai
sejak akhir tahun 2009 dan berlangsung hingga kini. Rupanya acara ini cukup
diminati dan punya cukup banyak penggemar di internet. Penggemarnya tidak hanya
dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri. Walau pernah menderita
skizofrenia hingga harus dirawat di panti sosial, namun hingga kini akhirnya
seorang Toni Blank bisa kembali ke masyarakat dan turut berperan sebagai
pengkritisi atas berbagai macam isu yang sedang mengemuka di masyarakat seperti
isu korupsi, DPR, Piala Dunia di Brasil hingga pemilihan presiden 2014.
Aku Dan
Blank
Ini cerita tentang diriku.
Bergeser sedikit dari topik tentang Toni Blank yang pernah “menggemparkan”
jagat internet dengan segala keunikannya itu, kali ini kisah nya bergeser ke arahku.
Aku memang bukan seorang Toni Blank yang dapat “menggemparkan” dunia internet.
Tapi kali ini aku akan menceritakan sebuah peristiwa yang bagiku cukup
“menggemparkan” hatiku kala itu. Pengalaman yang pernah aku alami ini terjadi
sangat mendadak kepadaku, pernah membuat “pusing” hatiku, membuat tangisku
pecah dan ini terjadi saat aku kambuh dari skizofrenia pada pertengahan tahun
2013 lalu.
Ceritanya bermula dari kampus
tempat aku kuliah. Ketika itu aku sedang menaiki sepeda motor dan hendak pulang
ke rumah. Saat sedang berkendara dengan sepeda motor itulah, tiba tiba di jalan
aku terngiang lagi ucapan salah seorang temanku tadi saat di kampus. Tadi di
kampus, kami memang sempat berbicara dan berdiskusi tentang skripsi kami. Entah
kenapa, setelah aku berada di jalan hendak pulang, ucapan dan kata kata teman
ku itu tadi kembali terngiang ngiang dan terdengar kembali di dalam kepalaku.
Aku akhirnya tanpa sadar kembali mengulang ulang suara teman ku itu tadi di
dalam kepalaku. Terus berulang ulang sehingga aku nyaris tidak bisa
memperhatikan suasana lalu lintas yang ada di jalanan. Saat itu pikiranku
berpacu dengan arus kendaraan dan kata kata teman ku itu terus bermunculan di
kepalaku. Aku menjadi bingung dan akhirnya aku pun sampai di rumah dengan susah
payah. Suara suara itu kembali muncul di kepalaku. Seakan memenuhi seluruh
kepalaku.
Saat itulah, “insiden” yang
kedua muncul. Saat masuk ke dalam rumah, waktu itu rumahku sedang sepi karena
bapakku juga masih ada di kantor. Ketika membuka pintu rumah dan masuk ke dalam
kamar, tiba tiba aku tersadar bahwa kunci kontak sepeda motorku tidak ada. Aku
mencari kunci kontak itu dimana mana tapi tidak ketemu juga. Akhirnya, di dalam
rumah itu aku kemudian menjadi bingung dan “pusing”. Aku saat itu bahkan bolak
balik keliling di dalam dan luar rumah ku sendiri sambil mencari kontak motor
yang hilang. Anehnya, aku sempat mengalami blank
saat itu. Artinya, aku tidak mengetahui dan menyadari tentang tindakanku
sendiri. Aku sempat mengalami blank,
pikiranku kosong, dan seolah aku mengalami amnesia sementara. Ketika itu, aku
bahkan sempat keluar masuk rumah hingga tiga kali dengan cara yang sama, yaitu
mencari kontak di sepeda motor, ke kamar dan ke bagian belakang rumah. Hal itu
aku ulangi hingga tiga kali tanpa aku sadar melakukannya. Akhirnya, kontak
motorku dapat aku temukan di dalam sepatuku sendiri. Saat itu aku juga mendadak bingung saat hendak shalat.
Waktu itu aku muter muter rumah sampai ngambil wudlu berkali kali karena sudah
lupa, lalu aku ingat lagi setelah mengambil wudlu untuk ketiga kalinya, aku lalu
berucap "Astaghfirullahaladzim", lalu aku akhirnya tersadar karena
sudah muter muter berulang kali di dalam rumahku sendiri. Kejadian saat aku
mengalami blank itulah, hingga aku
muter muter di rumah ku sendiri tanpa sadar hingga 3 kali dan teringat saat
mengambil wudlu dan berucap “Astaghfirullahaladzim” itulah, yang membuat diriku
teringat pengalaman kelabu saat aku kambuh dari skizofrenia. Saat itu
skizofrenia nampaknya hendak kembali menyerangku. Untunglah, dengan berdzikir
kepada Allah, hatiku kembali menjadi ingat dan menjadi tenang. Aku akhirnya
sembuh dari gejala “pikiran kosong” dan blank.
Waktu itu, aku pun menangis kepada Allah. Aku menangis karena sempat tidak
mampu menanggung beban berat di dalam hatiku. Tapi dengan berdzikir dan selalu
ingat kepada Allah lah, maka hati ini akhirnya menjadi tenang dan akhirnya aku
bisa sembuh dari gejala gejala skizofrenia.
Aku Dan
Toni Blank
Saat
ini, Alhamdulillah, aku bisa terbebas dari gejala skizofrenia dan mulai pulih.
Aku kini terbebas dari gejala “suara suara” dan gejala kosong pikiran atau blank. Aku juga terbebas dari gejala
amnesia sementara, yang merupakan gejala aktif skizofrenia. Semua itu tentunya
berkat kebesaran Allah yang telah membukakan jalan bagiku hingga menuju jalan
kesembuhan. Segala puji bagi Allah, Tuhan Sekalian Alam. Berdzikir mengingat
Allah adalah salah satu kunci kesembuhan bagiku. Begitupun beribadah kepada Allah
dan mensyukuri anugerah Nya. Kini, aku bisa kembali pulih. Saat ini, aku
kembali teringat akan seorang Toni Blank, seorang pengidap skizofrenia yang
mungkin dulu juga pernah menjadi “blank” dengan keadaannya. Aku kemudian
membuat semacam definisi tentang skizofrenia. Kali ini aku tidak membuat
definisi skizofrenia dari sisi medis atau psikologi. Aku terinspirasi dari Toni
Blank, namun lebih jujur. Inilah dia makna skizofrenia bagiku.
"Skizofrenia
adalah suatu ketetapan dari Tuhan, suatu anugerah, ujian dan hikmah agar kita
bisa belajar untuk membangun kehidupan baru yang lebih baik lagi, berarti dan
progresif". (Kurnia, 2014).
MENJADI
COMIC DADAKAN
Siapa bilang seorang
skizofren tidak bisa melawak ? Siapa bilang seorang skizofren hanya menjadi
objek humor ? Siapa bilang seorang skizofren tidak bisa bercanda atau
melontarkan humor ? Setiap orang bisa, bahkan ketika ia menderita skizofrenia.
Saya percaya bahwa setiap skizofren memiliki sisi humor dalam dirinya, meskipun
ada yang memilih untuk tidak mengungkapkannya secara langsung. Tapi sebagian
dari skizofren senang melontarkan candaan dan punya “ilmu” humor sendiri.
Bahkan humor yang dibawakan akan sedikit berbeda karena ia juga adalah seorang
pengidap gangguan jiwa. Tentunya ada bagian dari dirinya yang suka akan humor.
Tentunya seleranya akan humor mempunyai jiwa dan taste tersendiri, karena ia sudah pernah merasakan pengalaman
pengalaman pahit dalam kehidupannya. Saya tidak berhumor ! Memang pada
kenyataannya demikian. Dan akan selalu demikian.
Nah, sekarang mari kita mulai
ceritanya. Saya juga terkadang suka sedikit humor. Bahkan kebiasaan humor ini
bisa menjadikan saya seorang comic
dadakan. Tapi bukan seorang comic
yang tampil di atas panggung atau bahkan di televisi. Tidak juga tampil di atas
panggung megah Stand Up Comedy Indonesia. Saya hanya seorang comic spesialis kamar mandi. Ya, benar.
Jika sudah berada di kamar mandi, jika sedang mood, maka saya bisa menghabiskan waktu disana dengan melakukan
stand up comedy sendirian. Ya, segala topik pembicaraan akan saya bahas. Mulai
dari isu politik, korupsi, masalah persepakbolaan nasional dan timnas PSSI,
sampai hal hal yang remeh temeh dan sepele juga bisa saya jadikan sebagai objek
humor. Biasanya orang suka menyanyi di kamar mandi. Tapi saya memiliki cara
lain. Saya akan menjadi comic di
kamar mandi. Segala isu isu dan topik yang bermunculan dalam kepala saya juga
akan langsung saya ceritakan di kamar mandi. Saya mengobrol ke sana kemari
seperti angin, bahasa Jawanya, ngobrol ngalor ngidul. Kata dosen saya, bahasa
kerennya, talking about the bush.
Bahasa harfiahnya bisa bermakna “berbicara tentang semak semak”, maksudnya,
pembicaraan mengikuti arah semak semak yang bergoyang karena tiupan angin.
Begitulah. Saya terbiasa melakukan humor di kamar mandi atau di kamar sendiri
dengan to the point, langsung mengena
ke sasaran. Biasanya gaya lawakan saya menyinggung kasus kasus korupsi, atau
berlagak menjadi komentator sepak bola yang sedang mengomentari suatu
pertandingan dengan caranya yang khas, tetapi tetap dengan kelucuan khas saya.
Biasanya juga, selain di
kamar mandi, saya melakukan stand up comedy di kamar saya ketika malam tiba.
Saya biasa menjadi comic ketika
malam, ketika kadangkala jenuh melanda, maka saya akan menjadi comic agar pikiran menjadi tenang dan
tidak stres. Gaya lawakan saya tentunya ala saya dengan dipengaruhi sedikit
oleh gaya berbicara ala Toni Blank, seorang penderita skizofrenia yang ngetop
lewat acara “Toni Blank Show”. Meskipun saya belum pernah menonton acara itu,
tapi saya terinspirasi dari kalimat kalimat Toni Blank yang ia tulis di halaman
Facebook.
Bagi saya, meskipun tidak
menjadi comic asli dan bermain di
panggung, tapi menjadi comic buat
saya menjadi cara dan solusi yang ampuh di dalam mengisi waktu luang. Dan bagi
saya, menjadi seorang comic dapat
menjadi terapi bagi jiwa agar tidak mendapatkan stres. Melakukan stand up
comedy bagi saya dapat menjadi sarana terapi dan pemulihan dari stres. Karena
jika saya sudah menjadi comic, maka
beban di hati akan berkurang, karena saya dapat mengulas berbagai topik dengan
cara humoris. Hati dan pikiran pun akan menjadi senang karena saya pun merasa
terhibur dengan ocehan saya sendiri. Ya, sebuah ocehan dari seorang penderita
skizofrenia, yang kadang asal, kadang bermakna.
Salam comic
Indonesia !
SAMA DAN
TAK SAMA
Mungkin kita sering berpikir begini
di dalam hati. Apalagi khususnya bagi kita yang menderita skizofrenia. Kita
terkadang berpikir bahwa mungkin jalan pikiran orang yang normal berbeda dengan
jalan pikiran kita yang menderita penyakit mental (skizofrenia). Saya sendiri,
dalam beberapa tahun belakangan, sering berpikir begini: “Saya, sebagai
penderita skizofrenia, kadang tidak bisa memahami jalan pikiran orang orang
yang normal. Saya sulit memahami bagaimana pola pikir mereka sebagai orang
normal. Apakah mereka dari dulu pikirannya sesuai dengan wataknya, seperti
datar datar saja, atau terkadang mengalami naik turun. Dan bagaimana keadaan
mereka sehingga mereka bisa mencapai karakter atau kepribadian mereka seperti
yang sekarang? Saya tidak bisa memahami dengan jelas perjalanan hati mereka dan
lakon hidup mereka. Saya sering bingung memikirkannya”. Saya seperti tidak bisa
memahami jalan pikiran mereka.
Dan sama juga seperti saya. Mereka, orang orang yang
normal itu, pastinya juga sulit atau tidak bisa memahami jalan pikiran atau
pola pikir kita yang menderita gangguan mental. Mereka pasti tidak mengetahui
dengan jelas bagaimana orang orang yang menderita gangguan mental menjalani
hari harinya. Mereka pasti tidak tahu bagaimana rasanya menjadi penderita
penyakit jiwa. Mereka pasti tidak tahu bagaimana gejolak dan perasaan hati
orang orang yang mengalami penyakit mental ini. Bagaimana Gelombang Lautan
Jiwa mereka, mengutip buku mas Anta. Mereka sama sekali tidak mempunyai
gambaran soal itu. Soal pikiran orang orang yang mengalami “keistimewaan”
seperti itu. Dalam pikiran saya, hanya keluarga lah yang paling bisa mengerti
dan memahami bagaimana kita sebagai penderita penyakit mental menjalani hari
hari kita. Dan psikiater dan psikolog, mereka mengetahui tentang kita lewat
buku teks kedokteran dan pendidikan selama bertahun tahun.
Ya tapi tak apalah. Kita memang berbeda, tapi
hakikatnya kita adalah sama. Kita adalah sama sama makhluk ciptaan Tuhan yang
selalu belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Meskipun kita sama sama tak
mengerti akan dunia masing masing; dunia skizofrenia bagi orang kebanyakan
adalah dunia yang asing dan ganjil. Namun setidaknya kita hidup di bumi
yang sama. Dan kita masih bisa saling menyapa dan berjalin tangan untuk
berkenal dan bertutur sapa. Itulah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita.
Walau kita berbeda, tapi harapan kita tetap sama. Tuhan tak pernah membedakan
seseorang dari statusnya, yang membedakan hanyalah kadar iman dan ketakwaan
semata.
Salam persaudaraan buat kita semua.
Salam Sehat Jiwa !
PENDAMPING HIDUPKU
Sejak
remaja, aku tidak pernah berpacaran. Bahkan hingga aku selesai kuliah pun, aku
tidak sempat merasakan bagaimana rasanya berpacaran. Mungkin tingkahku ini akan
ditertawakan oleh orang lain. Bayangkan, ketika banyak orang dalam usia
remajanya sudah berganti belasan pacar, aku bahkan tidak pernah tahu rasanya
mengungkapkan cinta pada seseorang. Ketika orang lain sudah pernah bilang “I
love you” kepada pacarnya, sampai pergi ke kafe dan nonton bareng ke bioskop
dengan pacarnya, aku bahkan belum pernah sekalipun merasakan itu. Tapi atas hal
itu, aku tidak pernah menyesal. Aku tidak pernah merasa iri kepada teman
temanku yang berpacaran. Aku juga tidak akan merasa rugi jika melewatkan masa
remajaku tanpa berpacaran. Walaupun begitu, sebagai seorang skizofrenia yang
kerap dilanda perasaan cinta, aku pun kini mulai bisa merasakan perasaan itu
kini menjalar kepadaku. Seperti sebuah
angin yang tiba tiba berhembus di dekatku, aku kini dapat merasakan desiran
angin cinta itu didekatku. Ya, aku kini mulai mengenal adanya cinta. Cinta yang
datang dari lubuk hati. Cinta yang tumbuh dan selalu bermekaran di hati.
Secara
jujur akan aku ceritakan kepadamu, kini aku mencintai seorang gadis nun jauh
disana. Seorang gadis yang telah menarik perhatianku sejak aku mulai
mengenalnya. Aku mengetahui tentang rekam jejak dan profilnya lewat sebuah akun
di media sosial. Sejak saat itu aku mulai memperhatikannya, sejak saat itu aku
mulai mengenalnya dan jatuh cinta kepadanya.
Sejak
saat itu aku mulai berikhtiar kepada Allah. Aku selalu berdoa kepada Allah agar
aku diberikan pendamping hidup yang mau menerima aku apa adanya. Aku selalu
berdoa agar gadis yang aku cintai itu dapat menjadi pendampingku kelak. Aku
selalu berdoa dan berdoa kepada Allah agar aku dapat diberikan pendamping hidup
yang setia dan baik hati. Aku selalu berharap ia juga akan mencintaiku seperti
aku mencintainya.
Untuk
seorang yang menderita skizofrenia seperti aku ini, memang sangat mengharapkan
seorang pasangan yang mau mengerti dan peduli terhadap keadaanku. Pasangan yang
mau menerimaku apa adanya dan mau mencintaiku dengan tulus. Fondasi cintaku ini
aku bangun karena Allah. Aku mencintai seseorang tulus karena Allah semata. Aku
memilih pasangan ini juga karena niat beribadah kepada Allah. Aku sangat
mengharapkan cinta tulusnya, karena hanya dengan ketulusan, maka cinta ini akan
selalu berkembang, dari hari ke hari.
KEJUJURAN,
CINTA SEJATI DAN SKIZOFRENIA
Setiap
orang di dunia pasti pernah merasakan cinta. Cinta adalah bahasa universal
dalam diri setiap manusia. Cinta dapat dialami siapa saja, dimana saja dan
kapan saja, tak terbatas dimensi ruang dan waktu. Setiap orang berhak merasakan
cinta, begitu juga dengan para pengidap skizofrenia. Mereka berhak merasakan
cinta, menggenggam cinta dan membagikan cintanya itu kepada orang lain.
Saya
disini hanya hendak memberikan tips dan saran saran bagi seorang penderita
skizofrenia yang hendak mengarungi lautan cinta, yaitu pernikahan. Menikah
adalah sebuah ibadah yang mulia. Pernikahan adalah sunnah Rasulullah dan
merupakan jalan bagi kita untuk menggapai ketakwaan. Dengan melakukan pernikahan,
maka hidup kita akan menjadi lebih berkah dan pernikahan yang langgeng adalah
pernikahan yang diridhoi Allah Swt.
Salah
satu syarat dalam sebuah pernikahan adalah saling mencintai. Dalam Islam, suatu
pernikahan hendaknya didasari atas landasan mencintai karena Allah. Menikahlah
dengan bekal keimanan, keyakinan dan ketulusan niat kita kepada Allah, pasti
Allah akan memudahkan jalan kita selanjutnya. Syarat utama adalah saling
mencintai karena Allah. Kemudian jalan yang dipilih untuk menuju pernikahan hendaknya
harus sesuai dengan syariat. Caranya adalah dengan melakukan taaruf. Tidak
melalui pacaran atau hal lainnya.
Setelah
melalui riset, saya akan berbagi kepada anda yang sedang mengidap skizofrenia
atau gangguan mental lain tentang bagaimana caranya mengkomunikasikan tentang
penyakit yang kita alami kepada calon pasangan kita ketika hendak menikah.
Umpamanya, kita sedang menderita skizofrenia. Lalu, apakah kita harus
menjelaskan kepada calon pasangan kita tentang penyakit kita yang sebenarnya ?
Atau apa yang harus saya lakukan ketika saya mengidap skizofrenia dan hendak
menikah ? Apakah saya harus jujur tentang penyakit yang saya alami kepada calon
pasangan saya ? Bagaimana dampaknya bagi kehidupan saya ? Apakah saya akan
ditinggalkan oleh calon pasangan saya ? Pertanyaan pertanyaan seperti itu
memang kerap muncul tatkala seorang penderita skizofrenia sudah hendak
melangkah ke jenjang pernikahan. Mereka umumnya ragu tentang keadaan diri
mereka, terutama mereka yang mengidap skizofrenia. Mereka merasa malu dan tidak
percaya diri dengan keadaan penyakit yang mereka alami. Mereka takut apabila
mereka jujur kepada pasangan tentang penyakit yang mereka alami, maka calon
pasangan akan beralih menjauhi dan meninggalkannya. Ini pendapat yang tidak
benar. Ini adalah hal yang keliru. Disinilah saya akan berbagi kiat kiat ini
kepada Anda, penderita skizofrenia, yang hendak melanjutkan langkah ke jenjang
pernikahan. Hal ini agar kita dapat membina rumah tangga dengan cinta sejati
dan dinaungi berkah Illahi. Tidak usah malu dengan keadaan anda. Anda juga sama
dengan orang lain. Bahkan jika Anda dapat mengelola skizofrenia yang Anda
alami, maka anda tak ubahnya dengan orang orang lain yang juga telah siap
melanjutkan langkah ke jenjang pernikahan.
Saya mendapat kiat ini,
kiat yang sebenarnya jarang dikemukakan dalam setiap seminar tentang kesehatan
mental, dari teman teman saya yang telah menjalankan taaruf dan telah
melangsungkan pernikahan mereka. Satu hal yang harus Anda lakukan ketika Anda
pertama kali hendak berkenalan dan melakukan taaruf, adalah Anda harus jujur
tentang kondisi Anda. Poin pertama adalah kejujuran. Ya, Anda harus bersikap
jujur dan terbuka terhadap calon pasangan anda tentang diri Anda. Berkaitan
dengan skizofrenia ini, maka kemukakanlah tentang kondisi yang sesungguhnya
tentang penyakit Anda kepada pasangan. Jangan ragu dan malu mengakui kepada
calon pasangan kita bahwa kita memiliki skizofrenia. Hal ini adalah supaya
pasangan kita mau menerima diri kita apa adanya dan mau mencintai kita apa adanya.
Dengan bersikap terbuka bahwa kita mengalami skizofrenia, maka pasangan kita
dapat lebih mengerti dan memahami kita. Selain itu, calon pasangan kita dapat
mengetahui bagaimana mendampingi dan merawat kita nanti. Itulah yang harus
dikemukakan kali pertama pada calon pasangan kita. Jujurlah mengakui bahwa kita
menderita skizofrenia. Pasangan yang tepat adalah mereka yang apabila telah
mengetahui kondisi kita yang sebenarnya, mereka tidak meninggalkan kita dan
tetap ada untuk kita. Itulah hakikat cinta sejati.
Kiat kedua, segera
setelah Anda mengemukakan tentang kondisi Anda, berilah kepada calon pasangan
kita jurnal jurnal atau bahan bacaan mengenai skizofrenia. Hal ini penting bagi
calon pasangan kita agar mereka dapat lebih memahami tentang penyakit yang kita
alami. Hal ini juga untuk menunjukkan bahwa anda terbuka terhadap calon
pasangan anda dan bersiap untuk melanjutkan hidup bersama.
Itulah kiat kiat yang
berguna bagi kita yang hendak melangkah ke jenjang pernikahan. Setelah anda
terbuka tentang kondisi anda, tentu setelahnya anda akan mendapat kemudahan di
dalam membina rumah tangga. Pasangan anda akan menerima diri anda dan mencintai
diri anda apa adanya. Jalanilah pernikahan anda atas dasar ketakwaan kepada
Allah. Insya Allah hidup Anda akan bahagia.
KISAH
JOHN NASH, MATEMATIKAWAN SKIZOFRENIA

John Forbes Nash, Jr
lahir pada 13 Juni 1928. Ia adalah seorang matematikawan Amerika Serikat yang
ahli dalam bidang teori permainan dan geometri diferensial. Teori-teorinya
secara umum digunakan dalam ekonomi
pasar, komputasi, kecerdasan
buatan (artificial intelligence), akuntansi, politik dan teori militer.
Bekerja sebagai peneliti
senior matematika di Princeton
University selama bagian akhir dari
hidupnya, ia memenangkan hadiah Nobel
Ekonomi pada tahun 1994 dalam
bidang ilmu teori permainan bersama dengan Reinhard Selten dan
John Harsanyi.
John
Nash menerima gelar doktor pada tahun 1950 dengan disertasi
tentang teori permainan
non-kooperatif.
Tesisnya, yang ditulis
di bawah pengawasan penasihat doktor Albert W.
Tucker, memuat definisi
dan sifat dari apa
yang kemudian disebut sebagai "Keseimbangan
Nash" (Nash equilibrium). Ini adalah konsep penting dalam permainan non-kooperatif
yang membuat dia memenangkan hadiah
Nobel di bidang ekonomi pada tahun
1994.
John
Nash merupakan seorang penderita skizofrenia. Nash mulai
menunjukkan tanda-tanda paranoid ekstrim, dan istrinya kemudian
menggambarkan perilakunya sebagai perilaku yang tidak menentu. Nash tampaknya percaya bahwa semua orang yang mengenakan dasi merah adalah bagian dari konspirasi komunis terhadap dirinya. Nash mengirimkan surat
kepada kedutaan besar di Washington,
DC, menyatakan bahwa
mereka membentuk pemerintahan. Ia
dibawa ke Rumah Sakit McLean,
April-Mei
1959, di mana ia didiagnosis dengan skizofrenia paranoid.
Gambaran klinis didominasi oleh sering nya mengalami paranoid, keyakinan yang palsu, terlalu
imajinatif atau realistis,
biasanya disertai dengan pengalaman
persepsi yang tampaknya nyata, sesuatu yang tidak benar-benar hadir - terutama
gangguan pendengaran dan persepsional serta depresi
klinis. Pada tahun 1961, Nash
dirawat di Rumah Sakit Negara Bagian New Jersey di Trenton. Selama
sembilan tahun berikutnya, ia menghabiskan
waktu di rumah sakit jiwa,
di mana, selain menerima
obat antipsikotik, ia diberikan terapi insulin shock therapy.
Setelah
melalui beragam pengalaman menghadapi gangguan mental dan pengobatan di rumah
sakit, akhirnya John Nash menyadari bahwa ia harus meninggalkan delusinya dan
kembali ke kehidupan yang rasional dan kembali ke penelitian nya tentang
matematika. Ia memilih untuk bekerja keras dan kembali belajar serta melakukan
penelitian di bidang matematika. Hal ini seperti yang ia tulis pada tahun 1994,
“Aku menghabiskan waktu secara berurutan
5-8 bulan di rumah
sakit di New Jersey, selalu secara
sukarela dan selalu berusaha untuk membuat argumen hukum untuk di rilis. Dan
hal itu terjadi bahwa ketika aku sudah cukup lama dirawat di rumah sakit
bahwa saya akhirnya akan meninggalkan hipotesis delusional
saya dan kembali ke pemikiran diriku sebagai
manusia ke keadaan yang lebih konvensional dan kembali ke penelitian matematika. Dalam selingan ini, seolah-olah,
ditegakkan rasionalitas, aku berhasil melakukan
beberapa penelitian matematika yang terhormat” (John Nash, 1994)
Yang
patut kita telaah dari kisah hidup John Nash adalah sikap pantang menyerahnya
ketika menghadapi skizofrenia. Dengan bantuan dokter dan istrinya ia berhasil
meyakinkan dirinya bahwa orang orang yang sering ditemuinya dalam pikirannya
itu adalah halusinasi nya dan tidak perlu dipikirkan. John Nash juga
membuktikan, bahwa dengan ketekunan dan kerja keras nya di dalam mengembangkan
teori ekonomi telah berhasil membawanya meraih prestasi dan sejumlah
penghargaan. Pada tahun 1978, Nash
dianugerahi John von Neumann Theory Prize untuk penemuan kesetimbangan non-kooperatif,
sekarang disebut kesetimbangan Nash. Ia juga memenangkan Leroy P. Steele Prize pada tahun 1999. Ia dapat
membuktikan kepada kita, bahwa dengan semangat pantang menyerah, ketekunan yang
tiada henti dan kerja keras maka kita akan dapat berhasil meraih impian kita.
Walaupun menderita skizofrenia, John Nash tetap dapat produktif dalam berkarya
dan menghasilkan penemuan yang sangat berarti dalam dunia ekonomi. Ketekunan
nya dan semangat belajarnya, meskipun ia mengalami skizofrenia, tidak
menghalanginya untuk dapat berkontribusi secara optimal bagi lingkungan
sekitarnya. Ia akhirnya merasakan buah kerja kerasnya itu ketika meraih hadiah
Nobel Ekonomi pada tahun 1994. Tentunya memerlukan perjuangan yang panjang dan
tak kenal putus asa di dalam menggapai impiannya. Kisah Nash memberikan kita
pelajaran bahwa setiap individu dengan skizofrenia juga bisa bangkit dari
kegagalan dan meraih karir atau prestasi yang membanggakan dalam hidupnya. Nash
memberikan kita pelajaran bahwa dengan niat dan kemauan yang keras, disertai
keinginan untuk belajar yang tinggi, maka halangan skizofrenia pun akan dapat
kita singkirkan.
Kisah
John Nash telah menginspirasi sebuah film yang berkisah tentang pengalaman dan
perjuangannya menghadapi skizofrenia dan akhirnya sukses sebagai seorang
matematikawan yang berhasil, yang diberi judul A Beautiful Mind (2001). Film ini memberi pesan kepada kita bahwa
bahkan seorang penderita skizofrenia pun, yang sungguh sungguh dalam usahanya,
akan sukses dalam kehidupannya.
BELAJAR
DARI SAM DAN NORMA

Judul
Buku : Letters To Sam
Penulis
: Daniel Gottlieb
Penerbit
: Gagas Media
Saya
baru baru ini sedang membaca buku yang berjudul "Letters To
Sam" yang ditulis oleh Daniel Gottlieb. Buku ini ditulis oleh
seorang kakek kepada cucu nya yang mengalami autisme. Saya baru membaca
seperempat isi bukunya, namun dari situ saya sudah dapat mengambil banyak
hikmah dan pelajaran dari setiap kisah demi kisah yang dituliskan dalam buku
itu. Buku itu mengajarkan kita banyak hal, antara lain pelajaran untuk menerima
perbedaan di dalam kehidupan, bagaimana membangun harapan dan mengambil hikmah
dalam setiap rencana Tuhan. Daniel Gottlieb, sang kakek, adalah seorang
tunadaksa karena kelumpuhan yang dialaminya. Namun karena kasih sayang nya yang
besar dan tulus terhadap Sam, cucunya, yang didiagnosis
autisme, maka ia pun bertekad untuk menuliskan sekumpulan surat surat yang
berisikan cinta dan motivasi motivasi hidup kepada Sam. Dalam setiap surat
surat yang ditujukan nya untuk Sam, sungguh terlihat betapa indah hubungan yang
terjalin antara kakek dan cucu tersebut. Daniel dalam setiap surat suratnya
selalu mengajarkan tentang makna hidup, makna menjadi berbeda dan menghargai
ketulusan cinta.
Dalam
buku ini, Daniel menceritakan betapa bahagia nya ia ketika menanti kelahiran
cucu nya ini. Kemudian Daniel juga menceritakan tentang keluarganya kepada Sam.
Selain itu, Daniel juga menceritakan segala hal dan peristiwa yang dialaminya
dan mampu memberikan makna dalam kehidupannya. Ia ingin ketika Sam sudah
dewasa, ia dapat mengerti dan dapat meneladani hikmah hikmah yang dituliskan
oleh kakeknya. Disini terdapat pelajaran yang luar biasa. Bagaimana dengan
adanya perbedaan di antara kakek dan cucu tersebut, sang kakek mengalami
kelumpuhan, sementara sang cucu mengalami autisme, terdapat jalinan cinta yang
indah yang dibangun diantara keduanya. Disini sang kakek berupaya menunjukkan
cintanya kepada Sam, dengan harapan ketika Sam sudah dewasa, Sam juga dapat
mengajarkan cinta kepada orang lain. Daniel ingin Sam mengenal dan menyayangi
kakek nya dan keluarganya, sekaligus juga menyayangi dan mencintai orang orang
yang ada di sekitarnya.
Letters
To Sam juga mengajarkan bahwa kita harus memiliki harapan. Kita walau pun
berbeda, tapi harus tetap memiliki harapan. Walau kita mengalami kelumpuhan,
cacat badan, autisme, atau segala macam gangguan lain, maka kita tetap harus
memiliki harapan dan semangat di dalam mewujudkan nya. Karena dengan adanya
harapan dan semangat, maka kita dapat menentukan arah kemana kita akan
melangkah selanjutnya. Lebih dari itu, dengan adanya harapan dan impian, maka
kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik lagi karena adanya semangat
dan kemauan dalam diri kita untuk semangat, untuk bisa sembuh. Selain itu
dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar juga sangat dibutuhkan agar
motivasi kita dapat terus meningkat dari hari ke hari.
Dalam
salah satu bab di buku ini, terdapat satu kisah inspirasi lain yang mampu
mengajarkan kita tentang adanya kasih sayang. Dalam salah satu bab nya, Daniel
Gottlieb mengajarkan kita tentang arti memahami seorang yang hadir dalam
kehidupan kita. Dalam bab itu menceritakan tentang Norma,
seorang perempuan yang mengalami skizofrenia. Pada waktu itu, sebelum Daniel
mengalami kelumpuhan, Daniel bekerja sebagai seorang psikolog di sebuah rumah
sakit kota. Dan ia pun bertemu dengan Norma, seorang penderita skizofrenia.
Dalam tulisan nya, Daniel mengatakan bahwa pelabelan atau stereotipe negatif
yang dialami Norma telah menciptakan batasan terhadap sesuatu. Stigma atau cap negatif yang dialamatkan
kepadanya seolah memberi batasan terhadap dirinya, kemampuan nya dan
tindakannya. Namun pada suatu hari Daniel meyakini bahwa stigma atau label itu
berlaku keliru terhadap diri Norma. Stigma itu terlalu mencap "salah"
seorang Norma, hingga ia selalu distereotipe negatif bahkan sebelum ia dapat
bertindak atau melakukan sesuatu. Pada suatu hari, Norma sendiri yang
membuktikan nya. Pada waktu itu, ketika kelahiran Ali, Daniel pun membawanya ke
rumah sakit untuk diperkenalkan nya kepada teman teman nya. Ketika itu, Norma
pun berada disana. Dan betapa terkejutnya Daniel ketika Norma tiba tiba
mengulurkan tangan nya dan hendak menggendong Ali yang berada di pangkuan nya.
Norma pun menggendongnya dan ketika itu Daniel pun merasakan kelembutan dan
kasih sayang dari Norma.
Pelajaran
yang dapat diambil dari kisah ini adalah bahwa pelabelan atau cap yang
diberikan kepada Orang Dengan Skizofrenia
(ODS) sungguh sangat buruk dan sungguh
memberikan cap dan batasan buruk kepadanya. Diagnosa itu perlu agar penderita
dapat diberikan perawatan sesuai kebutuhan yang dialaminya. Namun pelabelan
atau stigma yang diberikan kepada ODS itu sangat dilarang agar tidak membuat
mentalnya menjadi jatuh dan menjadi tidak percaya diri. Kita harus memberikan
motivasi kepada ODS, bukan malah memberikan stereotipe negatif yang tidak
benar. ODS juga manusia, dan setiap manusia diberikan perbedaan oleh Tuhan.
Sudah kewajiban bagi kita untuk menghargai setiap perbedaan dan menghormatinya.
Karena seperti yang dituliskan Daniel dalam bukunya : "Penyakit yang
diderita Norma menyerang otaknya, tetapi jiwanya tetap utuh".
Surat
surat yang ditulis Daniel kepada Sam mengajarkan kepada kita bahwa kita harus
menghargai perbedaan. Setiap manusia pasti berbeda. Dan kita tidak boleh
memberikan label atau cap negatif terhadap orang yang mengalami skizofrenia,
karena mereka pun sama seperti kita. Mereka juga ingin menjalani kehidupan yang
normal dan melakukan hal terbaik dalam kehidupan mereka. Kita tidak sepatutnya
memberikan label dan cap negatif kepada mereka, hanya karena mereka mengidap
skizofrenia. Karena percayalah, bahwa dalam setiap detik kehidupan mereka,
mereka juga ingin berubah, mereka juga ingin kembali menjalani kehidupan yang
normal seperti sebelum mereka menderita penyakit ini. Mereka juga ingin sukses.
Dan tugas kita adalah membantu nya dalam pemulihan, agar mereka kembali dapat
menjalani kehidupan yang lebih baik lagi dari hari ke hari.
FILOSOFI
LAMPU BIS
Pernahkah anda mengendarai bis
Akas Asri, Pahala Kencana atau Gunung Harta ? Atau pernahkah anda merasakan
perjalanan bersama bis Rosalia Indah, Restu Agung, Ladju atau Borobudur ? Saya
pernah menempuh perjalanan darat dengan menaiki bis dari Surabaya menuju
Jember. Ketika itu malam hari, kami harus menempuh perjalanan dari Surabaya
menuju Jember yang berjarak kira kira 200 km. Disini saya tidak akan
menceritakan tentang panasnya menaiki bis kota, lambatnya laju bis atau anehnya
dandanan pengamen. Tapi saya mau bercerita tentang hal sederhana yang disebut
lampu atau pelita. Lebih spesifiknya, lampu bis yang menerangi jalan kami waktu
itu.
Dalam perjalanan itu, saya
masih ingat jarak pancar lampu jauh hanya mampu menyinari sekitar 40 meter. Ada
satu nilai filosofi penting yang sangat berharga dari perjalanan itu. Ternyata
terang lampu sejauh 40 meter mampu menunjukkan jalan sepanjang perjalanan
sampai kota tujuan kami, sejauh 200 km.
Hidup ini ternyata jika kita
hendak maknai persis seperti perjalanan panjang dengan lampu yang jarak
penerangannya sangat terbatas itu. Dengan perlahan lahan, setahap demi setahap,
dari sebuah perjalanan yang panjang, kita akan meniti jalan yang kita lalui
secara bertahap hingga akhirnya nanti kita akan sampai di garis finish atau
tujuan kita.
Tentunya di dalam perjalanan
itu kita akan menemui berbagai halangan. Misalnya harus mendahului kendaraan
lain yang berjalan lebih pelan, macetnya kendaraan, persediaan bahan bakar yang
menipis, emosi yang meninggi atau berhadapan dengan ratusan pengendara lain
yang sama sama ingin berlomba untuk mencapai tujuan. Namun meskipun demikian,
dengan satu per satu kita menapaki jalan hidup kita, kita akan sampai ke
tujuan. Tentunya di dalam perjalanan kita harus menghindari terjadinya
kecelakaan lalu lintas dan konflik antar sesama pengemudi kendaraan. Yang
paling utama, kita harus senantiasa mematuhi tata tertib peraturan lalu lintas
agar perjalanan kita menjadi selamat sampai ke tujuan. Jadi, untuk menuju suatu
tujuan, kita harus meniti dan menjalani setiap langkah kehidupan dengan sungguh
sungguh sehingga berhasil mencapai tujuan. Poin lain yang dapat diambil dari
filosofi lampu bis ini, kita tidak perlu kemampuan melihat masa depan bagi kita
atau yang biasa kita sebut ramalan atau horoskop. Karena ramalan itu pun hukum
nya adalah haram bagi seorang muslim. Kita hanya perlu menerangi jalan tujuan
kita satu per satu, menjalaninya dengan optimis dan sungguh sungguh, hingga
kita sampai ke tujuan. Itulah pesan moral yang hendak saya angkat dari kisah
filosofi lampu bis ini. Semoga bermanfaat.
SEGELAS
AIR MINERAL MOTIVASI DALAM SEHARI
Didalam hidup kita, tentu
kita membutuhkan asupan nutrisi di dalam tubuh kita yang kita dapatkan setiap
hari dengan cara meminum air setiap hari. Air adalah nutrisi terpenting dan zat
yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Kita membutuhkan air setiap hari untuk
menambah asupan nutrisi dan gizi di dalam tubuh kita agar tubuh kita senantiasa
dalam kondisi yang sehat. Sama seperti kebutuhan kita akan meminum air putih,
kesehatan jiwa dan mental kita juga harus kita berikan asupan yang bermanfaat
untuk tubuh dan otak. Asupan itu biasa kita kenal dengan motivasi. Dengan
adanya motivasi yang didapatkan dari keluarga atau sahabat kita, maka hidup
kita akan terpacu untuk hidup lebih baik lagi. Motivasi sangat diperlukan bagi
seseorang karena di dalam hidup kita tentu tidak bisa lepas dari masalah dan
rintangan, oleh karena itu dengan adanya motivasi maka pikiran kita dapat
menjadi tenang dan kita akan diberikan kemampuan untuk mengatasi masalah
masalah tersebut.
Pada intinya, kita setiap
hari harus memenuhi pikiran kita dengan motivasi motivasi yang dapat
mencerahkan jiwa. Motivasi motivasi itu bisa di dapat dari mana saja. Bisa dari
orang tua, saudara, keluarga, sahabat, buku atau dari pengalaman dan interaksi
kita setiap hari dari lingkungan. Dari lingkungan lah kita dapat memetik hikmah
dan motivasi yang nantinya dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari
hari. Selain itu, sumber motivasi terbesar kita yang paling baik adalah berasal
dari Al Quran, firman Tuhan dan Al Hadits, ucapan dan perilaku Nabi Muhammad
SAW. Al Quran mengajarkan kepada kita tentang firman Tuhan, yang didalamnya
terdapat berbagai pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya dan dapat kita
jadikan sebagai pelajaran agar kita dapat menjalani hari dengan baik dari hari
ke hari. Di dalam Al Quran juga terdapat motivasi motivasi untuk kita agar kita
semakin giat di dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Di dalam Al Quran
terdapat pelajaran pelajaran berharga yang harus kita ambil hikmahnya setiap
hari. Baik itu dengan perkataan maupun perilaku kita sehari hari. Kita dapat
mengambil hikmah dan pembelajaran dari Al Quran itu dengan cara membacanya
setiap hari, mencoba merenungi kisahnya dan menerapkannya di dalam kehidupan
sehari hari. Dengan demikian, hati dan perasaan kita akan menjadi semakin bersih,
jiwa kita akan menjadi tenang dan kita akan diberikan pahala yang berlipat
ganda oleh Allah SWT. Oleh karena itu, marilah ambil segelas air mineral
motivasi dalam sehari, rasakan kesegarannya dan terapkan ilmunya untuk
kehidupan sehari hari kita agar hidup kita senantiasa mendapatkan berkah.
Amin...
LELE
Aku
akan menceritakan tentang pengalamanku sewaktu aku masih duduk di bangku SD.
Ketika itu aku tinggal di Jombang, sebuah kota santri yang juga sebagai kota
kelahiran Gus Dur. Pada waktu itu, aku tinggal di rumah dinas Pengadilan
Negeri. Ini karena profesi ibuku adalah seorang hakim di Pengadilan Negeri
Jombang. Pada suatu waktu, ibuku mengajakku pergi ke pasar. Namanya Pasar Legi,
pasar terkenal di kota Jombang. Saat itu, ibuku mengajakku pergi ke tempat
penjual ikan. Aku pada waktu itu menurut saja. Aku pada waktu itu juga belum
tahu kemauan ibuku. Saat itu, ibuku kemudian pergi ke seorang penjual ikan
segar di pasar, dan langsung membeli beberapa ekor ikan lele segar, yang masih
hidup. Mungkin ada 6 atau 7 ikan lele yang dibeli waktu itu. Aku pada waktu itu
menjadi bingung, hendak diapakan ikan ikan lele yang masih hidup itu. Saat
itulah, aku yang ditugaskan untuk memegang tas plastik berisi lele lele itu.
Saat itu, aku agak takut memegangnya, karena di dalam tas plastik itu, lele
lele itu tampak tak dapat berhenti bergerak. Mereka terus menerus bergerak
kesana kemari dengan hebat, seolah ingin segera keluar dari plastik plastik
itu.
Sepulang
dari pasar, akhirnya kami pun membawa lele lele hidup itu ke belakang rumah.
Kebetulan, bagian belakang rumahku cukup lebar, disana terdapat sebuah
lengkungan tanah yang dalam, yang menyerupai kolam besar yang berisi air. Nah,
disitulah akhirnya ibuku melepaskan lele lele hidup itu. Lele lele itupun
akhirnya kulepaskan ke dalam kolam alami itu. Akhirnya lele lele itu berebutan
hendak masuk ke kolam belakang rumahku. Aku pun akhirnya merasakan mempunyai
hewan peliharaan sendiri. Aku sebelumnya tak tahu mau diapakan lele lele yang
banyak itu. Pada awalnya, aku berpikir, lele lele itu akan dimasak menjadi
pepes lele atau pecel lele. Ternyata, lele lele itu hendak dipelihara oleh
ibuku. Aku menjadi senang ketika itu. Kolam alami kami pada waktu itu cukup
besar, sehingga mampu menampung lele lele itu dengan cukup luas. Aku pada waktu
itu sempat gembira ketika kulihat segerombolan lele lele yang berenang di kolam
kami.
Hari
demi hari berlalu, waktu itu adalah musim penghujan, sehingga ketika hujan
datang cukup deras, aku bisa pergi ke kolam sambil menikmati memandang lele
lele itu berenang di dasar kolam. Gerakan lele lele itu sangat lincah dan
cepat. Mereka dapat berenang di dasar kolam yang dalam hingga tak kelihatan
lagi. Air ketika itu juga berlimpah, sehingga kolam kami menjadi kerajaan air
yang luas bagi lele lele kami itu.
Waktu
demi waktu pun berlalu, saat itu musim penghujan telah berakhir. Musim pun
berganti menjadi musim kemarau yang panas dan gersang. Akhirnya, tanpa kuduga,
pergantian musim itu berdampak pada kolam alami yang ada di belakang rumahku.
Karena saat itu musim kemarau dan tidak ada hujan lagi, perlahan lahan jumlah
debit air di kolam alami belakang rumah kami menyusut. Air yang semula
berlimpah menjadi semakin berkurang. Debit air itu semakin berkurang hingga
sampai ke titik dimana kolam alami kami mengalami kekeringan. Akhirnya,
pemandangan itupun terjadilah. Karena kolam alami kami kekeringan hingga hanya
menyisakan sedikit air, maka lele lele yang hidup di dalamnya pun menjadi
menggelepar gelepar kekurangan oksigen. Aku yang pada waktu itu merasa iba
dengan lele lele itu, akhirnya segera pergi untuk mengisi gayung dengan air
kemudian aku siramkan ke arah kolam alami itu. Tapi, karena memang kolam kami
memang hanya beralaskan tanah, jadi air yang aku siramkan ke kolam menjadi
cepat hilang terserap tanah. Akhirnya, seberapa sering aku mencoba
menyelamatkan ikan ikan ku, namun mereka tetap tidak tertolong. Lele lele itu
akhirnya hanya mampu bertebaran di dasar kolam.
Aku
seketika itu menjadi sedih. Lele lele yang kupelihara setelah sekian lama akhirnya
harus mati satu persatu. Namun ketika itu ibuku datang kepadaku. Saat itu ibuku
datang menghiburku dan dia mengatakan bahwa aku tidak perlu bersedih. Lele lele
itu juga masih dapat berguna bagi kami. Ibuku lalu mengatakan bahwa lele lele
yang mati itu sebaiknya diberikan kepada tukang becak langganan kami. Ibuku
mengatakan bahwa lele itu pasti berguna bagi tukang becak langganan kami.
Akhirnya ibuku pun memberikan lele lele itu kepada Pak Lan, tukang becak
langganan kami. Pak Lan sangat senang menerima lele lele itu. Mungkin ia akan
memasak lele lele itu di rumahnya. Aku pun juga merasa bahagia. Kejadian itu
memberikan hikmah kepadaku. Bahwa kita juga bisa berbagi dengan orang di
sekitar kita. Lele lele itu memberikan pelajaran yang berarti bagiku, bahwa
ketika hidup dan matinya pun, lele lele itu dapat mengajarkan arti dan hikmah
kepadaku. Subhanallah. Maha Suci Allah yang telah mengajarkan hikmah hikmah
kepada kami.
U697YVT
DAN DAYA INGAT MEMORI ANAK ANAK
Saya ingat, sewaktu
masih kecil dulu saya sering bermain dengan saudara sepupu saya yang berada di
Situbondo. Kami waktu itu sering bermain bersama, dari mulai permainan sepak
bola, petak umpet hingga bermain
permainan komputer. Saya waktu itu masih ingat, komputer adalah barang yang cukup
mewah pada saat itu. Pada saat itu, komputer sepupu saya masih baru dibeli.
Jadi kami sering main dengan asyik di komputer itu. Entah bermain game
komputer, menggambar atau menulis cerita.
Yang
saya ingat dulu ketika kami bermain Microsoft Word, adalah kami mulai menulis
cerita di lembar Microsoft Word itu. Ketika itu, karena kami masih dalam
suasana bermain, kemudian salah seorang sepupu saya pada waktu itu mengetikkan
angka sembarang di lembar kerja Microsoft Word nya. Waktu itu tak
sengaja tertulis di lembar Microsoft Word nya sebuah rangkaian huruf dan angka
yang kebetulan berbunyi seperti ini : U697YVT. Pada waktu itu tertulis seperti
itu di lembar Microsoft Word nya.
Saya yang waktu itu melihat nya mulai mengingat ingat rangkaian huruf dan angka
itu. Waktu itu rangkaian huruf dan angka itu saya hafalkan di dalam hati.
Hingga beberapa waktu kemudian, saya kembali mengingat rangkaian huruf dan
angka itu, ternyata saya masih bisa mengingatnya. Ya, bahkan sudah beberapa
hari sejak rangkaian kalimat itu pertama kali ditulis, saya selalu mengingatnya
dan selalu menghafalnya di dalam hati saya. Akhirnya, kalimat itu saya tuliskan
di rak buku saya
dan setelah itu saya tidak pernah lupa rangkaian kalimat huruf dan angka itu
sampai sekarang.
Saya
tidak mengerti mengapa hal menakjubkan ini bisa terjadi. Tapi yang saya tahu,
pengalaman dan memori yang dimiliki sejak kita masih anak anak, akan selalu
terpatri dalam pikiran kita hingga kita bisa mengingatnya di kemudian hari.
Saya tak menyangka bisa menghafal kalimat itu hingga kini. Karena tentu
menghafalkan sebuah kalimat tanpa arti tentu sulit jika dibandingkan dengan
mengingat atau menghafalkan kalimat yang mempunyai arti atau pengalaman yang
sangat membekas dalam ingatan selama kita masih anak anak. Nyatanya rangkaian
huruf dan angka yang secara tidak sengaja dibuat oleh sepupu saya itu hingga
kini masih mampu saya ingat. Artinya, daya memori dan ingatan saya masih
terpatri dengan baik hingga kini, walaupun saya mengingatnya dengan secara
tidak sengaja. Hal ini memberikan kita pelajaran bahwa segala hal yang menarik
yang terjadi ketika kita masih anak anak, akan membekas dan selalu terpatri
dalam ingatan kita. Tak peduli seberapa lamanya ingatan itu ada.
ORPHAN

Sebuah film
seharusnya bisa memberikan kisah atau cerita yang berguna bagi yang melihatnya.
Setidaknya di dalam sebuah film harus terdapat pesan moral atau nilai hidup
yang disampaikan kepada penikmatnya. Saya termasuk penyuka film film dari luar
negeri. Film yang saya tonton biasanya adalah film film yang diproduksi oleh
Hollywood. Saya tergolong tidak fanatik terhadap satu genre film, jadi jika ada
film yang jalan kisahnya menurut saya menarik, maka saya akan langsung tertarik
untuk menontonnya. Sudah beberapa jenis genre film yang telah saya tonton.
Mulai dari genre komedi, drama, action, animasi, Sci-Fi, horor, hingga thriller
pun pernah saya tonton. Saya memilih suatu film biasanya karena tertarik dengan
jalan ceritanya, atau kisahnya saya anggap unik untuk saya tonton. Suatu kisah
yang memiliki jalan cerita yang unik atau berbeda dengan kisah yang ada
biasanya akan saya tonton. Saya penasaran dengan film bertemakan seperti itu,
dan jika melihat sinopsis ceritanya di internet atau langsung membaca
sinopsisnya di bungkus DVD nya dan tertarik, maka akan langsung saya beli. Hal
ini karena kesempatan tidak datang dua kali. Mungkin saja nanti saya kehabisan
barangnya jika tidak langsung membeli. Oleh karena itu saya sering sempatkan
mampir di toko DVD langganan saya dan menjelajah setiap kaset DVD yang ada
disana. Hal ini saya jadikan sebagai hobi tambahan saja, tidak saya jadikan
hobi utama yang mengharuskan saya membeli DVD setiap minggu atau setiap bulan
atau setiap tahun. Tidak. Karena saya bukan fanatik film, maka menonton film
bagi saya hanya saya lakukan sekedarnya, apabila ingin menonton saja.
Kali ini saya
akan mengulas tentang sebuah film thriller besutan Hollywood yang disutradarai
oleh Jaume Collet – Serra. Film yang diproduksi pada tahun 2009 ini termasuk
film thriller misterius yang membuat saya ingin menontonnya. Judulnya membuat
saya penasaran. Judul filmnya adalah “Orphan”. Kemasan covernya cukup unik.
Disana terdapat seorang gadis kecil, yang digambarkan berpakaian sangat rapi,
ditambah ada sebuah tagline di atasnya bertuliskan “There’s something wrong with Esther” (Ada sesuatu yang salah dengan
Esther). Dari situ saja saya sudah dapat menyimpulkan bahwa film ini bergenre
thriller atau horor. Ya, ternyata saya benar. Film “Orphan” adalah film
bergenre thriller yang berisikan “embel embel psikologis” di dalam ceritanya.
Ceritanya, ada pasangan suami istri yang telah memiliki 2 anak. Mereka cukup
bahagia dengan pernikahannya. Kemudian sang istri hamil lagi anak yang ketiga,
namun sayang, anak ketiganya harus meninggal karena mengalami komplikasi ketika
hendak dilahirkan. Kematian anak ketiganya membuat pasangan suami istri ini,
Kate dan John menjadi sangat frustasi. Apalagi Kate, ia merasa hidupnya menjadi
tidak seimbang. Kemudian atas saran psikolog, Kate disarankan untuk mengadopsi
anak sebagai pengalihan atas kematian anaknya. Pasangan ini pun setuju. Mereka
akhirnya pergi ke tempat adopsi anak yatim piatu dan mulai mengadopsi anak
disana.
Akhirnya mereka pun bertemu dengan
seorang gadis bernama Esther yang kemudian mereka adopsi. Disinilah awal
permasalahannya dimulai. Hal ini sekaligus menjadi inti cerita dalam film ini.
Saya tahu, di negara negara barat, stigma terhadap gangguan mental sangat
kental dan kuat. Stigma sangat besar disana terhadap para pasien gangguan jiwa.
Bahkan mereka, negara negara barat itu, cenderung memakai istilah dan kalimat
kalimat yang bernada rendah jika membicarakan tentang gangguan jiwa. Bahkan,
perlakuan terhadap orang dengan gangguan jiwa juga sangat menstigma dan
diskriminatif disana. Dan celakanya, hal itu juga coba mereka tunjukkan di
dalam film ini.
Esther, dalam
film ini, digambarkan sebagai seorang dengan gangguan jiwa, penghuni rumah
sakit jiwa, yang bertindak sangat kejam terhadap keluarga yang mengadopsi
mereka. Maaf, bentuk kekejamannya tidak bisa saya ceritakan disini. Ya, Esther,
seorang dengan gangguan jiwa, dan kemudian diberi “peran” yang sangat tidak
manusiawi dan sebenarnya sangat tidak sama dan tidak sesuai dengan realitas
kehidupan gangguan jiwa yang sebenarnya. Ya, dalam film ini, digambarkan
seorang dengan gangguan jiwa bisa dengan mudah melakukan tindak kekerasan
terhadap orang lain. Ini tidak benar ! Sangat tidak benar. Saya berani mengatakannya
karena saya sendiri adalah seorang pengidap gangguan jiwa. Dan kami tidak
berbuat seperti itu. Aku rasa stereotip yang melekat di dalam diri penderita
gangguan jiwa adalah salah besar. Mereka membuat stigma itu dimana mana, bahkan
lewat film sekalipun. Aku rasa aku akan membuat pernyataan, yang menjadi simbol
atas penolakan kami terhadap hal ini,
“Seorang pengidap gangguan jiwa sejati tidak
akan pernah melakukan tindak kekerasan apalagi perbuatan yang bisa melanggar
hukum pidana, karena mental kami sudah diuji dengan kesabaran dalam menghadapi
penyakit kami. Gangguan jiwa yang kami alami tidak menjadikan kami seorang yang
berhati keras. Kami juga adalah manusia biasa, yang mempunyai hati dan jiwa
yang murni”.
Itu adalah
pernyataanku. Menanggapi sejumlah stigma yang salah dan berakar di dalam
kehidupan kita. Bahwa pengidap skizofrenia bukanlah penjahat kelas kakap yang
harus ditakuti. Kami bukanlah psikopat seperti yang banyak diceritakan di
televisi. Mulai dari sekarang kita harus bisa membedakan antara psikopat dan
penderita skizofrenia. Keduanya jelas berlainan. Psikopat adalah sebuah
kelainan yang ada pada diri seseorang, namun bukan termasuk gangguan kejiwaan.
Itu adalah gangguan yang bisa dialami oleh orang normal. Ingat, psikopat bukan
gangguan jiwa. Gangguan jiwa skizofrenia mempunyai tahap tahap penyakit dan
gejala gejala maupun simptom yang jelas. Kami bukan psikopat yang berbahaya.
Jangan terpengaruh oleh film film bergenre seperti itu. Film film seperti itu
hanya menyebarkan stigma dan menjadikan gangguan jiwa sebagai bahan olokan.
Kami, penderita skizofrenia, juga sama dengan orang biasa lain, yang bisa
bekerja dan hidup normal. Pernyataan ini akan terus kami gaungkan agar stigma
itu semakin hilang. Bahwa penderita skizofrenia juga sama dengan orang normal
lain dan bisa hidup produktif dan tetap berkarya.
Salam
Sehat Jiwa!
MEMELIHARA
IKAN HIAS, HOBI BERMANFAAT UNTUK ODS
Kita sebagai seorang
skizofren, rentan mengalami stres atau depresi. Biasanya stres atau depresi ini
menyerang kita ketika beban pikiran menumpuk atau sedang jenuh. Biasanya stres
yang terjadi dialami dalam beberapa hari, beberapa minggu bahkan beberapa
bulan. Hal ini tergantung kepribadian dan watak orang tersebut. Stres atau
depresi yang berkepanjangan dapat membuat pikiran kita menjadi jenuh dan tidak
jernih lagi sehingga membuat segala aktifitas kita menjadi terpengaruh. Hal
yang sering dirasakan oleh penderita stres adalah mereka sering menjadi tidak
bersemangat di dalam menjalani aktifitas mereka sehari hari karena stres telah
mengambil alih kehidupannya. Hidupnya menjadi suram dan stres telah membuat
hidupnya menjadi lebih pasif dari biasanya. Hidup kita menjadi tidak
bersemangat di dalam kehidupan sehari hari.
Oleh karena itu diperlukan
sebuah kegiatan yang dapat mengurangi stres dan depresi kita. Salah satu
caranya adalah menjalani hobi yang kita sukai. Salah satu hobi yang sangat baik
untuk dapat mengurangi stres dan depresi kita adalah dengan cara memelihara
ikan hias. Dengan memelihara ikan hias, maka kita akan dapat menikmati
keindahan ikan hias tersebut dan mensyukuri keindahan makhluk Tuhan. Dengan
memelihara ikan hias, maka kita juga dapat memiliki aktifitas rutin yang dapat
menjadi penghilang stres dan bosan. Kita dapat mempunyai aktifitas memberi
makan dan membersihkan akuarium tempat ikan kita tinggal. Dengan memelihara
ikan hias, maka kita dapat mempunyai aktifitas yang bermanfaat dan kita juga
dapat menikmati keindahan ikan hias yang sangat beraneka ragam itu. Dengan
memelihara ikan hias, maka dapat berfungsi sebagai penghilang stres dan juga
dapat digunakan sebagai sarana bersyukur atas kebesaran Allah.
Memelihara ikan juga memiliki
tips tips agar ikan dapat sehat dan berkualitas. Pada dasarnya setiap jenis
ikan hias membutuhkan perawatan berbeda, tergantung ukuran dan karakter ikan.
Secara umum ikan hias hasil kawin silang memiliki daya tahan tubuh yang lebih
lemah.
Berikut ini beberapa tips
umum dalam memelihara ikan hias :
- Siapkan air tiga hari sebelum ikan dimasukkan
ke akuarium atau kolam. Perhatikan kualitas air yang akan dipakai. Secara umum
air PAM dapat digunakan, hanya saja perlu ditambah sedikit zat klorin untuk
menetralkan kandungan kaporitnya. Untuk menghilangkan kuman masukkan setetes
metlin blue setiap 25 liter air.
- Hendaknya dilakukan pergantian air secara
rutin untuk membersihkan akuarium. Pergantian air akuarium sebaiknya dilakukan
secara rutin seminggu sekali dengan total 70 % air diganti. Sisa air yang 30 %
dibiarkan saja, jangan diganti, karena berguna sebagai alat adaptasi bagi ikan
terhadap air yang baru.
- Berilah makanan pada ikan secara teratur.
Intensitas pemberian makanan tergantung pada jumlah makanan. Beri makanan
sewajarnya, tidak boleh terlalu banyak (karena akan mengotori akuarium) dan
tidak boleh terlalu sedikit. Sebaiknya beri makan ikan 2 x sehari, yaitu pada
pagi dan malam hari.
- Sesuaikan ukuran akuarium atau kolam dengan
jumlah dan ukuran ikan. Sebaiknya ikan yang berukuran kecil digabung dengan
yang ukurannya tak jauh beda, seperti jenis neon tetra, dan kongo. Atau ikan
koki dengan ikan komet. Penggabungan ikan sebaiknya digabung dengan ikan yang
ukuran nya sama.
- Jika ikan terkena penyakit, sebaiknya segera
pisahkan, lalu beri pengobatan seperlunya. Penyakit yang sering menjangkit ikan
hias adalah white spot, jamur, dan cacing. Selesai diobati
sebaiknya ikan hias yang sakit tadi tak dikembalikan ke akuarium yang sama.
Lebih baik digabungkan bersama ikan lain yang pernah sakit.
Itulah tips tips memelihara
ikan hias. Kita harus rajin di dalam merawat ikan ikan peliharaan kita agar
tidak mudah sakit. Kita harus memberinya pakan secara teratur dan melakukan
pergantian air akuarium secara rutin agar menjadi bersih. Memelihara ikan bagi
seorang ODS adalah hal yang bermanfaat karena dapat membuat kita dapat
melakukan hobi dan aktifitas yang bermanfaat dan dapat juga sebagai penghilang
stres dan depresi. Memelihara ikan juga dapat menjaga ketekunan dan kesabaran
kita di dalam merawat ikan hingga tumbuh dewasa.
Saya sebagai ODS juga kini telah memelihara
ikan ikan hias di rumah saya. Adapun jenis ikan hias yang saya pelihara adalah
ikan koki, ikan komet, ikan patin, ikan kaviat dan ikan gupi. Dengan memelihara
ikan hias, saya akui saya jadi bisa menjalankan hobi yang bermanfaat bagi saya.
Selain itu, memelihara ikan hias juga dapat dijadikan sarana di dalam
mensyukuri kebesaran Tuhan. Akhirnya, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi
kita.
Salam.
BAGIAN
3
RENUNGAN
JIWA
BACA
BUKU PANDUANMU !
Kita
menjalani hidup di dunia ini tidak dengan sia sia. Kita hidup di dunia ini
dengan adanya tujuan selama kita hidup yang harus kita laksanakan agar hidup
kita dapat berguna bagi diri kita dan lingkungan kita. Tentu kita sudah mengetahui
selama kita hidup di dunia ini kita dibekali dengan adanya norma norma atau
panduan hidup selama kita tinggal di bumi ini. Panduan hidup yang pertama kali
ada di dunia ini adalah kitab suci. Kitab suci saya adalah Al Quran. Di dalam
Al Quran inilah kita dapat menemukan pedoman dan aturan aturan hidup selama
kita hidup di bumi ini. Di dalamnya terdapat firman Allah SWT, pemberi
petunjuk, pembawa kabar gembira dan peringatan terhadap umat manusia agar
senantiasa berada di jalan yang lurus yang diridhai Nya.
Kita
harus beriman kepada kitab suci kita ini. Kita harus mengimani dan melaksanakan
segala hal yang telah diperintahkan oleh Allah selama kita tinggal di bumi ini.
Dan kita juga harus menjauhi larangan larangan Nya agar hidup kita senantiasa
berada di jalan yang benar. Seperti ketika kita membeli barang elektronik
semisal handphone. Tentu di dalamnya juga disertakan petunjuk penggunaan nya.
Di sana terdapat buku manual dan petunjuk pemakaian dan cara penggunaan barang
elektronik itu. Hal itu bertujuan agar kita dapat menggunakan barang elektronik
itu dengan benar dan tepat. Hal itu bertujuan agar kita tidak membuat kesalahan
yang dapat menyebabkan rusaknya barang elektronik tersebut. Hal ini juga sama
ketika kita hidup di dunia ini. Allah SWT telah menurunkan Al Quran yang berisi
firman dan wahyu Tuhan kepada kita yang hidup di bumi ini. Hal itu bertujuan
antara lain untuk membimbing manusia ke arah jalan yang diridhai Nya. Hal
ini karena jika kita hidup di dunia terdapat rambu rambu atau aturan aturan
hidup yang harus dipatuhi agar kita senantiasa dapat selamat di dunia maupun di
akhirat. Salah satu pedoman agar kita selalu mendapat rahmat dan berkah Nya
adalah dengan membaca Al Quran. Dengan membaca Al Quran dan mengkaji isinya dan
menerapkannya di dalam kehidupan, maka kita akan dapat menemukan ajaran ajaran
hidup dan petunjuk petunjuk yang berguna saat kita menjalani hidup di dunia
ini. Rasulullah SAW telah bersabda mengenai keutamaan membaca Al Quran:
“Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan,
dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak
mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf” (HR At
Tirmidzi). Itulah salah satu keutamaan membaca Al Quran. Al Quran juga
berfungsi sebagai obat dan penawar bagi hati kita. Hal ini seperti yang telah
Allah firmankan kepada kita, "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang orang yang zalim selain kerugian (QS Al Israa :
82). Allah SWT juga berfirman kepada kita tentang Al Quran : "Dan apabila
dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik baik, dan perhatikanlah dengan
tenang agar kamu mendapat rahmat" (QS Al A'raaf : 204). Kita harus
senantiasa mematuhi ajaran ajaran yang ada di dalam Al Quran dan Al Hadist agar
hidup kita senantiasa dipenuhi oleh rahmat dan berkah dari Allah. Hal ini
bertujuan agar kita selalu berada di jalan yang benar dan menghindari jalan
yang sesat dan dimurkai Nya. Oleh karena itu, agar diri kita selalu berada
dalam lindungan dan berkah Allah, maka bacalah buku panduan mu, bisa dari kitab
suci Al Quran, hadist nabi, nasihat orang tua, ajaran guru sampai norma norma
hidup di dunia ini. Bacalah buku panduan mu dari sekarang agar hidup kita dapat
tertata dengan lebih baik lagi. Semoga bermanfaat !
RENUNGAN
POHON MANGGA
Setiap makhluk ciptaan Allah
tentu diciptakan dengan penuh hikmah. Dari setiap mahkhluk Allah itu kita bisa
mengambil hikmah dan pembelajaran yang berarti untuk bekal kita selama kita
menjalani hidup. Allah selalu menciptakan sesuatu dengan hikmah agar setiap dari
kita dapat mengambil makna yang tersimpan di dalamnya. Semua yang diciptakan
Allah tidak akan sia sia. Bahkan penciptaan lalat dan serangga serangga renik
pun tentu dengan hikmah yang bisa kita pelajari. Semua hal tidak diciptakan
dengan sia sia. Kita sebagai manusia harus mampu mengambil ibrah dari setiap
hal yang ada di bumi. Rasulullah SAW telah menjelaskan dalam hadits bahwa
“Berpikir sesaat lebih baik daripada ibadah selama 70 tahun”. Jadi dengan
berpikir tentang alam dan ciptaan Nya dan dengan mengagungkan Allah, maka kita
bisa mendapatkan pelajaran yang luar biasa tentang kehidupan. Allah SWT juga
berfirman : “Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku untuknya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu Nya benar benar meliputi
segala sesuatu”. (QS. Al – Thalaq : 12). Jadi Allah menciptakan segala yang ada
di langit dan di bumi ini dengan hikmah agar kita bisa merenung dan mengagumi
kekuasaan Allah.
Kali
ini kita akan membahas salah satu ciptaan Allah, yakni pohon mangga. Ya, pohon
mangga. Kita pasti sudah tahu dengan pohon mangga. Ternyata dari sebuah pohon
mangga kita bisa mendapatkan sebuah hikmah yang dapat kita ambil. Di dalamnya
menyimpan banyak sekali hikmah, perenungan dan manfaat yang bisa kita petik.
Sebuah
pohon mangga mempunyai banyak manfaat bagi manusia. Pohon mangga yang rimbun
dapat memberikan keteduhan bagi lingkungan. Lingkungan kita akan menjadi sejuk
dan asri. Akarnya yang kuat bisa sebagai sumber resapan air. Selain itu, buah
mangga sendiri juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Buah mangga
memiliki gizi yang cukup tinggi. Buah mangga juga memiliki vitamin yang berguna
bagi kesehatan tubuh, diantaranya vitamin A yang sangat berguna untuk menjaga
kesehatan mata. Kemudian ada vitamin B1, vitamin C dan vitamin E. Vitamin dan
gizi yang terdapat dalam buah mangga sangat berperan dalam menjaga kesehatan
tubuh agar tidak mudah sakit. Buah mangga juga memiliki zat antioksidan yang
tinggi yang dapat menghambat berbagai macam penyakit yang berbahaya. Buah
mangga juga memiliki manfaat lain yang berguna untuk kesehatan tubuh.
Sungguh
di dalam sebuah pohon mangga terdapat banyak keistimewaan dan manfaat yang
berguna bagi manusia. Ia dapat menjadi sumber pelajaran yang berharga untuk
kita. Dari pelajaran ini kita dapat menyimpulkan, bahwa dari pohon mangga, yang
sepanjang hidupnya hanya diam di satu tempat saja bisa memberikan manfaat yang
terus menerus bagi manusia. Bagaimana dengan kita yang diberi banyak
keistimewaan berupa kaki untuk berjalan, mata untuk melihat dan telinga untuk
mendengar, tentunya kita yang lebih leluasa dalam bergerak dan bertindak
tentunya juga dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi sesama. Itulah makna
yang hendak saya sampaikan disini. Kita sebagai manusia tentu bisa meraih lebih
banyak pahala dan manfaat dari diri kita yang sudah dibekali oleh banyak
keutamaan keutamaan.
Allah SWT telah berfirman :
“Dan Dia menundukkan untuk mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) dari Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar
benar terdapat tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir” (QS Al
Jatsiyah : 13).
KAKAK
Kali
ini aku akan menceritakan tentang kakak ku, kakak laki laki ku satu satunya
yang pernah aku punya. Ya, dulu aku pernah punya seorang kakak. Namun, hingga
kini aku tidak sempat bertemu dengan kakakku itu karena kakakku meninggal dunia
sejak dalam kandungan akibat keguguran.
Menjadi satu keluarga yang
utuh dan bahagia adalah impian setiap orang. Namun itu tidak terjadi kepada
keluarga kami tatkala kakak ku meninggal dunia sejak di dalam kandungan akibat
keguguran. Kami semua bersedih di kala itu. Kami tidak menyangka bahwa kepergiannya
terlalu cepat. Kakak ku satu satunya itu telah meninggal dunia, jauh sebelum
aku lahir. Hingga kini aku bahkan tidak sempat mengetahui wajahnya dan bertemu
dengannya. Kenangan tentang kakak ku satu satunya itu hanya kudapat dari cerita
bapak ku yang menceritakan nya kepadaku setelah aku cukup dewasa. Sampai
kinipun bahkan aku tak memiliki kenangan akan kehidupan kakak ku. Yang kutahu
hanyalah bahwa kakak ku itu adalah seorang laki laki.
Sampai sekarang pun aku masih
tetap merindukan kakak ku itu. Aku berandai andai jika dia masih hidup,
tentulah kehidupan keluarga kami akan lebih semarak. Dia tentu akan menambah
ramai suasana keluarga kami. Tapi, takdir berkata lain. Allah telah mengambil
kakak ku lebih cepat.
Kakak ku sejatinya lahir pada
tahun 1983. Namun saat itu Ibuku mengalami keguguran. Usia kelahiran kakak ku
dengan ku berjarak sekitar 6 tahun. Seharusnya, ketika aku lahir pada tahun
1989, kakak ku sudah berumur 6 tahun saat itu. Tapi ternyata takdir berkata
lain. Aku hingga kini tidak dapat bertemu kakak ku lagi. Tapi dengan keadaan
ini, aku menjadi semakin tegar di dalam menjalani hidup. Aku memang masih
merindukan kakak ku, tapi aku juga tetap optimis di dalam memandang hidup. Aku
yakin aku dapat kuat menghadapi cobaan ini. Walaupun begitu, kakak ku akan
tetap selalu ada di dalam hatiku. Ia meninggalkan kenangan bagiku, untuk selalu
aku ingat. Aku selalu berdoa dan berharap untuknya, semoga ia dapat tenang di
alam sana. Meskipun sekarang aku tidak dapat bertemu dengan mu, tapi engkau
akan selalu kukenang di dalam hatiku. Aku merindukan mu di dalam setiap hari
hariku. Dan aku selalu berharap kita dapat bertemu lagi dalam suasana yang
lebih baik dari ini. Aku berharap kita dapat berkumpul lagi sebagai satu
keluarga.
Selain kakak ku yang pertama,
kini aku mempunyai kakak yang kedua. Ya, kini kerinduan ku terhadap seorang
kakak akan terobati, karena kini aku mempunyai kakak baru. Sejak beberapa bulan
terakhir ini, aku telah berkenalan dengan seorang perempuan muda di grup
Facebook yang aku ikuti, Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI). Di grup
itu, aku berkenalan dengan seorang anggota baru, namun mempunyai respek yang
besar terhadap sesama anggota lainnya. Dia juga adalah seorang penderita
skizofrenia, yang kuketahui sangat peduli dan mau berbagi terhadap sesamanya.
Namanya adalah mbak Wenti Zakiah. Dia berasal dari Jakarta. Usianya terpaut
satu tahun denganku. Aku akhirnya berkenalan dan chatting dengan dia melalui Facebook. Akhirnya, karena aku
membutuhkan seorang figur kakak di dalam hidupku, dan mbak Wenti aku rasa
memenuhi kriteria sebagai seorang kakak bagiku. Dia ramah, peduli, mau berbagi
dan welcome terhadapku. Oleh karena
itu, tak lama kemudian, ketika chatting,
aku bertanya kepadanya apakah aku boleh menganggapnya sebagai kakak ku sendiri
? Akhirnya mbak Wenti bilang iya kepadaku, ia mau menganggapku sebagai adiknya
sendiri. Akhirnya kami pun sepakat. Aku kini telah menganggap mbak Wenti
seperti kakak ku sendiri. Aku telah menganggapnya seperti kakak kandungku
sendiri. Ya, akhirnya aku kini dapat mempunyai kakak baru yang dapat memberikan
motivasi motivasi untukku dan dapat menasehatiku. Mbak Wenti selalu ada
untukku. Ia pun kini telah menganggap aku sebagai adiknya sendiri. Kini aku
bahagia. Kini aku mempunyai dua kakak, satu kakak laki laki dan satu kakak
perempuan. Aku harap kita nanti dapat bertemu kembali sebagai satu keluarga
yang diridhoi Allah dan menjadi keluarga yang bahagia. Amin...
KOTAK AMAL MASJID
Saya sejak kecil sudah
terbiasa bepergian dari satu kota ke kota lain. Sejak saya sekolah SD di Jombang,
setiap hari libur saya selalu mengunjungi rumah nenek dan saudara sepupu saya
di Situbondo, terutama pada hari libur panjang sekolah. Pada hari itu sangat
saya tunggu tunggu, karena saya dapat bermain dan mengunjungi rumah sepupu
sepupu saya dan paman saya di Situbondo. Saya selalu kangen dengan suasana yang
asri dan tenang di Situbondo. Disana saya dapat merasakan suasana desa yang
menyejukkan setelah saya lama menekuni studi selama di Jombang. Di hari libur
itulah saya biasanya selalu menyempatkan untuk bermain bersama saudara saudara
saya dimana pada hari hari biasa di Jombang saya tidak dapat melakukannya.
Dari
Jombang menuju Situbondo, saya selalu naik bus antar kota. Jarak antara 2 kota
itu dapat ditempuh selama 5 jam. Memang cukup lama, tapi selama di perjalanan
saya dapat menikmati kota kota yang dilewati selama perjalanan. Hal itu
merupakan hal yang asyik menurut saya karena dari tepi kaca bus saya dapat
melihat pemandangan pemandangan di jalan selama saya naik bus itu. Hal yang
paling saya ingat adalah ketika saya naik bus itu, hampir di setiap kota yang
dilewati, di setiap jalannya banyak terdapat remaja remaja atau orang dewasa,
bahkan tak sedikit pula anak anak yang di setiap jalan membawa kotak amal
sambil menadahkan tangannya kepada setiap pengendara yang lewat. Mereka banyak
berdiri di tepi jalan sambil membawa kotak amal dan sambil melambai lambaikan
tangan nya agar supaya pengendara yang lewat mau berhenti dan menyisihkan
sebagian uang nya untuk dipergunakan sebagai pembangunan masjid setempat.
Bahkan tak jarang pula di setiap jalan itu ada orang yang bersuara lewat
speaker dan meminta kepada setiap pengendara di jalan agar mereka mau
menyumbang untuk amal pembangunan masjid. Dari pengamatan saya, banyak orang
yang hanya memberikan sedikit uang receh sebesar 100 rupiah atau 500 rupiah di
kotak amal di tepi jalan tersebut. Bahkan lebih banyak lagi orang yang tidak
memberikan uang nya untuk pembangunan masjid. Mereka tetap saja berkendara di
jalan itu dan tidak mempedulikan adanya orang orang yang meminta sumbangan itu.
Hanya sedikit sekali orang yang memberi sumbangan dalam jumlah yang layak untuk
amal masjid itu. Hanya beberapa orang yang memberi koin receh 100 atau 500
rupiah dalam sehari. Jarang yang memberi sumbangan dalam jumlah yang layak
seperti 1000 rupiah, 3000 rupiah atau 5000 rupiah. Bahkan jika ada yang memberi
sumbangan sebesar 5000 rupiah untuk amal pembangunan masjid yang banyak sekali
di tepi tepi jalan itu termasuk hal yang langka. Lebih banyak orang yang tidak
memberikan uangnya, walau hanya uang recehan.
Kalau
coba di kalkulasikan, dalam sehari semalam saja mungkin jumlah orang yang
menyumbang untuk kotak amal itu hanya beberapa orang saja. Mungkin belasan saja
dalam sehari. Mungkin jalanan yang dilewati itu mungkin termasuk jalan yang
ramai, namun mungkin yang menyumbang hanya beberapa orang. Sedangkan banyak
pengendara mobil, bis, truk atau sepeda motor yang tak sempat untuk
mengeluarkan uang nya untuk menyumbang karena mereka harus berkonsentrasi pada
jalanan. Mereka harus sibuk untuk menyetir dan terutama sopir sopir dan
pengendara kendaraan itu harus fokus di dalam perjalanan sehingga ia lupa untuk
menyumbang uangnya untuk amal. Hal ini dapat dipahami. Karena sebagai sopir,
mereka harus fokus pada tujuan dan tidak sempat memberikan sumbangan terhadap
kotak kotak amal di tepi jalan. Tapi sesungguhnya jika sopir tidak bisa
menyumbang, paling tidak penumpang penumpangnya lah yang harus nya
menyumbangkan uang nya untuk amal masjid itu. Karena mereka masih sempat untuk mengeluarkan
uang mereka di dalam perjalanan.
Selain
itu, saya memperhatikan jumlah sumbangan yang diberikan kepada kotak amal di
sepanjang jalan itu. Waktu itu rata rata orang yang menyumbang itu hanya
menyumbang dalam bentuk recehan sebesar 100 rupiah atau 500 rupiah. Atau rata
rata 1000 rupiah. Jika dihitung dalam sehari, jika pengendara yang menyumbang
itu ada 15 orang atau 20 orang dan uang yang disumbangkan rata rata 500 atau
1000 rupiah maka dalam sehari jumlah uang kotak amal itu akan berjumlah 7500 rupiah
(15x500), 10 ribu rupiah, 15 ribu rupiah atau 20 ribu rupiah. Jika orang yang
menyumbang lebih banyak, maka pendapatan itu juga akan bertambah. Namun jika
kita asumsikan dalam sehari itu ada 20 orang yang menyumbang sebesar seribu
rupiah masing masingnya, maka uang yang didapat adalah 20 ribu rupiah. Itu
angka yang cukup besar untuk kotak kotak amal di tepi jalan. Namun kadangkala
orang yang menyumbang hanya menyumbang sedikit yaitu 100 rupiah, 200 rupiah
atau paling besar 500 rupiah. Dan jumlah orang yang menyumbang mungkin juga
hanya sedikit. Sehingga jumlah pendapatan untuk amal masjid itu tentulah juga
sedikit. Bahkan banyak pula orang yang tidak menyumbangkan uang nya untuk kotak
amal itu.
Padahal
Rasulullah SAW sudah bersabda bahwa orang yang bersedekah itu akan
dilipatgandakan pahalanya di sisi Allah SWT. Ia tentu akan memperoleh pahala
yang sangat besar. Apalagi amal pembangunan masjid itu merupakan amal jariyah,
yaitu amal yang pahalanya akan tetap diterima oleh kita walaupun kita sudah tiada.
Karena barang siapa yang menyumbang untuk masjid, maka pahala orang yang shalat
di masjid itu juga akan menjadi pahala bagi orang yang menyumbang untuk masjid
itu. Sehingga berapapun uang yang kita sumbang untuk masjid, maka selama orang
orang shalat di masjid itu, maka pahala shalat orang orang itu pun akan menjadi
pahala bagi kita. Sehingga kita akan mendapat pahala yang luar biasa ketika
kita menyumbang untuk amal jariyah dan amal pembangunan masjid.
Disini
saya mengajak teman teman muslim untuk banyak menyumbangkan uang nya di masjid.
Semakin layak uang yang anda sumbangkan ke masjid, maka akan semakin bertambah
pahala anda kelak. Karena jika kita bersedekah maka pahala kita pun akan
dilipatgandakan oleh Allah SWT. Untuk kotak kotak amal di tepi jalan, mungkin
akan butuh bertahun tahun sebelum uang yang terkumpul bisa dipergunakan untuk
membangun sebuah masjid yang indah untuk tempat kita beribadah dan bersujud
dengan khusyuk di dalamnya. Namun bahkan setiap lembar yang anda sumbang untuk
masjid tersebut akan sangat bermanfaat tidak hanya untuk kita, tapi juga untuk
banyak orang yang nantinya akan shalat di masjid tersebut. Karena itu, mulai
sekarang, niatkanlah untuk berderma kepada masjid, terutama untuk sumbangan
kotak kotak amal di tepi tepi jalan dan juga untuk masjid masjid di sekitar mu,
karena itu merupakan bekal nyata untuk perjalanan akhirat kita nanti.
EQUAL =
SETARA
Saya menulis catatan ini
karena saya melihat bahwa masih banyak masyarakat kebanyakan yang memberikan
stigma atau stereotip negatif kepada para penderita gangguan mental dan
penyandang psikiatri lain. Kita bisa melihat bahwa para penyandang gangguan
mental kerap distigma dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Banyak
stereotip negatif yang menyertai perjalanan kehidupan mereka. Kalau dilihat
fakta di masyarakat, masih banyak penyandang gangguan mental yang diperlakukan
tidak adil dan tidak layak secara sosial. Bahkan diantara mereka ada yang
mengalami diskriminasi sosial dan tindakan kekerasan. Kita semua tahu bahwa
mereka banyak ditelantarkan di jalanan dan belum diperhatikan kebutuhan nya
oleh dinas terkait yang semestinya melakukan akomodasi dan pembinaan terhadap
mereka. Mereka banyak yang terlantar di jalanan, menjadi gelandangan gangguan
jiwa yang berkeliaran di jalanan, di biarkan oleh keluarga mereka dan masih
banyak dinas terkait yang masih belum bekerja sama untuk mengurusnya. Banyak
para penderita masalah kejiwaan yang diperlakukan tidak layak. Kita sudah tahu
banyak contohnya.
Kalau
kita melihat ke rumah sakit jiwa, misalkan, maka disana pun, yang mestinya
merupakan tempat tinggal sementara untuk penderita gangguan mental, maka di
sana kita akan lihat banyak pasien yang dibiarkan begitu saja oleh keluarganya.
Selama bertahun tahun mereka tinggal di rumah sakit jiwa dan tidak satupun dari
anggota keluarga mereka yang berniat untuk menjemput kembali dan membawa pulang
mereka kembali ke keluarganya. Hal ini tentu menjadi duka tersendiri bagi
pasien. Setelah dirawat dan bisa kembali beraktifitas secara normal, mereka
tentunya ingin agar mereka bisa kembali pulang ke keluarganya. Namun,
berdasarkan fakta, banyak akhirnya para pasien itu yang terpaksa harus tinggal
dalam jangka waktu yang lama di rumah sakit tanpa ada anggota keluarga yang mau
mengurusnya. Tentu ini menjadi catatan tersendiri, bagaimana seorang penderita
gangguan mental, yang sudah bisa beraktifitas kembali dan ingin pulang dan
bertemu keluarganya, namun keluarganya malah tidak mau untuk membawanya kembali
pulang. Para pasien itu tentunya ingin pulang kembali, tapi keluarganya
seringkali tidak mau mengurusnya kembali.
Kita
bisa bayangkan, bagaimana seorang penderita gangguan mental, yang harus
berjuang dan butuh dukungan moril dari keluarganya, malah tidak mendapatkan
nya. Padahal mereka sangat membutuhkan bantuan dan kasih sayang. Hal ini
tentunya menjadi catatan tersendiri bagi dunia psikiatri.
Ada
pula sebagian dari penderita gangguan mental yang mendapat cobaan dan ujian
yang tak kalah berat. Yaitu mereka yang masih hidup dalam pasungan. Mereka yang
harus mendapat ujian berat ini terpaksa harus dipasung, dirantai atau bahkan
ditempatkan dalam kandang yang sangat tidak manusiawi. Mereka dianggap sudah
tidak bisa berfungsi normal di masyarakat. Mereka dianggap sebagai manusia yang
sudah tidak mempunyai akal dan pikiran. Mereka dianggap sudah tidak bisa
melakukan kehidupan yang layak seperti orang lainnya. Anggota keluarga mereka
yang melakukan pemasungan biasanya dilatarbelakangi oleh masalah kemiskinan dan
ketidaktahuan bahwa penyakit gangguan mental dapat disembuhkan. Terkadang
mereka harus hidup dalam pasungan selama bertahun tahun akibat penyakit yang
mereka derita. Sungguh tersiksa fisik dan jiwa mereka. Fisik mereka sakit
karena dipasung, dan jiwa mereka lebih sakit lagi karena harus mendapat ujian
yang sangat berat ini.
Padahal,
Allah SWT sudah menjelaskan bahwa semua manusia di dunia adalah sama, yang
membedakan nya hanyalah dari amal dan ibadah yang dijalani dan dari
ketakwaannya. Kita semua adalah sama. Tidak membedakan apakah kita kaya,
miskin, pejabat besar, tukang becak, orang sehat sampai penderita gangguan
mental pun semua sama dihadapan Allah. Kita tidak boleh, misalnya sebagai orang
sehat, kemudian sampai merendahkan apalagi sampai memperlakukan penderita
gangguan mental secara tidak layak. Allah sendiri menjelaskan bahwa siapapun
ia, adalah sama di hadapan Allah, yang membedakan hanya amal ibadahnya.
Penyandang gangguan mental pun sama halnya dengan orang lain. Bila mereka
beribadah secara tekun dan khusyuk kepada Allah dan menjalankan ibadahnya
secara teratur, maka dipastikan ia juga akan memperoleh pahala yang besar dan
sama dengan orang yang sehat yang melakukan nya.
Setiap
manusia adalah sama dan setara. Bahkan ketika orang itu menyandang gangguan
mental pun, kita harus memperlakukan nya setara dan tidak ada perbedaan dengan
orang lain. Jangan kita memandang rendah dan memberikan stigma kepada mereka,
karena malah mereka mungkin bisa mendapat pahala dan derajat yang lebih tinggi
di sisi Allah daripada orang orang yang melakukan korupsi atau perbuatan buruk
lainnya.
Fakta
membuktikan, jika seorang penderita gangguan mental ini diperlakukan sama dan
diberi motivasi dan semangat untuk bangkit dan diberikan sarana yang memadai
untuk kehidupan mereka, maka mereka juga bisa melakukan nya seperti orang
normal. Dan mereka bisa membuktikan bahwa penderita gangguan mental pun bisa
bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Dan pada perkembangan nya, akhirnya
mereka pun dapat berfungsi normal dan kembali menjalankan aktifitas seperti biasa
di masyarakat.
Pesan
dari saya adalah jangan memberikan stigma atau cap negatif kepada mereka,
karena mereka adalah juga sama dengan kita dan mereka juga bisa berbuat lebih
untuk kebaikan di lingkungan nya. Dan perlakukan mereka dengan setara, seperti halnya
penderita penyakit lain yang butuh bantuan, karena sebenarnya mereka dan diri
kita adalah sama, membutuhkan cinta dan kasih sayang untuk sembuh.
JANGAN
PANDANG DARI COVERNYA, TAPI DARI ISINYA
Sering kita melihat seseorang
dari cover atau tampilan luar yang ia kenakan. Kita cenderung akan melihat
tampilan luar seseorang itu lebih dahulu sebelum melihat tampilan dalamnya.
Begitu pula hal yang terjadi apabila kita sedang melihat orang yang didiagnosis
dengan gangguan mental. Kita kerap melihat orang itu dengan sebelah mata, kita
kerap memandangnya dengan setengah hati karena gangguannya. Kita selalu melihat
pada label nya, pada capnya. Kita selalu terjebak oleh stigmanya. Padahal,
Allah SWT sudah menegaskan kepada kita bahwa semua manusia di dunia adalah
sama, yang membedakan hanyalah amal ibadahnya dan ketakwaannya. Hal ini seperti
firman Allah SWT : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan
bersuku suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS Al Hujuraat :
13).
Derajat seorang manusia
hanyalah dapat ditentukan oleh amal ibadah yang dijalaninya dan dari
ketakwaannya, bukan dari status orang tersebut. Maka dari itu menjadi salah lah
jika kita melihat seseorang dari penyakitnya. Orang yang berpenyakit, walaupun
orang itu menderita penyakit mental, namun tetap harus kita hormati dan hargai.
Jangan lah kita melihat label atau diagnosa yang ada pada dirinya. Diagnosa itu
hanyalah sekedar alat periksa bagi dokter, bukan sebuah alat yang bisa
dijadikan untuk melabeli atau menstigma seseorang. Kita tidak bisa menilai
seseorang karena ia mengidap gangguan mental. Kita tidak bisa melihat seseorang
hanya dengan label skizofrenia atau gangguan mental, tapi lihatlah dari isi
hati dan cintanya. Kita tidak bisa melabel seseorang dengan kata “gangguan
mental”, tapi lihatlah dari keseluruhan sikap dan hatinya. Seseorang bisa
dikatakan baik bukan hanya karena dia sehat dan tidak berpenyakit mental, tapi
juga karena ketulusan hatinya. Meskipun orang itu menderita penyakit mental,
namun apabila orang tersebut memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, maka
orang tersebut layak mendapat pahalanya sendiri. Meskipun orang itu menderita
penyakit mental, namun yang dilihat adalah ketulusan hatinya dan cintanya. Jika
orang itu berperilaku baik dan dapat menunjukkan ketulusan hatinya, meskipun ia
menderita skizofrenia atau penyakit mental lainnya, saya rasa itu juga
merupakan hal yang baik.
Pada intinya, kita haruslah
menilai seseorang itu dengan seobjektif mungkin. Kita tidak bisa menilai
seseorang karena penyakit gangguan mental yang dideritanya. Karena seseorang
dengan skizofrenia pun bisa mendapatkan prestasi karena kepintaran atau karena
keelokan tingkah lakunya. Karena dari contoh dalam kehidupan sehari hari, sudah
banyak orang yang didiagnosis dengan gangguan mental seperti skizofrenia namun
memiliki hati dan perilaku yang baik dan prestasi yang mengagumkan. Sementara
itu banyak pula orang yang dinyatakan sehat badannya namun berperilaku buruk.
Saya sendiri punya sahabat baik yang juga menderita skizofrenia, namun jika
dilihat dari tutur katanya dan perilakunya, sudah dapat dipastikan jika ia
memiliki keluhuran budi pekerti dan ketulusan hati seorang skizofren. Ia dapat
menunjukkan ketulusan hatinya dan kebaikan cintanya itu di kala berinteraksi
dan bergaul dengan lingkungannya. Pada intinya, jangan lihat seseorang dari
covernya, namun pandanglah ia dari isi hatinya yang terdalam.
PERSEPSIKU
TENTANG LEBAH
Saya memiliki 3 persepsi
visual menarik tentang lebah. Ketiga tiganya membuat saya semakin terkesan
terhadap lebah dan membuat keingintahuan saya terhadap lebah semakin
meningkat. Persepsi pertama saya tentang lebah adalah ketika saya melihat
gerombolan lebah sedang berkerumun terbang di sekitar sarang nya di atas pohon.
Ketika itu saya melihat ratusan lebah beterbangan memutar dan mengeluarkan
suara putaran sayap yang keras di atas kepala saya. Hal ini membuat saya
agak takut sekaligus takjub. Betapa ratusan lebah itu terbang “berpatroli” dan
membuat orang yang didekatnya merasa merinding melihatnya. Lebah merupakan
serangga sosial, yang hidupnya senantiasa berkelompok dalam satu koloni. Tiap
koloni bisa mencapai ratusan bahkan
dapat mencapai 40 ribu – 60 ribu ekor. Hal ini dapat membuktikan kepada kita
bahwa dari sekumpulan lebah itu mampu menghasilkan keuntungan yang luar biasa
bagi manusia yaitu berupa madu yang sangat bermanfaat bagi tubuh.
Persepsi
kedua saya tentang lebah adalah ketika saya melihat seekor lebah yang masuk ke
dalam rumah saya. Dia terbang berputar di atas selembar kertas tipis dan saya
melihat kertas itu bergeser sekian senti ke samping akibat putaran yang
ditimbulkan oleh sayap sayap kecilnya. Ketika saya melihat hal ini saya
langsung teringat kepada helikopter ketika hendak mendarat di landasan.
Ketika helikopter hendak mendarat, kita dapat melihat angin yang keras di
sekitar tempat landasan karena helikopter itu mau turun. Ini bisa dianalogikan
dengan seekor lebah ketika ia hendak turun di sebuah kertas. Sungguh betapa
hebatnya kekuatan sayap lebah.
Persepsi
ketiga saya terhadap lebah adalah ketika saya melihat belasan lebah madu
membuat sarangnya yang dilapisi madu di sebuah kardus bekas. Saya melihat
belasan lebah madu itu asyik menjaga sarang madunya dengan hati hati. Lebah
memang suka membuat sarangnya di tempat tempat yang strategis, yang baik bagi
perkembangan habitatnya. Hal ini seperti yang telah difirmankan Allah Swt.
Allah Swt berfirman dalam Al Quran, “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:
“Buatlah sarang sarang di bukit bukit, di pohon pohon kayu, dan di tempat
tempat yang dibikin manusia” (QS An Nahl : 68).
Ketika itu saya melihat
bentuk sarang lebah yang berpola heksagonal
(segi enam). Untuk menampung madu, lebah membutuhkan bentuk sarang yang
volume nya besar dan cukup kuat. Syarat syarat tersebut rupanya dapat dipenuhi
oleh bangun yang berbentuk segi enam (heksagonal). Selain volumenya relatif
besar, kuat (karena bersudut) serta bila dibuat pola pengubinan, maka akan
membentuk ikatan pengubinan yang menutup dengan sempurna, sehingga tidak ada
tempat kosong di sekitar tempat untuk menampung madu. Dengan demikian ternyata
bentuk sarang lebah yang berbentuk heksagonal memang sangat bermanfaat bagi
lebah, diantaranya sebagai tempat untuk menyimpan telur, tempat untuk
menetaskan telur dan menetaskan ulat sampai menjadi lebah dewasa, sebagai
tempat menyimpan nektar dan tepung sari sebagai cadangan, sebagai tempat untuk
mengolah nektar menjadi madu dan berbagai manfaat lain nya.
Ketiga
hal inilah yang membuat saya semakin kagum terhadap lebah. Betapa Allah telah
memberi keistimewaan keistimewaan terhadap lebah yang memungkinkannya dapat survive di tengah habitatnya dan
mampu memberikan manfaat yang besar bagi manusia. Mulai dari keistimewaan sayap
lebah hingga madunya yang dapat memberikan manfaat kepada manusia. Allah Swt
berfirman, “Kemudian makanlah dari tiap tiap (macam) buah buahan dan tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar
minuman (madu) yang bermacam macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang orang yang memikirkan” (QS An Nahl
: 69).
RUANG
PEMULIHAN DIRI (RECOVERY ROOM)
Pada
suatu hari saya membantu ibu saya untuk merapikan kamar yang masih kosong di
rumah. Rencananya kamar itu akan ditata ulang, karena sebelumnya disana banyak
tumpukan koran, dus dus bekas Aqua dan barang barang bekas yang bertumpuk dan
menjadi satu disana. Rencananya kamar itu akan ditata ulang sehingga menjadi
"kamar baru" yang bisa dipakai untuk beraktifitas. Karena sebelumnya
kamar itu hanya berisi barang barang bekas, lemari dan meja kecil saja.
Terkesan merupakan kamar yang tidak terawat dan kotor. Akhirnya, dengan
inisiatif dari ibuku, akhirnya aku mulai menata ulang kamar itu. Aku mulai
bersih bersih kamar itu. Menyapu dan menata ulang barang barang yang ada
disana. Barang barang yang tidak diperlukan di pindah ke belakang rumah, begitu
juga dengan tumpukan koran yang menumpuk, nantinya akan dijual. Dus dus bekas
Aqua dan barang barang bekas lainnya dipindah dan dirapikan. Ibuku lalu
memutuskan untuk menempatkan ranjang dan kasur yang ada di kamar belakang untuk
ditempatkan di kamar yang kosong itu. Akhirnya, kamar itu akhirnya punya kasur
juga. Ibuku juga menempatkan meja belajar dan kursi untuk tempat menulis,
sehingga siapapun bisa menggunakan kamar itu untuk menulis atau membaca buku.
Setelah sekian lama aku menata kamar itu sehingga dari semula sebuah kamar yang
kotor, tidak terawat dan berisi barang barang bekas akhirnya setelah di tata
ulang akhirnya menjadi sebuah kamar yang baru, kamar yang rapi dan bersih,
dengan tempat tidur, lemari, dan meja belajar untuk menulis atau bermain
laptop. Akhirnya, jadilah kamar baru yang rapi dan nyaman. Cocok untuk membaca
buku, menulis atau mengerjakan tugas di laptop. Aku menyebutnya "Recovery
Room" atau Ruang Pemulihan Diri.
Seseorang
dengan skizofrenia mungkin suatu ketika membutuhkan ruang untuk ketenangan.
Ruang yang bisa sebagai tempat untuk menenangkan diri sejenak atau untuk
mencari ide ide baru untuk menulis atau tempat yang nyaman untuk berpikir atau
rileks. Seseorang dengan skizofrenia mungkin membutuhkan tempat yang berfungsi
sebagai pemulihan, tempat dimana kita bisa menulis dengan tenang, membaca buku
atau rileks. Roberta Temes, Ph.D dalam bukunya "Hidup Optimal Dengan
Skizofrenia" dalam salah satu bab nya menulis : "Sebagian orang
pergi ke sebuah tempat yang menjadi favoritnya, mungkin sebuah kursi khusus,
atau sudut sebuah ruangan, atau sebuah tempat di depan sebuah jendela, untuk
membantu diri sendiri merasa tenang. Temukanlah sebuah tempat khusus yang akan
menjadi tempat ketenangan anda. Ketika anda berada di tempat tersebut, batin
dan tubuh anda akan menjadi diam dan tenang".
Tempat
atau ruangan yang membuat kita bisa melakukan aktifitas berguna, tidak hanya
sekedar tempat untuk beristirahat. Tempat yang bisa membuat pikiran kita
menjadi lebih aktif lagi, baik untuk bekerja atau berkarya. Ruangan yang bisa
membuat kita tetap aktif, berkarya dan beraktifitas. Tempat munculnya ide ide
baru. Dan buat saya pribadi, ruangan untuk mencari ide dan tulisan untuk berkarya.
Jadi, carilah tempat untuk pemulihan mu, tempat yang bisa membuat Anda tenang
dan tempat untuk pemulihan diri.
Salam
AKHIR YANG INDAH
Akhirnya
sampailah kita pada tulisan ini. Ini adalah sebuah kisah akhir, yang bisa jadi
merupakan kisah awal dari babak baru perjalanan hidup saya. Ini semacam
perenungan dan kilas balik akan peristiwa yang pernah saya alami dan saya
kenang hingga saat ini. Pengalaman kisah ini bisa jadi merupakan titik balik
dari kehidupan saya selama saya mengalami skizofrenia.
Kisah
ini bermula saat saya baru terkena penyakit skizofrenia ini pada tahun 2007.
Saat itu, saya baru pertama kali terkena serangan skizofrenia sehingga saya
harus dirawat di Rumah Sakit dr Soebandi Jember. Saat itu saya berada dalam
kondisi delirium. Dalam kondisi delirium itu, saya menjadi tidak sadar secara
penuh dengan kondisi saya dan lingkungan sekitar. Saya menjadi kehilangan
kesadaran selama hampir sebulan di bangsal rumah sakit. Selama dalam kondisi
tidak sadar itu, saya juga mengalami amnesia total sehingga sama sekali tidak
sadar dengan kondisi sekitar. Untunglah, ketika itu, tim dokter yang menangani
saya, cukup membantu kondisi pemulihan saya. Dengan dibantu dengan perawat yang
sangat berdedikasi, maka saya akhirnya kembali berada dalam kondisi sadar,
walau belum secara penuh. Saya masih tidak bisa ingat beberapa kejadian yang
lampau dan mengapa saya ada di tempat itu. Saya masih tidak tahu mengapa saya
ada di rumah sakit saat itu. Namun, Alhamdulillah, selama dirawat itu, kondisi
fisik dan psikis saya berangsur pulih hingga akhirnya saya bisa meninggalkan
rumah sakit tempat saya dirawat.
Ketika
itu, sebenarnya saya masih belum “sadar” dengan keadaan diri saya. Saya masih
belum tahu kondisi badan dan psikis saya yang sebenarnya. Akhirnya, saya pun
menjalani rawat jalan di rumah. Ketika itu, ada salah satu nenek saya yang ikut
merawat saya selama masa pemulihan di rumah. Beliau adalah Mbah Husna, salah
satu nenek saya yang ikut merawat dan mendampingi saya ketika saya sudah boleh
meninggalkan rumah sakit dan mendapatkan rawat jalan. Ketika masa pemulihan
itu, saya masih sering merasakan “blank” dalam otak saya, saya masih tidak
mampu berpikir dengan jernih layaknya orang normal, saya masih tahap “belajar
kembali” mengenali lingkungan saya, mengenali rumah yang “tampak asing” bagi
saya, karena “semuanya” yang ada di rumah menjadi seperti hal baru bagi saya.
Segala lingkungan sosial ketika itu tampak baru bagi saya. Bahkan urusan makan
pun saya masih harus belajar dari nol lagi. Akhirnya, Mbah Husna lah yang
mengajari dan menyuapi saya makan. Beliau lah yang menemani saya dan merawat
saya di rumah. Mbah Husna dengan telaten dan sabar mendampingi dan merawat saya
sehingga saya perlahan lahan mulai sembuh.
Ketika
saya mulai mengenal lingkungan kembali itulah, ada ide dari keluarga untuk
memondokkan saya di pondok pesantren. Rencananya, selama sebulan saya akan
dipondokkan di sebuah Ponpes di Bondowoso, dengan ditemani nenek saya.
Akhirnya, seluruh keluarga pun setuju. Pada hari yang ditentukan, kami berlima,
saya, bapak saya, Pak De Joso, Bu De Sutik dan Mbah Husna, akhirnya berangkat
ke Bondowoso. Disana kami sambil mencari pengobatan untuk memulihkan kembali
jiwa saya. Dengan menaiki mobil Carry, akhirnya kami berlima berangkat dari
Jember menuju Bondowoso. Pada saat itu kondisi saya masih belum stabil secara
psikis. Saya masih mengalami kesulitan dalam berbicara dan belum mampu
menuangkan ide untuk disampaikan dalam bentuk pembicaraan.
Akhirnya, setelah sekian
lama, kami pun sampai di pondok pesantren yang dimaksud. Kami sekeluarga lalu
mendatangi rumah pimpinan pondok pesantren itu dan mulai berkonsultasi tentang
gangguan yang aku alami. Aku pada waktu itu juga masih kesulitan untuk memahami
pembicaraan yang terjadi, sehingga aku pun tidak mampu menangkap dengan baik
apa yang tengah diperbincangkan oleh orang tuaku dengan pengasuh pondok
pesantren itu. Akhirnya, setelah beberapa jam berada disana, akhirnya
keluargaku memutuskan untuk membawaku kembali pulang ke Jember. Setelah
didiskusikan, akhirnya keluargaku memilih untuk merawatku sendiri di rumah. Aku
tidak tahu mengapa aku pada waktu itu kembali harus pulang ke Jember. Aku tidak
tahu mengapa aku harus pulang dan tidak menginap di ponpes itu. Ketika itu pun
akhirnya kami pun sepakat untuk kembali ke Jember.
Dalam
perjalanan pulang itulah, sebenarnya aku masih berada dalam fase delusi. Aku
masih tidak mampu untuk mengambil keputusan sendiri. Aku masih tidak mampu
untuk melakukan kegiatan sehari hari yang biasanya dengan mudah dilakukan orang
lain seperti berbicara, mengeluarkan pendapat atau makan. Aku masih dalam
pengaruh amnesia sementara, gejala akut yang bisa menyerang penderita
skizofrenia, terutama pada masa awal gejala.
Ketika
itulah, dalam perjalanan dengan mobil Carry itulah, ketika berada di tengah
perjalanan, tiba tiba aku berucap dengan keras kepada seluruh keluargaku yang
ada di dalam mobil, sehingga cukup mengejutkan semua orang ketika itu. Pada
waktu itu aku mengatakan dengan suara keras, “Happy Ending ! Nanti ini semua
akan happy ending !” kataku ketika itu, masih dengan tatapan yang tidak jelas.
Namun, suaraku tampak yakin ketika itu, dengan tatapan yang beralih kemana
mana. Bude ku, yang mendengar ucapanku itu, langsung tersenyum dan berkata,
“Happy Ending ! Iya dong, nanti semuanya pasti Happy Ending !” kata Budeku
menenangkan ku. Aku yang mendengar kata kata Bude ku itu langsung meyakini
dalam hati, mengiyakan kata kata Bude ku itu.
Mobil
terus berjalan. Jejaknya meninggalkan bekas bekas di belakangku. Namun hatiku
yakin dan berharap bahwa Tuhan akan mengabulkan doaku. Bahwa perjalanan ini
akan berakhir bahagia. Di dunia dan di akhirat nanti. Beroleh berkah dari Yang
Maha Kuasa. Happy Ending. Amin...
GLOSARIUM
Antipsikotik
atipikal – Suatu golongan obat
obatan baru yang bekerja menghilangkan gejala gejala positif dan negatif
penyakit skizofrenia, dan hanya memiliki sedikit efek samping.
Delirium
– Keadaan akut dan reversibel karena gangguan fungsi otak; suatu jenis sindroma
otak organik yang akut dengan gejala utama kesadaran menurun, kegelisahan,
kebingungan, ilusi, halusinasi dan waham, sering juga terdapat emosi yang labil
dengan kecemasan dan agitasi.
Delusi
(Waham) – Keyakinan salah yang Anda
pegang dengan sangat kuat, meskipun tidak ada bukti bahwa keyakinan ini benar,
meskipun tidak ada seorang pun yang setuju dengan Anda tentang keyakinan ini.
Delusi
Referensi – Delusi bahwa komunikasi
umum tertentu yang biasa, seperti sebuah acara TV atau rambu lalu lintas,
sungguh sungguh merupakan sebuah pesan rahasia yang ditujukan secara khusus
kepada Anda.
ECT
(Terapi Elektro Konvulsi) – Pengobatan dengan aliran listrik
yang dimasukkan kepada kepala lewat elektroda untuk merangsang otak; pasien
seketika menjadi tidak sadar serta menimbulkan konvulsi.
Halusinasi
– Suatu pengalaman panca indera yang tidak sesuai dengan realitas atau
kenyataan.
Komunitas
Pendukung – Komunitas pasien yang
sedang pulih dari penyakit mental.
Neuroleptik
– Suatu obat antipsikotik yang ditargetkan untuk bekerja di dalam otak Anda.
Neurotransmitter
– Suatu bahan kimia yang mengirimkan impuls impuls saraf dalam otak.
Psikotik
– Sakit mental dan kehilangan hubungan dengan realitas.
Gejala
negatif – Ketiadaan perilaku
perilaku tertentu yang diharapkan dari orang, seperti ekspresi emosional,
sosialisasi dan energi.
Gejala
positif – Gejala gejala, seperti
halusinasi dan delusi, yang merupakan ciri dari skizofrenia dan tidak ada pada
orang orang yang sehat.
ODGJ
– Orang Dengan Gangguan Jiwa
ODS
– Orang Dengan Skizofrenia
Pasung
– Alat, biasanya berupa kayu apit atau berlubang, yang dipasang di kaki atau
tangan agar orang itu tidak dapat menggunakan kaki atau tangannya dengan
leluasa. Pemasungan penderita mental masih sering dilakukan di negara kita oleh
masyarakat di daerah pedesaan; ada juga penderita yang dirantai atau dikurung.
PMKS
– Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Sindrom
Tourette – Penyakit saraf yang ditandai oleh pergerakan
involunter otot otot dan inkoordinasi motorik serta instabilitas postural.
Skizofrenia
– Suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses berpikir serta
disharmoni (perpecahan, keretakan) antara proses berpikir, afek/emosi, kemauan
dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
halusinasi.
Stigma
– Penodaan nama baik Anda dengan stereotip negatif
Tardive
Dyskinesia – Efek samping obat antipsikotik, termasuk kejang
kejang dan gerakan gerakan yang tidak dikehendaki, yang disebabkan oleh sebagian
dari obat obatan neuroleptik lama pada sebagian pasien.
TENTANG
PENULIS
PROFIL
PENULIS :
Nama : Kurnia Amirullah
Tempat / Tanggal Lahir : Sumenep, 17 Juni 1989
Umur : 25 tahun
Domisili : Jember, Jatim
Alamat Lengkap : Jalan Kaliurang Perum Taman
Kampus Blok D3 No. 9, Sumbersari, Jember, Jawa Timur.
Email : kurniautama39@gmail.com
No. Telp / HP : 0331 322357 / 087857876113
Sinopsis
Berdamai Dengan Skizofrenia :
Menjalani hidup dengan
mengalami gangguan skizofrenia tentu memerlukan kesabaran dan daya juang serta
semangat yang tinggi. Selain harus berjuang menghadapi stres batin dan ancaman
kekambuhan, seorang penderita skizofrenia juga harus berjuang menghadapi stigma
sosial. Selain itu, untuk mencapai kesembuhan, seorang penderita skizofrenia
diharapkan mampu melakukan upaya rehabilitasi sosial dalam rangka upaya
pemulihan.
Buku ini berisi
pandangan dan sikap hidup penulis dalam menyikapi isu isu tentang kesehatan
jiwa. Selain itu, buku ini juga menyajikan opini dan gagasan gagasan penulis di
bidang kesehatan jiwa. Pengalaman hidup penulis yang diramu dengan tips tips
dan saran saran untuk pemulihan skizofrenia ditulis secara mendetail dalam buku
ini.
Buku ini ingin
mengingatkan kita bahwa penyembuhan skizofrenia haruslah secara holistik.
Metode penyembuhan harus melibatkan unsur psikologis, sosial dan religius.
Dengan demikian maka kita dapat benar benar berdamai dengan skizofrenia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar