Sabtu, 06 Juni 2015

BERDAMAI DENGAN SKIZOFRENIA Catatan Hati Survivor Skizofrenia








BERDAMAI DENGAN SKIZOFRENIA
Catatan Hati Survivor Skizofrenia




Kurnia Amirullah





DAFTAR ISI

BAGIAN 1: MENGENAL JIWA
Asa Di Bangsal Psikiatri ---5
Skizofrenia, Waktu Ke Waktu ---7
Perspektif Dan Paradigma Skizofrenia ---9
Together We Can Do More ! ---11
Skizofrenia Dan Bipolar, 2 Jiwa 1 Hati ---13
Berdamai Dengan Skizofrenia ---15
Manfaat Dan Esensi UU Kesehatan Jiwa --- 18
Obsesif Kompulsif ---21
Bening Hati Skizofrenia ---24
Protap Untuk Kesembuhan ---26
Psikiaterku, Motivatorku ---31
Hospital Without Wall ---33
Laporan Pandangan Mata Kopdar 1 KPSI Simpul Jember ---35
Cara Cara Pemulihan Untuk Skizofrenia ---37
Mengenal Lebih Jauh Gangguan Kecemasan ---40
Mengenal Separation Anxiety: Kecemasan Akan Perpisahan ---42
Rawa Skizofrenia ---45
Kesurupan, Tanda Awal Skizofrenia ? ---47
Gelandangan Psikotik Juga Manusia ---49
Suara Jiwa: “Katakan Tidak Untuk ECT !” ---51
Derita Dalam Pasungan ---53
Kesalahpahaman Terhadap Gangguan Jiwa ---56
Deteriorasi, Hal Yang Ditakuti Bagi Penderita Skizofrenia ---60
Ketika Keluarga Berbagi Kisah ---62
Waham Kemiliteran ---60
Tourette Syndrome, Another Disorder ---63
Skizofrenia Dan Kaitannya Dengan Sindrom Tourette, Sebuah Penelitian ---65
Tic, Tic, Tic ---67
Refleksi Tourette ---69
Skizofrenia Dan Too Red Syndrome ---71
Gagap Dan Palilalia ---73
Gejala Dan Ciri Ciri Utama Sindrom Tourette ---75
Prevalensi Sindrom Tourette ---77

BAGIAN 2: BAHASA JIWA
Aku Dan Mas Agus ---80
Di Ruang Kelas, Di Rumah Makan, Di Kapal Laut ---82
Buku Puisi Untuk Sahabat ---85
Antara Aku, Blank Dan Toni Blank ---86
Menjadi Comic Dadakan ---89
Sama Dan Tak Sama ---91
Pendamping Hidupku ---92
Kejujuran, Cinta Sejati Dan Skizofrenia ---93
Kisah John Nash, Matematikawan Skizofrenia ---95
Belajar Dari Sam Dan Norma ---97
Filosofi Lampu Bis ---100
Segelas Air Mineral Motivasi Dalam Sehari ---101
Lele ---102
U697YVT Dan Daya Ingat Memori Anak Anak ---104
Orphan ---105
Memelihara Ikan Hias, Hobi Bermanfaat Untuk ODS ---108

BAGIAN 3: RENUNGAN JIWA
Baca Buku Panduan mu ! ---111
Renungan Pohon Mangga ---113
Kakak ---115
Kotak Amal Masjid ---117
Equal = Setara ---120
Jangan Pandang Dari Covernya, Tapi Dari Isinya ---123
Persepsiku Tentang Lebah ---125
Ruang Pemulihan Diri (Recovery Room) ---127
Akhir Yang Indah ---129

Glosarium ---132
Tentang Penulis ---134















BAGIAN 1
MENGENAL JIWA
























ASA DI BANGSAL PSIKIATRI

Aku terkenang kembali pengalaman kira kira 5 tahun yang lalu, pada tahun 2007. Pada saat itu, aku pertama kali didiagnosis skizofrenia oleh psikiater. Pada waktu itu, aku tidak sadarkan diri sehingga aku harus dirawat di bangsal psikiatri di RSD dr Soebandi di Jember. Pada waktu itu, aku kelas 3 SMA dan sudah selesai mengerjakan soal Ujian Nasional (UNAS) dan ujian sekolah, ketika tiba tiba skizofrenia menyerangku. Aku jadi tidak sadarkan diri ketika itu, dan kurang lebih selama sebulan aku dirawat di bangsal psikiatri di RSD dr Soebandi.
            Pada saat saat aku dirawat di bangsal itu, sebenarnya aku sama sekali tidak sadar dan tidak mengenali lingkungan ku. Sehingga sebenarnya pada waktu itu aku berada dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar. Namun beberapa minggu kemudian, setelah aku mulai mengenal situasi sekitar, maka aku teringat akan pengalaman ku pada waktu itu.
            Ceritanya, pada waktu itu aku sudah mulai sadar setelah sebelumnya aku tidak sadar secara penuh, kemudian setelah sadar itulah aku mulai ingat kembali namun ingatan ku masih belum kembali seperti sediakala. Pada waktu itu yang aku ingat aku berada di sebuah ruangan sendiri, kemudian ada suster dan penjaga. Selebihnya aku lupa. Kemudian yang paling aku ingat setelah itu adalah ketika aku mulai sadar penuh dan diajak untuk pertama kalinya untuk keluar untuk jalan jalan di sekitar rumah sakit. Pada waktu itu aku selain diberi waktu untuk keluar jalan jalan, aku juga menjalankan shalat di musholla rumah sakit.
            Yang paling aku ingat kemudian setelah aku shalat di musholla rumah sakit itu, aku kemudian duduk duduk sebentar di depan musholla itu, kemudian ada seorang ibu yang menghampiriku dan juga duduk di sampingku. Aku tidak ingat siapa ibu itu, tapi yang terjadi kemudian adalah ibu itu bertanya bagaimana keadaan ku dan kemudian ibu itu memberikan semangat semangat dan motivasi kepadaku.
            Aku pada waktu itu memang tidak ingat betul apa yang kami bicarakan, tapi yang jelas pada waktu itu dia memotivasi ku dan memberikan semangat kepadaku agar aku dapat kembali sembuh dan beraktifitas seperti biasa. Aku tidak tahu apakah ibu itu adalah keluarga dari pasien yang dirawat di bangsal psikiatri itu ataukah orang lain. Tapi ketika itu mulai muncul semangat dalam diriku untuk sembuh. Aku mulai percaya bahwa aku bisa sembuh, bahwa aku bisa mengatasi persoalan ini.
            Pada waktu berbicara, ibu itu seolah mengerti akan keadaan ku dan dia mampu memberikan solusi atas keadaan ku. Kemudian dia memberikan nasehat nasehat yang kala itu memang berarti sekali bagiku.
            Setelah berbincang bincang beberapa saat, ibu itu akhirnya pamit. Dan aku kembali duduk sendirian. Pada waktu itulah rasanya semangat dalam diriku muncul lagi. Bahwa di bangsal psikiatri pun ada orang yang peduli terhadap diriku dan mau memberikan dukungan moril kepadaku dan memberikan semangat kepadaku. Hingga saat itu sampai aku keluar dari rumah sakit dan hingga kini, kejadian itulah yang paling aku ingat sampai sekarang. Hingga kini aku bertekad bahwa aku bisa sembuh dan bisa bermanfaat bagi orang disekitarku terutama untuk keluargaku. Dari percakapan di bangsal psikiatri itulah yang hingga kini memotivasiku, bahwa dari semangat dan motivasi, meskipun itu di bangsal psikiatri sekalipun, mampu memberikan arti tersendiri bagi kehidupan penderita di masa yang akan datang.
            Pertemuan di bangsal psikiatri itu, memberikan kesan mendalam terhadap ku. Asa itu kini mulai berkembang, dan asa itu dimulai dari bangsal psikiatri.






















SKIZOFRENIA, WAKTU KE WAKTU
           
Skizofrenia adalah gangguan otak kronis. Orang dengan skizofrenia mungkin mendengar suara suara yang orang lain tidak mendengar atau memiliki delusi atau pemikiran yang keliru. Seperti kebanyakan penyakit, gejala skizofrenia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan dapat menyebabkan rasa takut, penarikan diri, atau gangguan kecemasan (anxiety). Orang dengan skizofrenia biasanya diliputi dengan perasaan depresi, pergerakan yang kaku (fase katatonik) atau kesulitan bicara dan mengungkapkan perasaan. Orang dengan skizofrenia juga biasanya sulit untuk merasakan realitas. Ini sering sulit bagi orang dengan skizofrenia untuk mengurus suatu pekerjaan atau mengurus diri sendiri, sehingga berdampak pada keluarga mereka dan masyarakat secara signifikan.

DULU
- Masyarakat memandang skizofrenia, sebagai salah satu penyakit mental yang paling dahsyat, sukar disembuhkan, sebagai akibat dari pola perilaku yang menyimpang daripada sebagai penyakit perkembangan otak.
- Tidak ada panduan yang konsisten untuk diagnosis gangguan ini.
- Adanya stigma yang kuat pada diri penderita skizofrenia menimbulkan stres dan depresi sehingga sulit bagi penderita untuk kembali beraktifitas normal.
- Belum ada terapi medis dan pengobatan yang tepat untuk penyakit ini.

HARI INI
- Skizofrenia dipahami sebagai gangguan perkembangan otak, yang melibatkan jalur spesifik yang berhubungan dengan prefrontal korteks.
- Terdapat buku rujukan yang menggolongkan diagnosis berbagai macam gangguan jiwa hingga saat ini. Buku ini merupakan buku rujukan lengkap yang mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai diagnosis gangguan jiwa secara akurat.
- Sekarang ada instrumen yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis skizofrenia, serta terapi medis dan pengobatan yang efektif yang dapat mengurangi halusinasi dan delusi dengan hanya sedikit efek samping.
- Menggunakan alat alat canggih dan metode untuk mempelajari genetika penyakit, para peneliti telah mengidentifikasi sejumlah kerentanan gen yang mungkin dan lebih dekat dari sebelumnya untuk memahami bagaimana gen dapat mempengaruhi perkembangan otak dan fungsi dalam skizofrenia.
MASA DEPAN
- Menemukan cara untuk mengontrol efek samping metabolisme medis di masa muda adalah tujuan dari sebuah penelitian yang  saat ini sedang berlangsung. Hasilnya akan membantu menentukan pilihan perawatan jangka panjang lebih baik untuk anak-anak dan remaja dengan skizofrenia atau gangguan mental utama.
- Berfokus pada penelitian termasuk pencegahan dan diagnosa skizofrenia sebelum fase aktif dapat membantu mengurangi beban penyakit mental yang berat, yang saat ini sebagian besar disebabkan oleh diagnosis yang tidak tepat dan perawatan yang tidak tepat.
- Sebuah studi skala besar pada "Epigenetika" pada skizofrenia berusaha untuk mengungkapkan bagaimana faktor-faktor seperti infeksi, dan pengalaman hidup mempengaruhi faktor risiko genetik. Karena beberapa perubahan epigenetik mungkin dapat dipulihkan, penelitian ini dapat mengakibatkan cara baru untuk mengobati skizofrenia.
            Pada saat ini, para ahli sedang mencari pola perawatan dan meneliti tentang faktor faktor penyebab skizofrenia agar bisa dilakukan sebagai rekomendasi untuk perawatan medis yang lebih akurat. Para ahli di seluruh dunia sekarang juga sedang meneliti bagaimana agar penderita skizofrenia dapat pulih secara lebih baik. Sekarang kita bisa mendapat poin bahwa ternyata skizofrenia dapat dikendalikan. Dengan pemulihan yang tepat, dukungan dari keluarga dan lingkungan, kepercayaan diri dan pikiran yang positif serta kemauan dan tekad untuk bangkit maka kita dapat berbuat yang lebih baik untuk masa depan kita. Skizofrenia bukan halangan bagi kita untuk maju. Dengan melakukan kegiatan kegiatan yang positif secara terus menerus, maka kualitas hidup kita akan meningkat. Pemulihan yang baik semoga akan lebih meningkatkan kepercayaan diri kita untuk sembuh dan dapat kembali mandiri sehingga kualitas kehidupan kita juga akan meningkat.











PERSPEKTIF DAN PARADIGMA SKIZOFRENIA

            Masih banyak pandangan dan label negatif yang diberikan kepada Orang Dengan Skizofrenia (ODS). Masih banyak pula pandangan negatif yang malah semakin memperburuk stigma terhadap penderita skizofrenia. Info info yang banyak beredar di masyarakat pun masih banyak yang keliru tentang skizofrenia dan para penderita nya. Bukan nya menemukan berita yang mempercepat recovery malah menemukan berita yang semakin memperburuk stigma negatif yang sudah ada. Hal ini tentunya akan memperburuk kondisi pasien. Padahal yang diperlukan penderita skizofrenia adalah kepercayaan diri dan mental yang baik.
            Skizofrenia adalah penyakit yang serius, sama hal nya dengan penyakit autisme, ADHD dan Parkinson. Skizofrenia adalah bentuk paling umum dari penyakit mental yang parah. Penyakit ini mempengaruhi sedikit lebih banyak dari 1 % populasi (Narrow, 1998). Skizofrenia umumnya mengenai seseorang pada masa remaja dan dewasa awal. Oleh karena itu skizofrenia juga disebut sebagai penyakit perkembangan otak yang terjadi pada masa remaja.
            Ada beberapa pandangan yang beredar di masyarakat yang selama ini ternyata semakin menambah stigma yang ada. Tentunya pandangan ini harus di ubah sehingga masyarakat pun menjadi tahu dan peduli terhadap permasalahan ini. Di bawah ini saya berikan teori yang umum tentang skizofrenia yang perlu diketahui :
1. Skizofrenia adalah penyakit perkembangan otak.
Sama dengan autisme dan ADHD, skizofrenia merupakan penyakit perkembangan otak. Menurut National Institutes Of Health, skizofrenia adalah penyakit perkembangan otak. Skizofrenia adalah penyakit yang dapat terjadi pada masa remaja dan dewasa awal. Jika autisme dan ADHD bisa mengenai seseorang pada masa anak anak, maka skizofrenia bisa timbul pada masa remaja pada perkembangan manusia. Penyakit ini terjadi karena kelainan neurotransmitter di otak. Penyakit ini disebut penyakit perkembangan otak karena terjadi dalam masa perkembangan hidup manusia, yaitu pada masa remaja.
2. Skizofrenia bukan akibat perilaku menyimpang.
Banyak yang berpikiran bahwa orang yang menderita skizofrenia dulunya karena ia berperilaku menyimpang. Yang perlu di garis bawahi adalah seseorang yang terkena skizofrenia bukan karena ia melakukan perbuatan yang menyimpang, tetapi karena kelainan neurotransmitter pada otak. Kelainan neurotransmitter inilah yang menyebabkan adanya delusi (waham) atau adanya gangguan kecemasan pada Orang Dengan Skizofrenia (ODS). Kelainan neurotransmitter ini juga yang menyebabkan ODS mengalami fase aktif dalam skizofrenia yang menyebabkan gejala berupa gangguan kognitif dan gangguan persepsi pada ODS sehingga ia tidak bisa mengendalikan perilaku dan aktifitas motorik nya. Jadi, segala gangguan halusinasi, kognitif dan psikomotor pada penderita skizofrenia bukan disengaja.
3. Penderita skizofrenia ingin kembali seperti dulu.
Jangan mengira bahwa penderita skizofrenia hanya diam dan tidak bergerak menuju perubahan. Mereka ingin berubah ! Mereka ingin kembali menjadi dirinya yang dahulu, ketika ia belum mendapat penyakit ini. Dari hari ke hari mereka berupaya untuk berubah dan berusaha agar kehidupan nya kembali seperti dahulu, seperti ketika mereka belum sakit. Mereka ingin berubah ! Mereka ingin hidup normal ! Mereka ingin sembuh ! Dan mereka akan melakukan apapun untuk kembali ke kehidupan nya yang lama. Walau untuk itu, mereka harus melakukan perjuangan yang ekstra.
4. Penderita skizofrenia bisa kembali pulih dan produktif.
Penderita skizofrenia bisa kembali menjalankan aktifitas seperti biasa. Dengan pemahaman yang baik mengenai gejala gejala penyakitnya dan dengan melakukan rehabilitasi sosial yang baik, penderita skizofrenia bisa kembali produktif dan tetap bisa melakukan kegiatan seperti biasa. Tentunya dibutuhkan dukungan dari keluarga dan masyarakat agar penderita skizofrenia bisa kembali bersemangat dan kembali menjalani kehidupan yang normal. Terapi psikososial juga sangat dibutuhkan penderita untuk mencapai tingkat pemulihan nya sehingga bisa menjalani kehidupan nya secara optimal.















TOGETHER WE CAN DO MORE !

            Menjadi seorang ODS (Orang Dengan Skizofrenia) dan ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) tentu memerlukan perjuangan yang ekstra. Bagi penderita skizofrenia, maka kita harus banyak mengelola jiwa kita agar tidak mengalami stres dan depresi. Seorang skizofren, rentan mengalami depresi. Bahkan untuk hal yang oleh orang biasa tidak berpengaruh, maka bagi ODS sangat berpengaruh. Stressor atau penyebab stres bisa datang dari mana saja. Bisa karena kita menghadapi orang banyak, menghadapi ujian di sekolah atau bahkan dari lingkungan kita. Semua itu bisa menyebabkan mudahnya ODS untuk depresi dan mengalami kekambuhan.
            Maka "daya juang" untuk bertahan dan tetap dapat beraktifitas adalah modal utama dan yang paling penting bagi seorang ODS agar segala kegiatan hidupnya dapat terus terlaksana dan tertata dengan baik. Daya juang untuk sembuh yang besar pun harus ada dalam diri setiap ODS dan ODMK. Jangan putus harapan, karena kita tidak sendiri ! Di sini kita berjuang bersama, untuk meningkatkan kualitas hidup dan menghapus stigma negatif yang ada.
            Disinilah peran komunitas pendukung seperti KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia) sangat terasa. Di sini berkumpul sesama penderita, survivor, praktisi kesehatan, psikiater, psikolog, perawat jiwa, aktivis sosial dan pemerhati keswa. Di sini kita sama sama berjuang untuk diri kita, keluarga dan untuk para penderita ODMK lain. Disini kita bisa berbagi dan sama sama mencari solusi atas setiap permasalahan yang ada.
            Di sini kita mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup penderita skizofrenia dan memberikan edukasi tentang keswa (kesehatan jiwa). Dengan tujuan agar penderita skizofrenia dapat kembali berkarya dan kembali hidup secara mandiri. Tentu dukungan keluarga sangat berperan besar bagi proses kesembuhan penderita. Tekad dan kemauan penderita untuk sembuh juga harus besar.
            Di KPSI, kita bisa saling berbagi pengalaman agar kita bisa saling instropeksi diri dan saling membenahi kekurangan kita. Bagaimanapun, disini kita belajar untuk memahami tentang skizofrenia dan penyakit mental lainnya. Walau kita sempat gagal, tapi teruslah berjuang, karena bahkan sekecil apapun perjuangan kita, tetap akan dicatat oleh Tuhan. Dan perjuangan itu tidak akan sia sia. Kelak kita yang akan menikmati hasil perjuangan itu, yaitu kesembuhan atas penyakit kita.
            KPSI sendiri juga patut diapresiasi. Dengan adanya pertemuan rutin di KPSI simpul dan acara acara yang membahas tentang kesehatan mental maka hal ini tentu sangat menarik untuk diadakan karena dapat meningkatkan semangat penderita skizofrenia dan tentunya akan meningkatkan awareness (kepedulian) kita terhadap skizofrenia. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan stigma negatif sedikit demi sedikit akan terkurangi.
            Harapan saya semoga KPSI dapat berkembang dan para teman teman kita yang ada di berbagai daerah tergerak dan siap untuk menjadi relawan dan mengembangkan simpul simpul lokal di setiap daerah / kota agar para penderita yang ada di daerah dapat terakomodir dan dapat diberikan edukasi dan pemahaman tentang kesehatan jiwa. Karena di setiap daerah juga pasti ada penderita ODS dan harus diakomodir. Saya juga berharap di setiap simpul yang ada diadakan kegiatan rutin untuk penderita agar para penderita bisa semakin mengenal dan mengerti tentang kesehatan jiwa. Harus muncul relawan relawan di setiap daerah agar organisasi kita semakin kuat dan dapat mengembangkan kegiatannya secara lebih optimal. Dan tentu, diperlukan kekonsistenan agar organisasi kita dapat senantiasa berkembang dari hari ke hari. Hal ini bertujuan untuk semakin memperkuat jejaring kesehatan jiwa sehingga nantinya aspirasi kita dapat didengarkan oleh pemangku kebijakan terkait.
            Akhirnya, kita memang harus bersatu demi mewujudkan ide kita. Para penderita, keluarga, psikiater, psikolog, perawat jiwa, mahasiswa dan masyarakat harus bersatu. Dengan bersatu, kita akan lebih kuat dan tentunya kita dapat berbuat hal yang lebih untuk kita semua. Perjuangan tidak akan bisa kita lakukan sendiri. Perjuangan baru bisa terlaksana apabila kita dan seluruh komponen bersatu untuk bersama mengedukasi tentang kesehatan mental dan menghapus stigma negatif yang ada. Together We Can Do More !!!

Semangat !!!












SKIZOFRENIA DAN BIPOLAR, 2 JIWA 1 HATI

Di dalam terminologi ilmu kesehatan jiwa, disana kita akan mengenal adanya 2 penyakit yang paling sering dibahas dalam ilmu psikiatri (ilmu kesehatan jiwa). Kedua penyakit itu adalah skizofrenia dan bipolar. Skizofrenia dan bipolar adalah 2 jenis penyakit yang paling banyak dibahas jika dibandingkan dengan penyakit penyakit gangguan mental lainnya. Hal ini karena memang inti dari penyakit mental adalah terdapat pada penyakit skizofrenia dan bipolar ini. Kali ini saya akan memperlihatkan perbedaan perbedaan yang terdapat pada 2 penyakit ini.
Skizofrenia, dalam PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa - III) masuk ke dalam kategori "Skizofrenia, Gangguan Skizotipikal dan Gangguan Waham". Sementara dalam DSM-IV (Diagnostic And Statistical Manual – IV) masuk ke dalam kategori "Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lain". Sementara itu, dalam PPDGJ-III, Bipolar masuk ke dalam kategori "Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])". Sementara dalam DSM-IV, Bipolar masuk ke dalam kategori "Gangguan Mood". Dari klasifikasi ini sudah dapat terlihat perbedaan antara skizofrenia dan bipolar. Jika skizofrenia merupakan gangguan waham, sedangkan bipolar adalah gangguan suasana perasaan atau gangguan mood. Skizofrenia ditandai dengan adanya delusi atau waham dan halusinasi, sedangkan bipolar lebih kepada gangguan mood yaitu dari kondisi manik ke depresif, atau dari suasana yang sangat gembira menuju suasana yang depresif (sedih). Ciri ciri penderita skizofrenia adalah mereka sering mengalami delusi (sebuah keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan) dan halusinasi. Delusi atau waham adalah suatu gangguan isi pikiran, sebuah keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan, biasanya diwarnai oleh latar belakang kebudayaan. Sedangkan halusinasi adalah suatu persepsi sensorik yang salah tanpa adanya rangsangan dari luar yang sebenarnya. Mungkin terjadi karena gangguan emosi atau stres (reaksi histerik, deprivasi sensorik) atau psikosa fungsional.
Definisi skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses berpikir serta disharmoni (perpecahan, keretakan) antara proses berpikir, afek / emosi, kemauan dan psikomotor disertai dengan distorsi kenyataan. Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu "Scheizen" yang berarti pecah, dan "Phren" yang berarti jiwa. Artinya bisa dimaknai secara kasar sebagai “jiwa yang pecah”.  Artinya penderita skizofrenia tidak dapat membedakan antara kenyataan dan halusinasi. Skizofrenia ditandai oleh adanya gejala gejala primer dan sekunder. Adapun gejala gejala primer antara lain gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan, dan gejala “autistik”. Sedangkan gejala gejala sekunder dapat berupa adanya waham, halusinasi, gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain.
Sedangkan bipolar adalah gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren (sering kambuh) serta dapat berlangsung seumur hidup. Sementara gejala skizofrenia terdiri dari gejala positif (delusi atau waham, halusinasi, kekacauan alam pikir, gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, dll.) dan gejala negatif (alam perasaannya tumpul dan datar, menarik diri dari lingkungan, kontak emosional yang kurang, sukar diajak bicara, dan pendiam, pasif, apatis, sulit dalam berpikir abstrak, pola pikir stereotipe, tidak ada dorongan kehendak, keinginan, tidak mau berupaya dan kehilangan kemauan). Sementara gejala bipolar adalah perubahan mood secara ekstrem dari manik  (keadaan mood yang meninggi) ke depresi (keadaan mood yang menurun).
Sedangkan perbedaan lainnya adalah seputar pemberian obat psikofarmaka bagi pasien. Untuk penderita skizofrenia, diberikan obat obatan antipsikotik tipikal dan atipikal (antipsikotik generasi baru) diantaranya adalah Clozaril, Risperdal (Risperidone), Zyprexa, Seroquel dan Geodone. Selain itu, bisa juga ditambahkan obat antidepresan bila diperlukan. Sementara obat yang biasa diberikan pada penderita bipolar adalah Mood Stabilizer (Lithium, Valproat, Lamotrigine) dan Antipsikotik Atipikal (Risperidone, Olanzapine, Quetiapin, Aripirazole). Bisa juga disertai anti depresan jika dibutuhkan.
Persamaan antara bipolar dan skizofrenia berdasarkan penelitian, sama-sama bersifat genetik, adanya gangguan zat kimia pada otak, dan ada stressor psikososial. Persamaan lainnya antara bipolar dan skizofrenia adalah obat-obatannya harus dengan resep dokter / psikiater. Sama-sama harus diminum secara rutin sesuai petunjuk dokter / psikiater. Walau begitu, fakta membuktikan bahwa ada penderita bipolar dan skizofrenia yang stabil dan tidak kambuh tanpa obat-obatan.
Persamaan antara bipolar dan skizofrenia, proses penyembuhan keduanya tidak cukup hanya dengan obat. Tapi pengobatan holistik atau menyeluruh yang mencakup obat-obatan, psikoterapi, psikososial, dan religius. Itulah masing masing perbedaan dan persamaan antara skizofrenia dan bipolar. Keduanya memang termasuk gangguan mental yang serius yang terjadi pada otak seseorang. Persentase populasi orang yang menderita penyakit ini adalah kira kira 1 % dari populasi. Sementara penyakit ini sama sama menimpa laki laki dan perempuan dengan rasio yang sama. Itulah perbedaan dan persamaan antara skizofrenia dan bipolar. Semoga bermanfaat.

BERDAMAI DENGAN SKIZOFRENIA

Sejak mengalami skizofrenia, kehidupan saya seolah mengalami kehidupan yang benar benar baru. Saya awalnya tidak paham sama sekali tentang masalah kesehatan jiwa. Istilah istilah tentang kesehatan mental sama sekali asing bagi dunia saya. Sebelum saya mengalami skizofrenia, saya sama sekali tidak mengenal tentang isu isu kesehatan jiwa. Seingat saya, hanya dulu pada waktu SD saya pernah membaca berita di koran yang membahas tentang pengidap skizofrenia yang lambat laun mengalami kemunduran mental akut. Tercatat hanya sekali itu saja, pada waktu SD itulah, saya mengenal dan mengetahui tentang skizofrenia. Namun pada kehidupan selanjutnya, sampai saya duduk di bangku SMA, saya tidak mengetahui lagi informasi tentang skizofrenia.
Kehidupan saya berubah ketika kemudian ketika kelas 3 SMA, pada tahun 2007 lalu, saya mengalami gejala gejala awal skizofrenia. Ketika itu, saya baru saja mengerjakan Ujian Nasional (UNAS) dan akan mengerjakan ujian sekolah, ketika tiba tiba skizofrenia menyerang saya untuk yang pertama kalinya. Ketika itulah kehidupan saya benar benar berubah secara drastis. Saya ketika itu mengalami fase aktif skizofrenia, dimana dalam fase itu saya menjadi tidak sadar dengan keadaan saya. Saya kemudian mengalami delirium, suatu penurunan kesadaran, sehingga saya diharuskan dirawat di bangsal kejiwaan di rumah sakit di Jember. Setelah hampir sebulan mengalami gangguan persepsi, gangguan kognitif dan psikomotor, disertai penurunan kesadaran, maka saya akhirnya kembali “sadar” dari fase tak sadar saya. Ketika itulah saya memulai babak baru saya, kehidupan yang baru bagi saya.
Diagnosis dari dokter, saya didiagnosis mengalami skizofrenia. Itulah awalnya saya mengenal tentang kesehatan jiwa. Setelah itu, saya lalu mempelajari tentang penyakit saya itu. Seperti lazimnya orang orang yang telah didiagnosis dengan penyakit kronis lainnya, yang membutuhkan banyak pengetahuan tentang penyakitnya, saya kemudian mencari tahu informasi sebanyak banyaknya mengenai skizofrenia. Saya, seperti lazimnya para pasien lain, tidak hanya mengandalkan diagnosis dari dokter saja, tapi juga berusaha mencari informasi tentang penyakit saya di tempat lain. Saya menjelajah di internet, membaca buku tentang skizofrenia, dan mengikuti perkembangan terbaru penyakit ini dari surat kabar. Ya, saya memang selalu mengandalkan berita dari surat kabar. Saya memang selalu mengupdate perkembangan berita tentang kesehatan jiwa lewat surat kabar. Karena memang, kadang kala, ada informasi tentang kesehatan jiwa di koran, meskipun sangat terbatas, misalkan tentang pemasungan penderita gangguan jiwa di beberapa daerah, atau masalah gelandangan psikotik (gelandangan yang mengidap gangguan jiwa) yang terkena razia di jalanan. Semuanya akan saya baca, selain menambah informasi tentang berita terkait, biasanya berita berita seperti itu akan saya kliping di rumah. Ada berita tentang pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa di daerah saya, saya kumpulkan beritanya, saya simpan dengan suatu harapan bahwa suatu saat saya bisa menolong penderita pasung itu. Ya, ini memang pekerjaan besar. Ini memang harapan besar. Tapi saya selalu punya harapan untuk itu. Saya harap suatu saat kliping yang saya buat itu bisa berguna. Bisa jadi suatu saat, jika saya diberi kemampuan untuk itu, saya bisa mengunjungi tempat penderita pasung itu, dan bersama sama dengan jajaran terkait, Dinas Kesehatan atau Dinas Sosial, maka kami bisa membebaskan penderita itu dari pasungan. Insya Allah, jika ada kemauan, ada jalan. Amin...
Hati saya juga menjadi trenyuh dan merasakan empati yang mendalam kepada para gelandangan yang mengidap gangguan jiwa yang kerap berada di jalan jalan. Mereka inilah penderita gangguan jiwa yang ditelantarkan oleh keluarganya. Biasanya keluarga mereka sudah tidak mau lagi untuk mengurusnya, sehingga akhirnya penderita gangguan jiwa ini dibiarkan berkeliaran di jalan. Mereka harus susah payah untuk mencari rezeki di dalam hidupnya. Dunia seolah terasa sempit bagi mereka. Saya merasakan penderitaan mereka, dan saya berempati terhadap perjuangan mereka. Saya berharap mereka akan mendapat bantuan dari dinas dinas terkait, untuk membantu mereka mendapatkan kehidupan sosial yang layak bagi mereka. Setidak nya mereka mendapat hunian dan tempat tinggal yang layak bagi mereka. Saya rasa Dinas Sosial dapat bergerak untuk membantu para saudara kita yang masih membutuhkan bantuan ini. Beberapa Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial), yaitu tempat penampungan bagi para gelandangan yang mengidap gangguan jiwa ini, telah dibangun di beberapa kota. Liponsos adalah program nyata dari Dinas Sosial untuk membantu memberdayakan para gelandangan psikotik, pengemis dan anak jalanan. Liponsos di kota saya, Jember, juga telah dibangun beberapa tahun ini. Namun yang menjadi kendala adalah kurangnya fasilitas kamar bagi pasien dan kurangnya tenaga kesehatan atau perawat yang merawat penderita selama di Liponsos. Saya berharap semoga Liponsos di setiap kota selalu meningkatkan pelayanannya terhadap para penderita gangguan jiwa yang ada disana. Sehingga perawatan terhadap mereka akan menjadi baik dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka.
Intinya, untuk menuju kesembuhan bagi penderita skizofrenia, yang utama adalah penderita mampu hidup secara optimal dan dapat berinteraksi sosial dengan masyarakat dan lingkungannya dengan baik. Mereka dapat berinteraksi dan berkontribusi terhadap masyarakat nya secara optimal. Selain itu, poin utama kesembuhan bagi penderita skizofrenia adalah mereka sudah mampu mengurus kebutuhan hidupnya secara mandiri, seperti berbelanja kebutuhan sehari hari, pergi ke pasar, membayar tagihan bulanan atau pergi kontrol obat bulanan. Mereka juga harus mandiri, dengan cara mengurus kebutuhan hidupnya sendiri, melakukan pekerjaan rumah sehari  hari dan mampu bekerja. Juga yang harus diperhatikan adalah aktivitas ibadah kepada Tuhan. Bagi yang muslim, shalat berjamaah 5 waktu di masjid dan membaca Al Quran setiap hari juga menjadi kewajiban sehari hari. Olahraga juga harus menjadi perhatian. Setidaknya sempatkan 2 hari dalam seminggu untuk berolahraga, misalkan bersepeda atau lari pagi keliling komplek. Itu untuk menjaga agar tubuh kita tetap sehat.
Melakukan aktivitas sebagai seorang dengan skizofrenia, sama saja dengan kehidupan orang lain. Kita harus  tetap berjuang dengan keadaan kita, untuk menuju kesembuhan yang optimal. Jangan lupa juga untuk selalu meluangkan waktu untuk membaca buku buku yang informatif dan berguna. Kisah kisah inspiratif seseorang yang telah bangkit dan pulih dari suatu penyakit, terkadang mampu memotivasi kita untuk menjadi lebih positif dalam memandang kehidupan.
Kini saya juga sedang berusaha untuk pulih dari skizofrenia. Sampai sekarang saya masih mengkonsumsi obat obatan skizofrenia dari psikiater. Obat obatan ini berfungsi untuk menstabilkan neurotransmitter dopamine dan serotonin pada otak. Hingga kini saya masih berjuang dalam kehidupan saya. Ini adalah sebuah perjuangan sepanjang hidup. Semoga kita selalu mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Agar kita selalu dapat menjalankan kehidupan lebih baik lagi dan kian bermakna. Amin...














MANFAAT DAN ESENSI UU KESEHATAN JIWA

Kini Indonesia sudah mempunyai Undang Undang (UU) tentang Kesehatan Jiwa. Hal itu menyusul disahkannya Rancangan UU Kesehatan Jiwa menjadi Undang Undang dalam rapat paripurna DPR RI di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada hari Selasa (8/7/2014). Hal ini menjadi sejarah baru bagi dunia kesehatan di Indonesia terutama di bidang kesehatan jiwa. Kini kita telah mempunyai UU yang resmi mengatur tentang kesehatan jiwa dan segenap permasalahannya di Indonesia. Kini kita telah mempunyai UU yang berfungsi sebagai aspek hukum yang mengatur dan memberikan ruang dalam upaya upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat di Indonesia. UU Kesehatan Jiwa menjadi penting karena berfungsi sebagai jaminan hukum terhadap Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) serta hak hak hidupnya bisa lebih terlindungi. Selain itu, UU ini juga berfungsi untuk menjamin setiap orang hidup sejahtera secara lahir dan batin dan bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada 2007, prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas ada sebanyak 11,60 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa (Liputan6.com, 10/10/2011). Sedangkan satu juta diantaranya mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis. Diantara beragam masalah kesehatan mental di Indonesia diantaranya disebabkan karena gangguan jiwa berat, depresi pasca bencana, gangguan stres pasca traumatik dan gangguan gangguan lainnya yang dapat mempengaruhi produktifitas rakyat Indonesia.
Pemerintah kita relatif masih tertinggal dibandingkan negara lain yang telah lebih dulu mengeluarkan UU Kesehatan Jiwa. Diantaranya Bangladesh yang telah lebih dahulu mengeluarkan UU tentang Kesehatan Jiwa pada tahun 2005, menyusul terjadinya bencana alam tsunami pada 26 Desember 2004 yang bersamaan dengan terjadinya bencana serupa di Aceh dan Sumatera Utara. Indonesia, yang dalam hal ini jumlah korban nya lebih banyak, justru saat itu belum memiliki Undang Undang ini. Padahal, sebagaimana diketahui, dampak dari adanya bencana tsunami yang melanda kala itu bisa menyebabkan terjadinya depresi berat bahkan hingga mengalami gangguan jiwa. Hal ini tentunya dapat melumpuhkan produktifitas dan kehidupan rakyat yang mengalami bencana alam tersebut. Oleh karena itu, disahkannya UU Kesehatan Jiwa ini dapat menjadi solusi bagi adanya masalah kesehatan mental di Indonesia.
Sebenarnya, dilihat dari sejarah sejak republik ini berdiri, pemerintah Indonesia sebenarnya sudah pernah memiliki Undang Undang Kesehatan Jiwa pada tahun 1966 yang ketika itu ditandatangani oleh Presiden Sukarno. Namun, pada perkembangannya, UU tersebut kemudian hilang. Padahal, definisi kesehatan menurut World Health Organization (WHO) tidak hanya meliputi sehat secara fisik, tapi juga secara mental, sosial dan spiritual.

ODGJ Juga Manusia
Sering di jalanan kita melihat seseorang dengan penampilan yang kotor dengan bajunya yang lusuh dan kumal menggelandang di jalanan. Dengan tubuhnya yang kurus kering, mereka mencari makanan sisa di jalanan dan sebagian diantaranya hanya dapat terbaring dengan lemah di sudut sudut jalan. Banyak orang yang memandang mereka dengan pandangan jelek. Sebagian orang lainnya merasa tidak peduli dengan orang itu. Hanya sedikit diantaranya memiliki rasa iba dan kasihan dan lantas tergerak memberikan bantuan berupa sedekah dan uang. Beberapa diantara mereka yang peduli itu kemudian membentuk sebuah komunitas yang bertujuan untuk membantu memberikan hak hak bagi mereka yang memiliki “kebutuhan khusus” tersebut agar hak hak mereka dapat terpenuhi dan mereka dapat memperoleh hunian dan tempat tinggal yang layak bagi mereka untuk hidup bermasyarakat dan bersosial. “Mereka”, orang orang yang menggelandang di jalanan itu, yang kerap di olok olok dan diberi stigma oleh masyarakat sebenarnya adalah bagian dari kita juga. Mereka, yang kemudian disebut dengan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) itu banyak jumlahnya di sekitar kita. Banyak diantara mereka yang hidup dalam kondisi tidak layak secara mental maupun sosial. Banyak kasus ODGJ atau penderita gangguan jiwa ini yang hidup menggelandang dari jalan ke jalan dan tidak memperoleh hak berupa tempat tinggal yang layak bagi mereka. Banyak diantara mereka, para ODGJ ini yang berakhir di jalanan. Sementara sebagian lainnya berada di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Mereka yang tinggal di RSJ ini biasanya juga mengalami penderitaan yang tak kalah besar dengan mereka yang berada di jalanan.

Menuju Bebas Pasung
Adanya stigma dan cap negatif terhadap mereka juga adakalanya menghambat proses kesembuhan mereka. Beban kesehatan akibat masalah ini juga otomatis menjadi bertambah berat. Belum lagi ditambah masalah kesehatan jiwa yang paling urgen saat ini dan perlu dicarikan segera solusinya, yaitu kasus pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa yang terjadi di banyak daerah di Indonesia, yang bukan hanya mengakibatkan masalah mental, namun juga berakibat terhadap masalah fisik dan sosial. Hal ini yang perlu dicarikan segera solusinya agar ODGJ dapat terjamin dari adanya pemasungan, pengekangan dan kekerasan terhadap mereka.
Di Indonesia, pemasungan masih bisa ditemukan di banyak tempat. Menurut catatan tak resmi Kementerian Kesehatan saat ini sedikitnya terdapat 20.000 kasus pemasungan akibat penyakit jiwa di seluruh nusantara (BBC.co.uk, 5/10/2011). Angka korban ini yang sekarang sedang diperangi oleh Kementerian Kesehatan dengan sebuah kampanye nasional “Indonesia Bebas Pasung 2014”. Sementara target secara nasional bebas pasung adalah tahun 2019. Kita tentu banyak berharap dengan adanya UU Kesehatan Jiwa ini, kasus pemasungan dan masalah kesehatan mental lain di Indonesia dapat segera diatasi. Sehingga target Indonesia Bebas Pasung dan program lainnya dapat terwujud. Semoga.























OBSESIF KOMPULSIF

Para penderita skizofrenia selain dalam kehidupannya mengalami delusi dan waham waham secara terus menerus juga seringkali mengalami gangguan penyerta. Gangguan penyerta yang umum yang juga seringkali dialami oleh penderita skizofrenia adalah OCD (Obsessive Compulsive Disorders). OCD adalah gangguan obsesif kompulsif yang sering dialami oleh penderita skizofrenia. OCD bisa diartikan sebagai perilaku berulang yang timbul karena keinginan penderita tersebut.
            Saya sendiri juga pernah mengalami periode dari gangguan ini dalam jangka waktu tertentu. Dalam setiap waktu, adakalanya saya kembali mengalami OCD ini. OCD adalah gangguan yang tidak dikehendaki oleh penderita. Obsesi yang muncul, yaitu dalam bentuk perilaku berulang, sebenarnya diniatkan hanya untuk memastikan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan sempurna. Atau sudah sesuai dengan kehendak awal dari penderita. Mungkin ada yang bertanya tanya, sebenarnya bagaimana bentuk perilaku berulang yang ditimbulkan oleh OCD ? Mungkin ada yang berpikir jika misalnya ada orang yang bekerja sebagai kasir dalam sebuah toko. Ia bertugas untuk mencatat dan menghitung uang kas toko agar jumlah pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui. Orang itu tentunya diharuskan untuk bisa menghitung jumlah uang dengan benar, karena itu akan berhubungan dengan uang toko. Dalam kasusnya, orang tersebut akan menghitung uang berkali kali untuk memastikan jumlah uang yang dihitungnya sudah tepat. Apa orang tersebut mengalami OCD ? Dalam kasus ini, tidak. Perilaku menghitung uang secara berulang yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka untuk memastikan jumlah uang dalam kasus seperti tadi adalah bukan gejala dari OCD. Perilaku OCD yang dimaksud adalah perilaku berulang yang dilakukan oleh seseorang dalam batas yang tidak wajar. Ini sudah termasuk dari gejala gejala sebuah penyakit. Orang yang mengalami OCD akan terus menerus melakukan perbuatan secara berulang ulang untuk memastikan agar kegiatan yang telah dilakukannya tersebut sesuai dengan keinginannya. Secara sederhana, OCD termasuk tipe perfeksionis. Orang yang mengalaminya biasanya ingin agar semua pekerjaan yang dilakukan bisa sempurna. Jika tidak, ia akan mengecek ulang pekerjaannya tersebut agar menjadi sempurna.
            Penderita OCD harus sadar bahwa OCD itu merupakan tanda dari sebuah gejala penyakit. Artinya, jangan terlalu menuntut untuk terlalu sempurna. Setelah menderita OCD, kita harus sadar bahwa jangan terlalu berkutat agar bagaimana pekerjaan kita bisa berhasil sempurna sesuai keinginan kita. Kita boleh mengerjakan sesuatu dengan sempurna. Tapi jangan terlalu perfeksionis. Biasa saja dalam menyikapinya. Ada cara cara agar pekerjaan kita bisa dilakukan dengan baik dan berhasil.
            Gejala OCD adalah sebuah kondisi medik ketika pikiran kita tidak bisa menyelaraskan antara kenyataan yang ada dengan keinginan kita. Gejala OCD ini sebenarnya adalah perbuatan berulang yang tidak diinginkan oleh penderita. Saya sendiri telah mengalami berbagai kasus dari gejala OCD ini. Gejala OCD yang pernah saya rasakan adalah ketika menyangkut kebersihan, ketelitian, kelengkapan dan kerapian.
            Gejala yang pertama yaitu yang menyangkut kebersihan. Saya akui saya punya problem tersendiri jika menyangkut masalah ini. Dan hal ini kemudian terwujud dalam gejala gejala OCD. Contohnya adalah ketika saya mencuci tangan. Setiap kali saya mencuci tangan, saya berprinsip bahwa tangan saya harus bersih. Maka dari itu, meskipun kedua tangan saya sudah penuh oleh busa sabun, maka saya masih terus menerus harus mencuci ulang tangan saya dengan sabun. Hal ini berlangsung setidaknya dua kali tapi dalam waktu yang lama. Saya punya keyakinan bahwa jika hanya satu kali mencuci tangan, maka tangan kita tetap tidak akan bersih. Maka kemudian saya mencuci lagi tangan saya hingga benar benar bersih. Tapi gejala OCD terlihat dari detail ketika saya mencuci tangan, pengulangan dan waktu yang dihabiskan. Saya sendiri sering merasa aneh dengan keadaan OCD tersebut, tapi keinginan tersebut sepertinya tidak bisa dicegah sebelum tangan saya benar benar bersih.
            Hal ini berlaku sama ketika saya mencuci piring dan menyapu. Jika mencuci piring, maka tak mau tidak, saya harus mencuci piring itu dengan sempurna. Saya akui, saya termasuk pencuci piring yang sangat bersih. Semua piring dan alat masak lainnya bisa saya cuci sangat bersih. Begitu juga ketika saya menyapu lantai dan menyapu halaman rumah. Maka bisa dipastikan semua akan saya sapu dengan teliti. Apalagi jika menyapu di halaman rumah, maka bisa dipastikan halaman rumah akan bersih. Saya tidak akan melewatkan satu daun pun mengotori halaman depan rumah. Tapi ya itu tadi, saya melakukannya secara berulang ulang dan dalam waktu yang lama.
            Kemudian perilaku OCD lain yang saya rasakan adalah masalah ketelitian. Gejala OCD yang saya alami ini adalah saya sangat teliti dalam melakukan sesuatu. Contohnya, ketika saya menghidupkan lampu di luar rumah. Maka kegiatan itu saya lihat terus menerus untuk bisa memastikan agar lampunya benar benar hidup. Kemudian misalnya ketika saya mencatat nomer handphone dari teman saya. Maka nomor nomor handphone itu betul betul saya ulang ulang untuk melihatnya dan mencatatnya karena saya takut salah dalam mencatat nomor handphone orang. Tapi yang aneh, adalah perilaku tersebut yang diulang ulang melebihi batas. Ada orang yang juga melakukannya demikian, tapi masih dalam batas batas kewajaran. Sedangkan perilaku yang saya lakukan ini sudah dalam tahap yang sangat berulang ulang.
            Kemudian perilaku OCD berikutnya adalah masalah kelengkapan. Saya sering sekali mengulang ulang untuk melihat kelengkapan atau mengecek kembali kelengkapan yang saya bawa. Misalnya ketika hendak berangkat kuliah, barang barang apa saja yang hendak saya bawa, kelengkapan apa yang mesti saya bawa, selalu saya siapkan dengan detail dan teliti. Seringkali saya harus mengecek handphone yang sudah saya bawa berulang ulang untuk memastikan agar handphone itu tidak ketinggalan. Begitu juga dalam mempersiapkan buku buku, alat tulis, flashdisk, dan barang barang lainnya. Selalu saya teliti ulang agar tidak ada yang ketinggalan. Tapi ya itulah, saya selalu mengecek sampai beberapa kali hanya untuk memastikan bahwa handphone saya sudah saya bawa. Tentunya hal ini adalah pekerjaan yang melelahkan bagi saya. Saya harus mengecek persiapan, tetapi seolah olah saya harus mengecek terus menerus dan dalam batas yang tidak wajar.
            Tapi, Alhamdulillah, kini gejala gejala OCD saya sangat jauh berkurang. Saya kini sudah mulai pulih dari OCD. Seiring perjalanan waktu, gejala gejala OCD saya sudah mulai berkurang. Beberapa hal yang dulunya harus saya lakukan berkali kali kini cukup saya lakukan sekali. Pekerjaan pun menjadi semakin praktis dan cepat. Dengan izin Tuhan, akhirnya saya mampu menang melawan OCD. Mungkin OCD ini bisa saya umpamakan seperti sebuah gelas yang berisi air. Gelas saya umpamakan sebagai kesanggupan kita atau alat untuk mewujudkan keinginan kita. Sementara air saya ibaratkan sebagai kebutuhan kita. Ketika kita hendak mengisi gelas yang kosong dengan air, isilah gelas tersebut sampai airnya berada dalam batas penuh, hingga siap untuk diminum. Tapi jangan sampai kita mengisi air tersebut hingga melebihi ukuran gelas tersebut sehingga airnya akan meluber kemudian tumpah. Isilah gelas itu sesuai batasannya, agar kita dapat meminum air sesuai ukuran dan dengan pas dan agar kita tidak membuang buang air yang diakibatkan karena kita mengisi gelas itu secara berlebihan. Itulah kuncinya dalam menghadapi OCD. Lakukan kegiatan sesuai ukuran, lakukan sesuai batas, dan jangan melebihi ukuran.







BENING HATI SKIZOFRENIA
           
Saya ingin menyampaikan catatan ini, untuk menjadi renungan dan kontemplasi dalam hidup. Karena di dalam perjalanan kehidupan seseorang, pasti tak lepas dari adanya masalah, batu yang menghadang, jalan terjal dan lain lain. Setiap orang pasti mengalaminya. Dan pasti di dalam derita yang kita alami pasti akan ada hikmah atau makna yang bisa kita ambil. Makna ini tak cukup hanya kita temukan dan kita sadari, tapi juga harus kita jadikan makna hidup atau hikmah sebagai bekal perjalanan kita agar makna tadi dapat menjadi pedoman dalam menjalani keseharian yang lebih baik dari hari ke hari. Setiap orang pasti mempunyai masalah, tapi kita harus menemukan dan mengambil makna dan hikmah agar dalam perjalanan selanjutnya kita bisa isi dengan makna yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita agar hidup lebih baik.
            Setiap Orang Dengan Skizofrenia tidak lah sama. Setiap orang yang mengalami skizofrenia pasti mempunyai gejala dan perilaku yang tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Tapi, satu hal yang patut kita telaah dari seorang skizofrenia adalah kebeningan hatinya. Kebeningan hati disini yang saya maksudkan adalah mereka cenderung sensitif atau perasa terhadap sesuatu. Dengan kata lain, mereka cenderung berpikir "straight" atau berpikir lurus. Berpikir "straight" ini bisa bermakna berpikir secara sederhana, yaitu sesuai dengan kondisi dan situasi yang dialaminya saat itu. Mereka juga berpikir secara sederhana dan cara berpikir mereka sangat sensitif atau perasa. Saya sendiri pernah punya pengalaman dengan penderita skizofrenia lain, dan saya rasa dia itu jika berpikir selalu sederhana dan perasa. Dia hanya berpikir dan bertindak sesuai dengan kondisi dan situasi yang dialaminya.
            Namun masih banyak stigma yang beredar di masyarakat yang memberikan stereotipe negatif terhadap orang dengan skizofrenia. Ada yang menyatakan bahwa "pikiran ODS itu tidak benar atau berpikiran menyimpang" atau banyak stereotipe lain yang tidak berdasar. Tentunya hal seperti ini yang tidak akan diterima oleh orang yang mengalami skizofrenia. Karena orang yang benar benar mengalami skizofrenia sendiri tentunya sebenarnya tidak ingin melakukan sesuatu perbuatan yang tidak benar.
            Saya bisa umpamakan dengan seorang yang mengalami Epilepsi. Ketika dia mengalami kejang dan tak sadarkan diri, apakah ia sadar dan mengetahui apa yang dialaminya pada waktu kejang hingga ia kembali sadar dari kejang nya dan kemudian bangun ? Apakah orang yang mengalami epilepsi itu kemudian tahu dan sadar pada waktu ia kejang dan tidak sadarkan diri ? Apakah ia sendiri yang menghendaki kejang itu ? Atau mungkin ada yang berpikir kalau kejang itu dibuat buat ? Tentu tidak kan ? Seringkali, orang yang mengalami kejang umum tidak akan ingat apa apa tentang hal itu, dan dia pun tidak akan bisa untuk menggambarkan simptom atau gejala.
            Hal yang sama juga terjadi pada orang yang mengalami skizofrenia. Orang yang mengalami skizofrenia pasti telah mengalami fase aktif dimana ia kehilangan kesadaran nya (pingsan, tidak sadarkan diri) dalam beberapa minggu. Apakah kondisi ini lalu membuat perbuatan selanjutnya dari orang tersebut menjadi tidak benar ? Ini merupakan fase aktif dari skizofrenia, dimana pasien akan kehilangan kesadaran dalam beberapa minggu. Dalam hal ini, bagaimana kemudian kita bisa menyimpulkan nya ? Karena jika kita dalam fase aktif dan mengalami syok sehingga tak sadarkan diri, maka hal itu adalah di luar kemauan kita dan bukan karena kesengajaan. Seperti orang dengan epilepsi yang saya ceritakan tadi, dimana kejang nya itu adalah hal yang tak diinginkan nya.
            Setelah mengalami fase itu, biasanya hati orang dengan skizofrenia akan menjadi hati yang perasa dan sensitif terhadap sesuatu hal. Hal lain yang saya sampaikan disini adalah soal ketulusan penderita skizofrenia. Saya pernah menjumpai seorang penderita skizofrenia yang bisa saya cerminkan dari perbuatan nya adalah orang yang tulus. Biasanya, setelah mengalami fase fase skizofrenia, seorang dengan skizofrenia bisa memancarkan ketulusan dalam setiap perbuatan nya. Perjalanan mengantarnya pada banyak hal, dan ia senantiasa mengupayakan setiap hari dipenuhi ketulusan dan kebaikan. Meskipun dalam perjalanan nya selalu menjadi pembelajaran baru bagi dirinya. Meskipun ia pernah gagal berkali kali, dalam hal apapun, namun ia terus berjuang untuk bangkit. Mengubah hidupnya. Hal itulah yang harusnya dijadikan pelajaran oleh ODS lain. Bagaimana setelah perjalanan hidup yang telah mewarnai kehidupan nya, seorang penderita skizofrenia mampu memperbaiki kehidupan nya, bangkit dari kegagalan, kemudian menunjukkan ketulusan hati dan bening hati dari seorang skizofrenia.
Salam...

Kurnia, seorang yang ingin selalu belajar dari cobaan.







PROTAP UNTUK KESEMBUHAN

Jika kita berbicara tentang skizofrenia, maka yang ada di dalam pikiran kita mungkin adalah sebuah gangguan atau penyakit yang kronis dan susah untuk ditangani. Memang skizofrenia selama ini dikenal sebagai sebuah gangguan mental yang kronis dan sangat mengganggu kehidupan penderitanya. Penderita skizofrenia biasanya diasosiasikan dengan para pengidap gangguan mental yang cukup parah yang mengalami deteriorasi mental atau kemunduran mental yang cukup serius. Para penderita gangguan skizofrenia ini biasanya memang sudah dalam taraf sulit untuk membedakan antara delusi dan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu tilik diri dan pemahaman diri akan gangguan yang sedang dialami oleh penderita skizofrenia biasanya sangat minim dan penderita biasanya tidak mengetahui yang sebenarnya bahwa dirinya sebenarnya sedang menderita sebuah gangguan mental yang kronis. Menurut literatur literatur medis, skizofrenia terjadi akibat ketidakseimbangan neurotransmitter yaitu dopamine dan serotonin yang terjadi pada otak manusia. Karena ketidakseimbangan neurotransmitter itulah, maka penderita sulit untuk benar benar merasakan kenyataan dan delusi yang terjadi di dalam pikirannya. Oleh karena itu, hal pertama yang sebenarnya harus dilakukan oleh seorang penderita skizofrenia atau gangguan mental lainnya adalah mereka harus tahu mengenai kondisi penyakitnya itu sendiri. Mereka harus belajar dan mencari info lebih banyak mengenai penyakit skizofrenia yang mereka derita. Dengan belajar mengenai skizofrenia itulah, maka kita diharapkan dapat mengenal diri kita sendiri dan belajar untuk memanage pikiran kita.
Jika kita berbicara tentang diagnosis skizofrenia, biasanya yang langsung terbayang dalam otak kita adalah ketakutan dan kecemasan yang timbul akibat mengalami skizofrenia. Otak kita seakan akan langsung “sadar” dan tahu bahwa kita akan mengalami penyakit yang buruk dan sesuatu yang buruk akan terjadi. Hal itu adalah reaksi awal orang yang pertama kali tahu atau mendengar bahwa dirinya mengalami skizofrenia. Biasanya reaksi itu pertama kali timbul ketika kita mendapat diagnosis langsung dari psikiater bahwa kita mengalami skizofrenia. Reaksi ini adalah normal dan biasa terjadi pada awal kita pertama kali mengetahui bahwa diri kita mengalami skizofrenia. Hal ini juga terjadi pada diri saya. Saya yang awalnya mengalami blank dan tidak sadarkan diri selama beberapa minggu di rumah sakit akhirnya setelah beberapa minggu kemudian baru bisa sadar dan menjalani rawat jalan dari dokter. Setelah beberapa bulan menjalani rawat jalan di rumah sakit dan harus mengkonsumsi obat dari dokter, maka akhirnya saya tahu dari lembar penjelasan diagnosis yang tertera pada kartu rawat jalan saya bahwa saya menderita skizofrenia. Lembar diagnosis yang menyatakan bahwa saya menderita skizofrenia dan harus mengkonsumsi obat dari psikiater awalnya membuat saya menjadi down, takut dan cemas. Apalagi waktu itu saya masih belum tahu tentang penyakit skizofrenia ini. Dulu saya mengira bahwa skizofrenia adalah penyakit yang sangat parah. Seperti penyakit multiple sclerosis atau stroke. Dulu juga rasa cemas saya sangat mendominasi kehidupan saya sehingga waktu itu saya sempat dilanda ketakutan dan kecemasan tentang hidup saya. Reaksi saya ketika itu adalah cenderung menolak diagnosis itu. Saya tidak percaya dan tidak menerima hasil diagnosis yang dokter berikan kepada saya ketika itu. Tapi tenanglah, dalam fase ini, rasa takut, cemas dan khawatir memang ada. Tapi tidak berlanjut seterusnya. Fase ini akan berubah menjadi fase adaptasi dan mulai memahami tentang diri kita dan penyakit kita.
Setelah mengetahui tentang diagnosis saya, yakni skizofrenia, akhirnya saya langsung mencari tahu perihal penyakit saya ini. Kemajuan teknologi dan informasi akhir akhir ini memang memudahkan seseorang untuk mengetahui lebih banyak informasi dari media internet. Oleh karena itu, maka saya langsung browsing dan mencari tahu lebih banyak tentang penyakit saya ini di internet. Dari penjelasan di internet itulah baru kemudian saya mengerti lebih jelas tentang penyakit ini dan mulai memahami dan menerima diri saya apa adanya. Saya kemudian menjadi lebih nrimo tentang takdir dan ketetapan dari Tuhan ini. Dari penjelasan di internet itu, saya mengetahui bahwa skizofrenia terjadi akibat ketidakseimbangan neurotransmitter di dalam otak. Penyakit ini juga merupakan penyakit mental yang cukup parah. Orang yang mengalami penyakit ini akan mengalami deteriorasi atau kemunduran mental di dalam kehidupannya. Gejala gejala dari penyakit ini dapat diketahui dari adanya waham atau delusi yang sering muncul pada penderita. Delusi adalah keyakinan yang keliru yang terjadi pada penderita skizofrenia. Misalnya menganggap bahwa dirinya sedang dicari alien atau dapat berkomunikasi dengan televisi. Jadi dalam hal ini, penderita tidak dapat membedakan antara realitas dengan delusi. Namun setelah akhirnya saya mempelajari lebih banyak mengenai penyakit saya ini, maka saya dapat lebih memahami dan menerima keadaan diri saya yang sebenarnya. Saya menjadi lebih memahami dan belajar untuk menerima diri ini apa adanya.
Hal berikutnya yang paling penting adalah beribadah kepada Tuhan. Kita sebagai manusia yang beriman dan bertakwa tentu harus lebih meningkatkan takwa kita dengan cara beribadah kepada Allah. Ibadah adalah kunci penyembuhan bagi para penderita gangguan skizofrenia dan gangguan mental lainnya. Dengan beribadah maka kita tentu akan dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, yang berarti bahwa kita bisa mendapat jalan untuk penyembuhan diri kita dan pemulihan jiwa. Bagi yang muslim, shalat 5 waktu adalah kewajiban diri kita sebagai seorang muslim. Selain itu, kita juga menjalankan ibadah ibadah yang lain seperti berdzikir dan membaca Al Quran. Dengan membaca Al Quran, maka hati kita akan tenang. Al Quran juga adalah sebagai penawar dan pengobat bagi hati yang sakit. Dengan membaca Al Quran, maka kita akan mendapat pahala dan semakin mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Hal berikutnya yang juga harus dimiliki oleh seorang penderita skizofrenia adalah kepercayaan diri dan mental yang baik. Seorang penderita skizofrenia harus memiliki kepercayaan diri bahwa dirinya dapat melakukan yang terbaik bagi dirinya, keluarga, agama dan bangsa. Meskipun kita menderita skizofrenia, namun tidak menghalangi diri kita untuk dapat memberi manfaat kepada lingkungan tempat kita tinggal. Kita harus dapat membuktikannya dengan meraih prestasi di dalam kehidupan kita. Kita harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan rasa untuk berprestasi. Kita harus memiliki keyakinan bahwa diri kita sama dengan orang yang lain, kalau orang lain bisa mendapatkan kesuksesan di dalam karir atau akademiknya, maka kita juga bisa melakukannya. Skizofrenia bukan halangan bagi kita untuk maju dan menuju kehidupan yang lebih baik. Malah, skizofrenia adalah batu loncatan bagi kita untuk dapat meraih hidup yang lebih tertata dan lebih baik. Pada intinya, kita harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mental yang baik. Kita harus menata mental kita agar kita dapat mengarungi kehidupan ini dengan lebih baik lagi.
Hal selanjutnya yang juga harus dimiliki oleh seorang penderita skizofrenia adalah keyakinan yang kuat untuk sembuh dan memiliki harapan (hope) untuk kehidupan yang akan datang. Kita sebagai penderita skizofrenia harus memiliki keyakinan yang kuat untuk sembuh dan dapat beraktifitas kembali dengan normal. Kita harus memiliki keyakinan bahwa kita bisa sembuh dan dapat normal kembali. Dengan adanya keyakinan ini, maka kita dapat lebih memiliki daya untuk dapat menata hidup kita agar hidup kita lebih berarti bagi diri kita dan lingkungan kita.
Selain itu, hal terpenting lainnya adalah kita harus memiliki harapan bagi kehidupan kita yang akan datang. Dengan adanya harapan, maka kita dapat terus berusaha untuk meraih harapan kita itu. Tentunya untuk meraih harapan kita itu, kita harus berusaha dengan optimal agar kita dapat meraih harapan kita itu. Dengan memiliki harapan, maka ada jalan bagi kesembuhan kita. Kita dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri dan optimisme bagi kita yang tentunya baik untuk perkembangan jiwa kita.
Selain menjalani 4 langkah pemulihan diatas dan memiliki rasa kepercayaan diri dan harapan, maka kita sebagai penderita skizofrenia juga harus mengikuti PROTAP (prosedur tetap) untuk kesembuhan kita. Protap yang pertama yang harus kita jalani adalah beribadah kepada Allah SWT. Kita harus beribadah dengan khusyuk dan senantiasa berdoa untuk kesembuhan kita. Itu adalah protap pertama dan langkah pertama yang harus dijalani untuk kehidupan kita. Banyak berdzikir dan membaca Al Quran adalah kunci untuk penyembuhan kita. Karena Al Quran adalah penawar dan pengobat bagi hati yang sakit. Ibadah adalah protap pertama dan kunci untuk protap lainnya yang akan saya kemukakan dibawah ini.
Dibawah ini saya akan memberikan PROTAP dan langkah langkah praktis di dalam menjalani pemulihan gangguan mental skizofrenia. Langkah langkah dibawah ini sangat mudah dijalani dan sangat berperan penting untuk kesembuhan kita. Langkah langkah ini juga merupakan kiat kiat praktis dan terapi untuk penyembuhan gangguan mental skizofrenia.
Bekal yang harus kita miliki sebelum menjalani PROTAP ini adalah keyakinan diri yang kuat untuk sembuh. Dengan keyakinan yang kuat untuk sembuh dan menjalani pemulihan untuk perkembangan jiwa kita, maka kita akan dapat dengan enjoy menjalani PROTAP ini dan menata mental kita untuk dapat hidup lebih baik. Langkah selanjutnya dan bekal yang harus kita jalani adalah kita harus berdoa kepada Allah SWT agar kita dapat diberikan kesembuhan oleh Allah. Karena Allah lah yang Maha Menyembuhkan Segala Penyakit. Maka kita harus memulai PROTAP ini dengan cara berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesembuhan dan kekuatan untuk menjalani hidup dengan lebih baik lagi.
Untuk selanjutnya, saya akan memberikan langkah langkah menuju pemulihan ini. Langkah langkah ini berisi kiat kiat dan saran saran praktis untuk pemulihan. Langkah langkah ini saya beri nama “PROTAP Untuk Kesembuhan”.
Berikut adalah PROTAP UNTUK KESEMBUHAN tersebut.
PROTAP UNTUK KESEMBUHAN
1.) Beribadah kepada Tuhan
2.) Kenali potensi kita
3.) Jangan gampang salahkan dirimu
4.) Jangan takut dengan kegagalan
5.) Percaya dan yakin kepada kekuatan dirimu
6.) Ambil hikmah di dalam setiap cobaan
7.) Baca buku buku yang inspiratif dan berguna
8.) Jalani hidup yang sehat
9.) Lakukan kegiatan yang bermanfaat
10.) Bersosialisasi dengan masyarakat
Itulah langkah langkah kita untuk menuju pemulihan dan kesembuhan diri kita. Kita harus menjalankan prinsip prinsip diatas agar kita dapat menuju hidup yang lebih baik. Kita harus mulai menjalankannya dengan niat dan keyakinan yang tulus dari dalam hati kita. Kita harus berniat melakukannya untuk pemulihan  jiwa kita dan agar hidup kita lebih berkualitas.  Kita juga harus memiliki keyakinan yang kuat untuk sembuh dan memiliki harapan harapan untuk kita wujudkan. Kita juga harus yakin kepada Allah bahwa kita bisa mewujudkan harapan harapan dan keinginan keinginan kita itu. Selain itu, kita juga harus bertawakkal kepada Allah agar hidup kita selalu berada dalam perlindungan Nya.
Kita harus senantiasa menanamkan keyakinan, kepercayaan diri dan mental yang baik. Justru karena kita mengidap skizofrenia, maka mental kita harus kita tata dengan baik agar kita dapat sanggup mengarungi kehidupan yang rumit ini. Skizofrenia bukan menjadi halangan bagi kita untuk maju. Bahkan, skizofrenia adalah jalan dan ketetapan dari Tuhan yang harus kita terima dan harus kita kelola sebaik mungkin sehingga dapat menjadikan diri kita memiliki keunikan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang orang yang sehat.
Kita harus menanamkan kepercayaan diri dan mental yang baik di dalam kehidupan kita. Karena itu adalah sarana bagi kita untuk mencapai kesembuhan. Kita juga harus berpikir positif (positive thinking) agar kita selalu dapat melalui hari hari di dalam hidup kita dengan lebih ceria dan optimis. Rasa optimis itu perlu kita bangun agar kita tidak menjadi rendah diri ketika bersosialisasi dengan orang lain. Kita harus menunjukkan bahwa meskipun kita mengidap skizofrenia, tapi kita adalah pribadi yang tangguh, kuat dan optimis di dalam menjalani kehidupan kita. Kita harus buktikan bahwa kita mampu bersaing dari kehidupan karir dan akademik dengan mereka yang tidak mengalami skizofrenia. Kita harus buktikan meskipun kita mengalami skizofrenia, tapi kita juga memiliki perilaku dan watak yang baik. Kita juga harus menjalani terapi agar kehidupan kita lebih baik. Itulah langkah langkah yang harus kita lakukan agar kehidupan kita menjadi lebih baik setelah mengidap skizofrenia. Dengan menjalani prinsip prinsip di dalam “PROTAP Untuk Kesembuhan”, maka insya Allah hidup kita akan lebih berkualitas dan menjadi orang yang lebih baik lagi. Amin...









PSIKIATERKU, MOTIVATORKU

Kali ini aku akan bercerita mengenai psikiaterku. Dia adalah dokter yang pertama kali menanganiku ketika aku mengalami gangguan jiwa skizofrenia. Dialah yang pertama kali menangani aku ketika aku dirawat di rumah sakit karena skizofrenia. Dialah yang menangani dan memantau kondisiku selama hampir sebulan ketika aku harus diopname di rumah sakit akibat mengalami skizofrenia. Ketika sebulan diopname di rumah sakit di bangsal kejiwaan, aku selama itu tidak sadar dengan kondisi lingkunganku. Aku waktu itu mengalami amnesia total, sehingga aku pada waktu itu dalam keadaan tidak sadar dengan lingkungan sekitarku. Ya, aku pada waktu itu benar benar dalam kondisi tidak sadar. Mungkin aku mengalami delirium, dalam bahasa kedokteran. Delirium adalah keadaan akut dan reversibel karena gangguan fungsi otak; suatu jenis sindroma otak organik yang akut dengan gejala utama kesadaran menurun, kegelisahan, kebingungan, ilusi, halusinasi dan waham, sering juga terdapat emosi yang labil dengan kecemasan dan agitasi. Menurut fase fase dalam skizofrenia, fase delirium ini adalah “fase aktif” skizofrenia, dimana gejala gejala utama penyakit skizofrenia pertama kali muncul pada diri penderitanya. Gejala gejalanya adalah penderita skizofrenia pertama kali akan mengalami halusinasi, delusi dan kemudian akan mengalami fase delirium ini dimana kesadaran penderita akan menurun.
Ketika dalam keadaan ini, keluargaku segera membawaku ke rumah sakit. Aku diopname dan menjalani pengobatan di rumah sakit. Pertama kali aku dibawa ke rumah sakit, aku masih mengalami delusi dan pembicaraanku tidak teratur. Sesampainya di rumah sakit, aku pertama kali diwawancarai oleh dokter tentang penyakitku, kemudian aku disuntik obat penenang. Kemudian selama berminggu minggu setelah itu aku mulai tidak sadar dengan kondisiku. Aku mengalami delirium, sama sekali tidak ingat dengan lingkungan ku berada. Tidak ingat dengan dokter yang menanganiku, tidak ingat dengan para perawat yang menjagaku, tidak ingat dengan ruangan tempatku dirawat hingga hampir sebulan. Kupikir ini adalah gejala gejala klinis skizofrenia. Gejala yang membuat seakan pikiran penderitanya menjadi “terpecah” dengan dunia luar. Gejala yang membuat penderitanya seakan teralienasi dengan dunia luar.
Ya, aku pernah mengalami semua itu. Alhamdulillah, aku pada waktu pertama kali sakit itu langsung ditangani oleh seorang psikiater yang baik. Selama hampir sebulan itu aku selalu dipantau kondisinya oleh psikiater yang menanganiku saat itu. Nama psikiater ku itu adalah dr Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ. Aku biasa memanggilnya dokter Evy. Dokter asal Malang ini memang menjadi psikiater yang ramah bagiku. Beliau selalu setia mendengarkan keluh kesahku. Beliau juga selalu memberikan motivasi motivasi bagiku. Ia termasuk dokter yang ramah kepada siapapun. Beliau juga termasuk dokter yang suka mendengarkan keluh kesah dari pasiennya dan menjadi tempat berbagi paling baik yang pernah kukenal. Dokter Evy selalu welcome dan terbuka terhadap semua pasiennya. Oleh karena itu semua pasiennya biasanya akan dengan mudah akrab dengannya. Begitu juga dengan aku. Aku kerap kali diberikan motivasi dan nasehat yang berguna. Saran saran ku juga diterima dengan baik. Ketika pertama kali aku mempunyai ide untuk membentuk sebuah komunitas skizofrenia di Jember, dr Evy langsung menyetujuinya. Akhirnya terbentuklah KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia) Simpul Jember. KPSI Simpul Jember adalah organisasi cabang KPSI yang berada di Jember. Ini adalah organisasi pertama yang aku bentuk yang bertujuan sebagai tempat berbagi antar penderita skizofrenia yang berada di Jember dan sekitarnya. Karena ingin membentuk simpul KPSI, pertama kali aku berdiskusi dengan mas Bagus Utomo, Ketua KPSI Pusat. Kepada mas Bagus aku meminta izin untuk membuat simpul di kotaku. Mas Bagus akhirnya menyetujuinya, kemudian menyarankan aku agar aku juga bekerjasama dengan profesional medis (psikiater) yang ada di kotaku. Kemudian setelah itu aku pun menemui dr Evy dan mengutarakan ideku untuk membuat cabang KPSI di Jember. Akhirnya dr Evy pun menyetujuinya. Itulah sejarah pendirian KPSI Simpul Jember.
Itulah cerita mengenai psikiaterku. Psikiater yang dengan baik hati mau mendengar segala curhatku. Psikiater yang selalu memberikan motivasi buatku. Sekarang kami bekerja bersama sama membina KPSI Simpul Jember. Semoga organisasi ini dapat berkembang dengan baik. Amin...














HOSPITAL WITHOUT WALL

Konsep Hospital Without Wall atau Rumah Sakit Tanpa Dinding ini pertama kali digagas pada tahun 1950 di pusat kesehatan (health centre) di Palmares, Provinsi Alajuela di Costa Rica untuk mengubah sistem lama “rumah sakit tertutup” menjadi rumah sakit yang lebih terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Pada akhirnya Pusat Kesehatan Palmares menjadikan nya sebuah gerakan sosial. Akhirnya gerakan ini tidak hanya dijalankan di Palmares, tetapi juga meluas pada 4 daerah lain yang berlokasi di Provinsi Alajuela yakni : San Ramon, Alfaro Ruiz, Naranjo dan Valverde Vega. Program ini di dukung oleh pemerintah setempat hingga akhirnya menjadi gerakan nasional hingga turut mempengaruhi dunia internasional.
            Sementara di Boston, Amerika Serikat, gerakan Hospital Without Wall juga dicontoh pemerintah setempat untuk penanganan pada pasien skizofrenia dan bipolar. Sementara itu, di Indonesia sendiri konsep Hospital Without Wall ini juga diterapkan secara konsisten oleh Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI). Dimana KPSI bekerjasama dengan Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS) dalam menyelenggarakan pameran lukisan Orang Dengan Masalah Kejiwaan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
            Tujuan utama dari Hospital Without Wall sebenarnya adalah untuk membuka akses sistem kesehatan rumah sakit kepada masyarakat luas. Sedang konsep Hospital Without Wall yang dilakukan KPSI bertujuan sebagai alat rehabilitasi bagi penderita skizofrenia sehingga para penderita skizofrenia dapat menjalani pemulihan dan dapat kembali berfungsi di masyarakat. Tujuan nya agar para penderita dapat kembali beraktifitas seperti biasa.
            Manifestasi dari konsep ini di KPSI sendiri sudah dijalankan dengan konsisten, hal ini dapat dilihat dari kegiatan kegiatan yang dilaksanakan seperti pertemuan kopi darat (kopdar) yang diadakan di setiap simpul KPSI. Begitu pula dengan diadakannya  penyuluhan tentang skizofrenia dan seminar bagi caregiver. Kegiatan kegiatan tersebut dapat bermanfaat bagi penderita skizofrenia agar dapat kembali berorganisasi dan berkarya.
            Saya sendiri juga merasakan manfaat dari konsep ini. Saya jadi bisa belajar bersosialisasi lagi dengan masyarakat dan kepercayaan diri saya pun meningkat. Saya pun kemudian menerapkan nya juga di KPSI Simpul Jember, kota tempat saya tinggal. Di simpul ini, saya menjadi koordinator bersama dengan Mbak Resa, salah seorang caregiver.
            Di sini saya ingin agar dapat mengumpulkan para penderita skizofrenia agar posisi tawar kita menjadi lebih baik di masyarakat. Kemudian ada kopdar yang rutin dilakukan dan program dan agenda lain yang insya Allah akan segera kami wujudkan. Tentunya kami sebagai koordinator dan anggota KPSI Jember ingin memasyarakatkan tentang skizofrenia dan menghapus stigma yang ada. Kami ingin masyarakat menjadi aware terhadap permasalahan ini dan para penderita skizofrenia di Jember bisa mendapatkan akses untuk mencari tahu lebih banyak tentang penyakit yang mereka alami. Saya berharap semoga konsep Hospital Without Wall ini bisa berhasil dilakukan di setiap simpul dan juga dapat diterapkan untuk penderita penyakit lain. Semoga.



















LAPORAN PANDANGAN MATA KOPDAR 1 KPSI SIMPUL JEMBER

Alhamdulillah, puji syukur kepada Tuhan, akhirnya Kopdar KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia) Simpul Jember yang pertama telah selesai dilaksanakan. Acara kopdar kali ini berlangsung spesial, selain dihadiri oleh dr Evy Justina, Sp.KJ juga dihadiri oleh dosen dan mahasiswa mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember. Ada Bu Istiqomah selaku Dosen di Unmuh Jember yang bersedia meluangkan waktunya bersama para mahasiswa nya untuk turut menghadiri kopdar pertama ini.
            Saya bersama mbak Resa selaku koordinator yang pertama kali hadir di acara. Kami berdua memang sudah janjian untuk datang lebih awal sebelum acara dimulai. Saya berangkat pada jam 08.30 pagi. Saya pun langsung menuju Poli Psikiatri RSD dr Soebandi. Sementara tak lama kemudian, mbak Resa pun datang. Kami pun langsung berdiskusi dan membahas persiapan acara yang akan dimulai 1 jam kemudian. Kami pun saling cerita tentang pengalaman kami menghadapi skizofrenia. Aku cerita tentang pengalaman ku terkena skizofrenia pada saat aku masih kelas 3 SMA. Waktu itu aku terkena skizofrenia pada tahun 2007. Waktu itu aku terkena skizofrenia ketika telah selesai mengerjakan soal UAN dan ujian sekolah. Mbak Resa sebagai caregiver juga bercerita tentang pengalaman nya dalam merawat anggota keluarganya yang terkena skizofrenia.
            Setelah agak lama kami saling berdiskusi dan bercerita, kami pun langsung menemui dr Evy untuk membahas lebih jauh tentang persiapan kopdar yang akan dimulai. Setelah itu, oleh dr Evy, kami diperkenalkan dengan Bu Istiqomah, beliau adalah dosen di Unmuh Jember. Kami juga dikenalkan dengan mas Taufik dan teman teman mahasiswa lain dari Fakultas Psikologi Unmuh. Kemudian waktu berjalan, detik detik acara kopdar pun semakin dekat. Setelah itu kami juga dikenalkan kepada pengunjung poli psikiatri lain yang juga telah hadir di acara. Ternyata peserta yang hadir sudah ada juga yang sudah hadir di lokasi acara.
            Kemudian tak lama setelah itu, datang lah Mas Muhammad Abadi. Mas Abadi datang langsung dari Banyuwangi. Mas Abadi datang ditemani keluarga nya dan teman nya. Kemudian setelah itu yang datang adalah mbak Ratna Kusuma, mas Sigit yang datang bersama istrinya dan para pengunjung lain. Jumlah peserta yang hadir kira kira ada 20 orang lebih.
            Kopdar dibuka dengan perkenalan masing masing peserta yang hadir. Kami akhirnya bisa saling berkenalan dan mengetahui masing masing anggota. Mas Abadi yang datang bersama ayahnya menceritakan pengalaman nya menghadapi skizofrenia. Kemudian ada Mas Rahman, salah seorang penderita skizofrenia yang juga datang bersama keluarganya. Ia bercerita tentang bagaimana ia menghadapi waham waham. Kemudian juga ada mbak Farida yang bercerita pengalamannya menghadapi skizofrenia.
            Para peserta pun semakin antusias dalam mendengarkan pengalaman pengalaman dari para penderita ataupun caregiver. Di tengah acara, dr Evy juga memberikan informasi informasi mengenai skizofrenia. Tentang apa itu skizofrenia dan bagaimana cara hidup dengan nya. dr Evy menjelaskan tentang karakteristik karakteristik skizofrenia dan penjelasannya. dr Evy mengatakan bahwa skizofrenia dapat disembuhkan. Kemudian dr Evy juga bercerita tentang pengalaman pengalaman orang orang yang berhasil sembuh dari skizofrenia dan sekarang telah melanjutkan kehidupannya kembali.
            Kemudian ada sesi tanya jawab. Banyak peserta yang antusias bertanya. Sesi ini juga diisi testimoni dan tanggapan dari para peserta. Mas Sigit yang hadir bersama istrinya juga bercerita tentang pengalaman nya hidup dengan skizofrenia, tentang bagaimana menghadapi nya, disitu mas Sigit juga bercerita bahwa ia tetap berusaha berpikir positif dan senantiasa melakukan hal hal yang positif dalam kehidupan nya.
            Peserta lain juga banyak yang bercerita. Diantaranya seorang bapak yang bercerita tentang pengalaman nya. Ada juga Ayah dari Mas Abadi yang juga bercerita tentang pengalaman nya tentang kehidupan mas Abadi selama menderita skizofrenia. Juga pengalaman dari sepasang suami istri, dimana sang istri yang menderita skizofrenia menceritakan pengalaman nya. Kami, para penderita skizofrenia dan para caregiver pun akhirnya bisa tahu tentang penyakit ini lebih jauh. Dan masing masing peserta akhirnya mendapat poin bahwa mereka tidak sendiri. We are not alone. Disini kita sama sama bangkit dan berjuang menghadapi skizofrenia. Disini kita buktikan kalau kita mampu bangkit.
            Akhirnya, ketika jam menunjukkan jam 12.00, akhirnya kopdar kita pun harus berakhir. Tapi dari kopdar itu kami bisa mengambil poin poin penting, yakni penderita skizofrenia harus tetap melaksanakan kegiatan positif dan harus ada dukungan dari keluarga penderita. Karena dengan dukungan yang baik dari keluarga dan pasien itu sendiri, maka hidup kita akan menjadi lebih positif dan bermakna.
            Akhirnya, kopdar pun diakhiri dan kami sepakat akan ada pertemuan rutin untuk pertemuan berikutnya. Sehingga persahabatan kami akan makin akrab lagi. Semoga ke depan KPSI Simpul Jember juga dapat meluaskan jangkauan kepada para penderita skizofrenia yang tersebar di seluruh Jember dan kota kota lain. Juga semoga setelah ini kami bisa juga bekerjasama dengan dinas dinas terkait tentang program yang akan kami laksanakan.

CARA CARA PEMULIHAN UNTUK SKIZOFRENIA

            Berikut ini cara cara untuk pemulihan diri bagi penderita ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan), seperti skizofrenia dan bipolar. Langkah ini juga dapat diterapkan bagi penderita ADHD, autisme dan Sindrom Asperger. Usaha yang pertama tentu bertakwa dan meningkatkan iman kita dengan cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bagi yang muslim, perbanyaklah dzikir dan membaca Al Quran dan juga positif thinking. Berikut tips tips nya :
1.) Cari info dan pengetahuan mengenai penyakit anda
Ketika anda didiagnosis suatu penyakit, maka sesudah itu anda harus mencari tahu informasi yang berguna tentang penyakit anda. Anda harus tahu secara persis mengenai penyakit anda dan teknik teknik untuk menyembuhkannya. Anda harus memulihkan kesehatan anda segera. Dengan pengobatan yang tepat, maka kemungkinan penyembuhan anda akan semakin besar.
2.) Manfaatkan kelompok rekan / komunitas pendukung
Langkah kedua, adalah memanfaatkan kelompok rekan. Kelompok rekan disini adalah orang orang yang juga mengalami penyakit yang sama dengan anda. Dengan memanfaatkan kelompok rekan, maka disini anda dapat belajar bersama sama dengan mereka. Dengan membuat kelompok rekan, maka kita dapat berdiskusi bersama dan saling berbagi pengalaman kita tentang penyakit yang kita alami. Selain itu, di kelompok ini kita bisa mengungkapkan perasaan kita kepada teman satu kelompok. Di tim ini kita bisa berbagi dan saling memberikan semangat dan inspirasi buat kita agar dapat kembali sembuh.
3.) Tekuni keterampilan hidup (life skill)
Ketika anda didiagnosis penyakit, maka langkah berikutnya adalah mempelajari keterampilan hidup (life skill). Kita harus mempelajari keterampilan sebagai bekal kita dalam hidup. Bekal keterampilan adalah bekal kita untuk menjadi lebih maju. Keterampilan dapat di sesuaikan dengan minat dan bakat anda. Keterampilan keterampilan itu dapat berupa :
a.) Keterampilan bahasa Inggris
Dengan kursus bahasa Inggris, anda dapat melatih kemampuan bahasa Inggris anda. Dengan demikian, jika anda sudah mahir maka anda dapat memberi les privat atau menjadi penerjemah lepas (freelance translator). Jika menjadi penerjemah lepas, maka anda pun dapat menerjemahkan buku buku terbitan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Buku buku yang anda terjemahkan boleh dari bidang atau minat yang anda kuasai sehingga anda akan lebih nyaman menerjemahkannya.

b.) Keterampilan komputer
Anda juga bisa memanfaatkan keterampilan komputer untuk bekal anda ke depan. Anda bisa mulai dengan mempelajari Microsoft Office : Microsoft Word, Excell dan Powerpoint.
c.) Desain Grafis
Anda juga bisa belajar desain grafis seperti Adobe Photoshop dan Corel Draw untuk melatih kemampuan anda di bidang desain.
d.) Fotografi
Dengan belajar fotografi, maka anda bisa belajar tentang teknik teknik foto yang baik. Keterampilan ini dapat juga anda pergunakan sebagai profesi.
e.) Menulis
Kita juga bisa menulis untuk menyatakan opini dan pendapat kita. Kemampuan menulis ini harus terus kita perdalam. Dengan menulis, kita dapat mengekspresikan diri kita. Menulis juga dapat meningkatkan fungsi kognitif kita. Banyak sekali penderita ODMK yang menulis, antara lain mas Tarjum Sahmad yang telah menghasilkan buku. Untuk penderita autis, ada juga yang menghasilkan buku yaitu Oscar Yura Dompas.
f.) Mengetik
Kita dapat belajar tentang teknik mengetik dengan menggunakan sepuluh jari. Dengan menguasai teknik mengetik sepuluh jari, maka kita akan lebih lancar di dalam mengetik dan mengerjakan pekerjaan kantoran. Tentunya jika kita dapat menguasai teknik ini, mengetik dokumen di Microsoft Word akan menjadi lebih mudah dan mengasyikkan. Saya pun juga adalah termasuk orang orang yang memiliki kemampuan mengetik 10 jari ini. Pertama kali saya mengetahui teknik ini adalah ketika saya masih duduk di bangku SMP. Ketika itu, mengetik adalah salah satu pelajaran yang harus diikuti siswa di sekolah kami. Untuk memperdalam kemampuan saya mengetik, maka saya juga mengikuti kursus mengetik sepuluh jari sehingga kemampuan saya dapat lebih bagus.
g.)  Menyulam dan Menjahit
Untuk wanita, keterampilan menjahit juga disarankan. Dengan memiliki bekal kemampuan menjahit, maka anda akan dapat mempunyai hobi dan dapat menyalurkan kemampuan anda untuk menjahit. Menjahit juga lambat laun bisa dijadikan profesi anda seiring kemampuan menjahit anda yang semakin baik. Menyulam juga disarankan, terutama untuk mengisi waktu luang anda menjadi kegiatan yang lebih bermanfaat.
4.) Tekuni hobi dan olahraga
Tekuni hobi yang anda sukai, seperti menggambar, melukis atau menari. Dengan menekuni hobi, anda dapat memperdalam keterampilan anda. Anda barangkali juga bisa mempunyai hobi memelihara hewan peliharaan atau berkebun. Olahraga juga disarankan untuk membuat badan kita menjadi sehat. Tidak usah olahraga yang berat berat. Jalan kaki, senam dan bersepeda dapat menjadi pilihan. Dengan berolahraga, kita akan menjadi sehat dan hidup kita akan berkualitas.
            Itulah bekal kita dalam hidup. Sesama penderita ODMK harus semangat dalam hidup. Kita tidak boleh menyerah. Kita tetap harus saling mendukung satu sama lain. Tuhan bersama kita. Dengan menjalankan tips tadi semoga kita dapat tetap berkarya. Kita harus mampu berjuang menghadapi penyakit kita. Tak ada halangan bagi kita, baik itu skizofrenia, bipolar, ADHD, Sindrom Tourette, Autism, Sindrom Asperger untuk maju. Dengan beriman kepada Allah, tunjukkan bahwa KITA ODMK, KITA MAMPU !!!
























MENGENAL LEBIH JAUH GANGGUAN KECEMASAN

Anxiety atau gangguan kecemasan adalah keadaan mental yang mengarah ke kecemasan yang tidak rasional dan tidak jelas penyebabnya atas berbagai kegiatan dan peristiwa.

Siapa saja yang bisa mengalami anxiety ?
Gangguan kecemasan (anxiety) adalah kondisi umum yang sering berjalan dalam keluarga dan mungkin disebabkan oleh stres. Golongan yang paling rentan terkena gangguan kecemasan adalah anak anak, yang sering menghadapi berbagai macam jenis kecemasan, antara lain kecemasan akan perpisahan, kecemasan pada pelajaran di sekolah atau kecemasan beradaptasi dengan lingkungan baru, tetapi telah diketahui bahwa wanita lebih rentan terhadap kondisi ini dibandingkan laki-laki.

Apakah gejala gejala anxiety ?
Anxiety ditandai dengan kekhawatiran tidak realistis yang konstan atau ketegangan bahkan jika ada sedikit penyebab atau bahkan tidak ada penyebab. Kekhawatiran itu berganti ganti dari satu masalah ke masalah lain seperti keluarga, pekerjaan, kesehatan, keuangan dan lain sebagainya. Kekhawatiran itu seringkali sulit untuk dikontrol dan mungkin dapat membuat pasien menjadi sangat tertekan. Gejala kecemasan itu seringkali juga diikuti dengan gejala ketakutan atau kekalutan yang irasional terhadap berbagai peristiwa.

Apakah penyebab anxiety ?
Kadang-kadang kekhawatiran mungkin berasal dari benda-benda tertentu atau keadaan tertentu. Gangguan kecemasan mencakup berbagai subtipe gangguan mental. Kecemasan sendiri mungkin merupakan gejala dari masing-masing kondisi ini.
- Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorders) - Ditandai dengan kekhawatiran dan ketegangan yang tidak perlu dan non-spesifik. Ini adalah jenis gangguan kecemasan yang paling sering diderita oleh penderita penyakit mental.
- Fobia sederhana - Di sini kecemasan yang berlebihan disebabkan oleh benda-benda tertentu (misalnya takut ruang tertutup seperti lift, takut di tempat keramaian dan lain sebagainya).
- Gangguan obsesif kompulsif (OCD) - Pasien memiliki obsesi yang mungkin berulang, ide pikiran yang mengganggu, pikiran atau sensasi yang mengarah ke suatu keharusan atau ritual harian. Misalnya mengulang mencuci tangan karena takut kuman.
- Gangguan panik - Pasien mendapatkan serangan tiba-tiba dari ketakutan dan kecemasan tanpa sebab atau peringatan sebelumnya.
- Gangguan stres post-traumatis (PTSD) - Ini adalah kecemasan yang disebabkan lama setelah orang tersebut telah melalui pengalaman yang memilukan atau trauma. Ini adalah gangguan umum di antara orang yang selamat dari bencana alam atau perang.
- Gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder) - Juga dikenal sebagai fobia sosial ini termasuk kekhawatiran tentang menghadapi situasi sosial sehari-hari.

Apakah anxiety dapat sembuh ?
Beberapa gangguan anxiety yang paling umum diderita seperti gangguan kecemasan umum dan gangguan panik dapat sembuh secara total. Sedangkan sebagian lainnya seperti gangguan stres post-traumatis dan fobia sederhana kerap kali harus membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sembuh. Sedangkan sebagian gangguan lainnya biasanya bisa dikendalikan dengan penuh oleh penderita.
            Anxiety adalah gangguan kecemasan yang umum terjadi dan merupakan kondisi psikiatrik yang umum. Gangguan kecemasan sosial mempengaruhi hampir 13% orang dari populasi. Sementara OCD ditemukan dalam 2,5% dari populasi. Oleh karena itu kita harus peduli pada kondisi ini. Ajaklah orang yang mengalami gangguan ini untuk ikut dalam kegiatan kegiatan dan aktifitas harian. Libatkanlah mereka dalam aktifitas dan kegiatan sosial. Beri mereka dukungan agar mereka dapat kembali pulih dan bisa kembali menjalani hidup yang optimal. Yakinkan bahwa mereka bisa kembali pulih dan sehat seperti sediakala. Dukungan anda penting untuk kehidupan mereka. Mari terus mengedukasi tentang kesehatan mental yang baik untuk diri kita dan masyarakat agar tercipta masyarakat yang sehat dan harmonis dan dapat membangun lingkungan kita menjadi lebih baik.
Salam Sehat Jiwa !






MENGENAL SEPARATION ANXIETY: KECEMASAN AKAN PERPISAHAN

            Kecemasan akan perpisahan (separation anxiety) adalah bentuk kecemasan dan ketakutan anak anak untuk berpisah dengan orang tua. Gangguan ini umumnya dialami oleh anak anak. Kecemasan akan perpisahan terjadi karena anak takut untuk berpisah dengan orang tuanya. Gangguan ini terjadi pada sekitar 4 % anak- anak dan remaja awal dan terjadi lebih sering, menurut studi berbasis komunitas, pada perempuan (APA, 2000). Biasanya gangguan kecemasan ini terjadi saat anak baru pertama kali masuk sekolah. Di sekolah, ia ingin selalu dekat dengan ibunya. Ia tidak ingin ibu atau orangtuanya berpisah jauh dari mereka. Mereka ingin orang tuanya selalu ada di dekat mereka. Kecemasan akan perpisahan juga sering dialami oleh anak anak balita yang tidak mau ditinggal oleh orang tuanya, meskipun sebentar. Gejala gejalanya adalah anak tidak mau berpisah dengan ibunya, menangis ketika orang tuanya hendak meninggalkannya. Fase ini umum terjadi pada anak balita, namun dari hari ke hari biasanya perilakunya ini akan membaik seiring dengan kesibukannya beraktifitas dan beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sebaiknya orang tua juga harus memberikan perhatian pada kondisi ini. Anak biasanya harus ditenangkan dan diberikan pengertian tentang kondisi ini. Jika Anda hendak bekerja, dan anak Anda rewel dan menangis tak ingin berpisah dengan Anda, maka Anda harus memberikan perhatian dan pengertian kepadanya. Beritahukan kepadanya bahwa Ayah akan bekerja, sebentar lagi pasti kembali. Anak perlu diberikan pengertian bahwa orang tuanya nanti pasti akan kembali. Selain itu, anak juga perlu diberikan kesibukan di rumah agar dia dapat segera beradaptasi dengan perubahan ini. Sebelum meninggalkan rumah, sebaiknya orang tua memberikan persiapan secara bertahap kepada anaknya. Orang tua bisa memberikan pengertian kepada anak bahwa orang tua harus bekerja, namun setelah bekerja mereka pasti akan kembali. Hendaknya harus dilakukan kerjasama yang baik antara pasangan suami istri tentang bagaimana mereka mengelola separation anxiety ini. Antara pasangan harus berbagi peran di dalam memberikan edukasi yang baik bagi anaknya. Selain itu, jiwa anak juga harus dikuatkan oleh orang tua. Mereka harus senantiasa diajari tentang makna kesabaran. Anak harus diajari tentang sabar ketika menunggu, bisa dengan cara dialihkan dengan permainan atau menidurkan anak sebelumnya. Hal hal ini yang senantiasa akan teringat di memori anak bahwa orang tua mereka pasti akan kembali. Sehingga dengan demikian mereka juga akan lebih sabar dan mampu mengatasi gangguan kecemasan mereka.


Berikut tips tips mengelola separation anxiety pada anak:
1. Kondisikan kepada anak jika Anda hendak meninggalkan anak Anda. Anda tidak perlu terlalu khawatir dan membatalkan perjalanan atau pekerjaan Anda. Anda tetap bisa meninggalkan anak Anda dengan cara mengkondisikan tentang tujuan Anda. Beritahukan kepada anak bahwa “Ayah harus bekerja sekarang ! Sebentar lagi pasti kembali” atau “Ibu pergi ke pasar dulu ! Adek di sini dulu ya ! Main sama mbak !”.  Jelaskan kepada anak alasan Anda pergi dan yakinkan anak bahwa Anda pasti kembali.
2. Berikan kesibukan kepada anak. Sebelum pergi, Anda bisa memberikan kesibukan kepada anak Anda. Misalkan, bermain dengan permainan yang disukainya atau dengan menidurkan anak Anda sebelum anda berangkat. Dengan memberi kesibukan lain dengan pengasuh atau anggota keluarga Anda yang lain (kakek, nenek, kakak) maka anak Anda bisa sejenak bermain atau melakukan kesibukan lain dan dapat beradaptasi dengan perpisahan.
3. Ajari anak tentang kesabaran. Anda bisa menanamkan kesabaran terhadap anak Anda. Jangan takut untuk sementara berpisah dengan anak Anda. Jangan biarkan anak terlalu terpaut dengan Anda. Biarkan anak Anda dapat melatih dirinya untuk sabar menunggu sampai Anda pulang. Tapi yang harus diperhatikan oleh orang tua, anak tetap harus diperhatikan kebutuhannya dan ajaklah anak Anda bermain atau melakukan aktifitas bersama Anda jika Anda sedang bersamanya.
4. Pasangan suami istri harus bekerjasama di dalam mengelola separation anxiety ini. Antara pasangan suami istri harus bersama sama merawat anak dan meyakinkan anak untuk dapat kuat di dalam mengelola ketakutan mereka. Kerjasama yang kuat dan harmonis sangat diperlukan bagi tumbuh kembang anak.
Selain terjadi pada anak anak, gangguan kecemasan akan perpisahan ini juga bisa terjadi pada usia remaja dan orang dewasa. Pada dasarnya, gangguan separation anxiety ini adalah hal yang normal dan tidak bisa dipisahkan dari fase kehidupan manusia. Namun, jika gangguan ini terjadi pada usia remaja atau dewasa dan gangguan nya sudah terjadi secara terus menerus, disertai dengan gejala fisik seperti berkeringat dingin, gelisah, berdebar debar dan kecemasan yang irasional maka hal ini harus segera ditangani. Separation anxiety fase ini biasanya juga disertai dengan gangguan panik (panic attack) dan keadaan mental yang tidak stabil.
Anxiety atau kecemasan adalah bentuk kecemasan yang tidak jelas alasannya. Kecemasan akan perpisahan (separation anxiety) yang terjadi pasa masa remaja dan dewasa biasanya adalah fase yang rentan. Kecemasan ini biasanya disebabkan oleh tekanan batin atau kekhawatiran secara berlebihan terhadap perpisahan kepada orang tua. Jika gejala ini terjadi pada anak, khususnya jika tidak berlangsung lama, maka hal ini termasuk kondisi yang umum. Namun jika hal ini menimpa remaja, maka bisa jadi remaja itu menderita penyakit separation anxiety disorder.  Penyakit ini bukan lagi gangguan yang biasanya terjadi pada masa kecil atau anak anak, namun telah menjadi suatu jenis penyakit tersendiri yang termasuk ke dalam gangguan anxiety (kecemasan), sub tipe separation anxiety disorder. Biasanya separation anxiety yang menimpa remaja dan orang dewasa membutuhkan penanganan ahli dan terapi psikososial.


































RAWA SKIZOFRENIA

Saat pertama kali didiagnosis menderita skizofrenia, hati ini serasa terkejut, kaget dan takut. Diagnosa skizofrenia itu kali pertama saya tolak sedemikian rupa, sehingga diri saya menjadi relatif tenang. Pertama kali mendapat diagnosis skizofrenia, hati ini rasanya tak menentu. Ada perasaan takut, kecewa dan menolak hasil diagnosis itu. Namun, meskipun kita telah menolaknya, toh kita tetap pernah merasakan fase fase di dalam skizofrenia yang pernah kita lewati saat kita masih sakit dulu. Fase skizofrenia yang saya rasakan adalah pingsan dan tidak sadarkan diri selama beberapa minggu sehingga saya harus dirawat di bangsal psikiatri Rumah Sakit dr Soebandi Jember.
Mengalami fase fase skizofrenia seperti kita harus melewati sebuah rawa yang dalam yang menghalangi jalan kita. Kita anggap saja itu adalah rawa skizofrenia. Rawa itu mewujud berupa halusinasi dan delusi atau waham waham yang selalu menyertai perjalanan kita selama kita mengalami skizofrenia. Untuk bisa bangkit dan menuju kesembuhan, tentu kita harus sebisa mungkin melewati rawa itu dengan selamat. Kita harus melewati setiap halangan nya, sebisa mungkin terus melaju melewati rawa yang dalam itu, jangan sampai tenggelam dan kita harus bisa menuju ke seberang. Tentu nya perjuangan itu membutuhkan perjuangan yang luar biasa dan begitu lama. Kita tidak bisa begitu saja berhasil melewati fase fase dalam skizofrenia, kita harus terlebih dahulu merasakan penderitaannya ketika kita berjuang melawan delusi delusi, waham atau halusinasi yang mungkin muncul. Untuk itu diperlukan kesabaran dan ketelatenan di dalam merawat diri sendiri ketika gejala ini pertama kali muncul.
Walau menderita skizofrenia bukanlah impian dan harapan kita, namun kita tetap harus ikhlas menjalaninya. Memang adakalanya kita didera perasaan bersalah, perasaan cemas atau perasaan takut ketika pertama kali kita menderita penyakit ini, namun dengan pemahaman dan penerimaan yang baik terhadap penyakit ini, tentunya keluhan keluhan yang acapkali mendera kita selama ini tentunya akan dapat berkurang. Kita harus ikhlas dan sabar ketika kita hidup dengan kondisi ini, karena kita yakin bahwa masih banyak orang orang di luar sana yang sedang berjuang dengan kondisi yang sama atau bahkan lebih menderita lagi. Kita harus ikhlas dan bersyukur dengan kondisi kita sekarang ini. Di samping itu, kita harus membekali diri kita dengan pengetahuan seputar penyakit kita, agar kita dapat melewati rawa skizofrenia itu dengan selamat sampai di seberang. Dan yang lebih utama adalah selalu beribadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT, agar kita selamat di dunia dan di akhirat. Juga dukungan dari keluarga dan sahabat sahabat terbaik kita. Akhir kata, semoga kita dapat melewati rawa yang menghalangi jalan hidup kita dan kita dapat berhasil melaluinya dengan selamat. Amin...































KESURUPAN, TANDA AWAL SKIZOFRENIA ?

Kita mungkin pernah mendengar berita tentang orang yang mengalami kesurupan. Adakalanya mungkin berita kesurupan massal para pelajar di televisi atau koran dan berita kesurupan tunggal yang hanya menimpa 1 orang yang jamak terjadi di sekitar kita. Fenomena kesurupan banyak terjadi di sekitar kita dan bahkan terdapat juga fenomena kesurupan di luar negeri. Dunia barat menyebut kesurupan dengan sebutan trance, sedangkan dunia medis menyebut kesurupan dengan sebutan disosiasi. Fenomena kesurupan terkadang diidentikkan dengan fenomena mistik berdasarkan kebudayaan dan kepercayaan masyarakat setempat. Namun kali ini kita akan membahas fenomena kesurupan dari perspektif penyandang skizofrenia. Apakah kesurupan ini merupakan tanda tanda atau merupakan gejala awal dari skizofrenia atau gangguan mental ataukah hanya fenomena mistik saja ?
Wikipedia menyebutkan kesurupan adalah sebuah fenomena di saat seseorang berada di luar kendali dari pikirannya sendiri. Ada kalanya orang yang mengalami kesurupan tidak sadar dengan kondisi dirinya sendiri. Ia sering bertindak di luar kesadaran. Contohnya adalah sering berteriak teriak sendiri, bicaranya kacau dan tidak terarah dan perilakunya tidak seperti biasanya. Menurut Willy F. Maramis, seorang psikiater dalam bukunya Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, yang disebut kesurupan itu sebenarnya adalah disosiasi, suatu mekanisme yang sudah lama dikenal dalam psikiatri. Menurut Willy, "Orang itu merasa bahwa di dalam dirinya ada kekuatan lain yang berdiri di samping "aku" nya dan yang dapat menguasainya. Jadi simultan terdapat dua kekuatan yang bekerja sendiri sendiri dan orang itu berganti ganti menjadi yang satu dan yang lain". Menurut Willy pula, "Dalam hal ini kita melihat suatu permulaan perpecahan kepribadian yang merupakan gejala khas bagi skizofrenia". 
Beberapa penelitian yang dapat dijadikan bahan pendukung penjelasan tentang kesurupan menyatakan bahwa orang kesurupan bukan dikarenakan oleh gangguan makhluk halus, melainkan karena masalah psikis. Dari permasalahan psikis tersebut dapat dipecah-pecah menjadi banyak kajian contohnya, faktor kelelahan, tekanan pikiran, trauma dan banyak lagi.
Pertanyaannya adalah, apakah kesurupan merupakan tanda awal dari skizofrenia ? Saya sendiri, ketika awal mengalami skizofrenia pada tahun 2007, juga mengalami fenomena kesurupan ini. Ketika itu saya tiba tiba menjadi tidak sadar dengan kondisi diri saya sendiri, kemudian mulai mengalami kesurupan. Saya ketika itu menjadi tidak bisa mengontrol diri dan perilaku saya. Saya memang "sadar" dengan keadaan ketika kesurupan itu, kejadian kejadiannya masih saya ingat, namun sebenarnya ketika itu saya tidak dapat mengontrol diri dan perilaku saya saat itu. Saya menjadi kehilangan kendali atas diri saya, antara instruksi otak dan tubuh sudah tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Bisa dibilang, perintah otak untuk melakukan kendali pada tubuh sudah tidak bisa berfungsi pada saat saya mengalami kesurupan itu. Antara otak dan tubuh sudah tidak nyambung, dan saya sudah kehilangan kendali diri saya saat itu. Kesurupan itulah yang menjadi awal saya mengalami gejala skizofrenia. Setelah kesurupan itu, karena setelah itu saya sudah berada dalam kondisi sepenuhnya tidak sadar dengan kondisi saya, akhirnya saya di rawat inap di bangsal psikiatri Rumah Sakit dr Soebandi Jember. Saat itulah kemudian saya tidak sadar dengan kondisi saya selama hampir sebulan. Ibaratnya, selama masa hampir sebulan setelah kesurupan itu, saya mengalami amnesia total, karena tidak dapat mengingat satupun peristiwa saat itu, dan akhirnya saya harus dirawat di bangsal psikiatri. Fenomena kesurupan yang saya alami saat itu merupakan gejala awal sebelum saya mengalami skizofrenia.
Tentu fenomena kesurupan yang saya alami ini tidak saya kehendaki dan tidak saya sadari. Ini merupakan "fenomena alami" yang saya rasakan sendiri, tanpa saya kehendaki dan sadari. Tentu juga harus kita bedakan fenomena kesurupan ini dengan fenomena "kesurupan" yang sering kita lihat di program program mistis di banyak acara televisi dimana disitu diceritakan ada orang yang kemasukan makhluk halus dan kemudian dalam adegannya diceritakan tentang orang yang "kesurupan" itu kemudian bertindak sebagai si "makhluk halus". Kalau tentang itu, saya rasa itu bukan kesurupan asli dan hanya "adegan settingan" dari acara televisi untuk menarik penonton melihat acaranya.
Kesurupan memang sebuah fenomena yang jamak terjadi di sekitar kita. Pengalaman saya mengalami kesurupan sebelum akhirnya didiagnosis skizofrenia adalah pengalaman nyata yang benar benar saya alami, yang juga kemudian membuat saya mengambil hipotesis bahwa kesurupan adalah merupakan salah satu dari tanda tanda penyakit skizofrenia.
Setelah mengalami kesurupan ini, saya kemudian dapat berkata bahwa,
"Kesurupan itu memang ada dan bisa terjadi pada setiap orang, namun keadaannya tidak dikehendaki oleh orang yang mengalami. Kesurupan adalah fenomena medis umum yang seringkali dipengaruhi oleh kondisi kebudayaan dan kepercayaan masyarakat. Yang jelas, kesurupan bukan "kejadian settingan" atau "keadaan palsu" seperti di banyak program acara mistik di televisi. Kesurupan memang ada dan dapat menjadi hikmah bagi orang yang mau mengambil pelajaran darinya".



GELANDANGAN PSIKOTIK JUGA MANUSIA !

Dalam perjalanan kehidupan kita, sering di jalanan kita melihat seseorang dengan penampilan yang kotor dengan bajunya yang lusuh dan kumal menggelandang di jalanan. Dengan tubuhnya yang kurus kering, mereka mencari makanan sisa di jalanan dan sebagian diantaranya hanya dapat terbaring dengan lemah di sudut sudut jalan. Banyak dari kita yang kemudian merasakan rasa empati terhadap mereka. Keberadaan mereka di jalanan terasa bagai sebutir debu diantara ribuan pasir di pantai. Namun banyak pula orang yang memandang mereka dengan pandangan jelek dan stigma negatif. Sebagian orang lainnya merasa tidak peduli dengan orang itu dan terus membiarkannya di jalanan. Mereka akhirnya menjadi lekat dengan kehidupan jalanan yang keras. Mereka yang apatis seolah peduli hanya pada diri mereka sendiri. Hanya sedikit diantaranya yang memiliki rasa iba dan kasihan dan lantas tergerak memberikan bantuan sedekah berupa uang atau makanan. Mereka biasanya adalah pedagang sekitar atau orang kampung yang turut juga iba karena pernah menjalani kehidupan yang berat. Ya, hanya sedikit sekali yang peduli terhadap nasib mereka, nasib para gelandangan psikotik yang harus berjuang di tengah kerasnya hidup. Mereka, para gelandangan psikotik itu, harus mendapatkan ujian yang sangat berat bagi mereka. Bahkan beban yang mereka rasakan hingga rasanya tak sanggup mereka pikul lagi. Ya, selain mendapat stigma negatif berupa penelantaran terhadap mereka, mereka juga harus mendapat ujian berupa kelaparan dan kehausan nyaris setiap hari. Mereka yang dilanda kemiskinan struktural itu seolah tak berdaya dalam mengais rezeki untuk mereka makan setiap hari. Kondisi hidup yang pas pasan dan minim serta tenaga yang sudah tidak memungkinkan lagi menjadi halangan utama mereka di dalam mencukupi kehidupan mereka. Hingga akhirnya mereka harus berjuang dengan cara mengemis dan mengharap rezeki dan belas kasih dari orang lain. Sungguh tidak berdayanya nasib mereka diantara sedikit sekali orang yang memperhatikan mereka. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan mereka sehari hari, perjuangan mereka mencari rezeki untuk mereka. Bahkan terkadang dalam sehari itupun mereka tidak mendapatkan makan dan merasakan air. Mereka, para gelandangan psikotik itu, yang telah distigma oleh masyarakat, juga adalah manusia. Mereka, sebagaimana amanat UUD 1945 pasal 34 ayat (1) yang berbunyi : "Fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara" juga merupakan tanggung jawab negara untuk mengurusnya. Jangan hanya karena dianggap persoalan mikro maka hal ini dikesampingkan. Tidak ! Bahkan gelandangan psikotik adalah fakir miskin yang harus dipelihara oleh negara dan merupakan tanggung jawab negara untuk mengurusnya.
Hanya sedikit mereka yang peduli terhadap para gelandangan psikotik ini. Yaitu gelandangan yang memiliki keterbatasan berupa gangguan jiwa. Beberapa diantara mereka yang peduli itu kemudian berupaya merangkul mereka. Mereka memberi tangan mereka agar para gelandangan yang mengalami gangguan jiwa ini bisa memiliki harkat yang lebih layak dengan cara menampung dan memberi tempat yang layak bagi mereka untuk tinggal. Para gelandangan psikotik ini kemudian disantuni dan dibina oleh para donatur sukarelawan yang bekerja tanpa pamrih ini. Mereka dilatih untuk mandiri, bahkan dari liputan stasiun televisi meliput bahwa ada seorang gelandangan psikotik perempuan yang akhirnya hamil dan melahirkan anaknya di tempat donatur itu. Donatur itulah yang kemudian dengan sukarela merawat ODS dan bayinya tersebut, walau pun ditempat yang sangat terbatas. Sebuah perjuangan yang ikhlas dan tulus dalam upaya menyejahterakan kehidupan mereka. Bahkan sudah banyak para gelandangan psikotik yang mereka urus dan merasakan sentuhan kasih sayang mereka. Sungguh perbuatan yang dapat menjadi teladan bagi kita.
Sesungguhnya, dalam upayanya untuk menanggulangi masalah gelandangan psikotik, pemerintah harus punya solusi yang tepat untuk menanganinya. Solusinya, menurut hemat saya, setiap pemerintah kabupaten / kota atau provinsi seharusnya menganggarkan anggaran untuk membentuk UPTD Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial) yang berada di bawah naungan Dinas Sosial. Liponsos ini berfungsi sebagai tempat hunian bagi para gelandangan psikotik yang ada di kota mereka. Nantinya Dinas Sosial yang bertugas mendata para gelandangan psikotik yang ada di daerah mereka, kemudian baru mereka menampung para gelandangan psikotik itu di Liponsos. Hal ini seperti yang telah dicontohkan oleh Liponsos Keputih di Surabaya. Perlu juga adanya fasilitas yang baik bagi mereka seperti kamar dan tempat tidur yang memadai, makanan yang layak dan perawatan yang layak bagi mereka. Gelandangan psikotik itu harus dirawat dengan baik di Liponsos. Nantinya tidak ada lagi kasus gelandangan psikotik yang terdata, dimasukkan ke liponsos hanya untuk "dicatat laporannya" kemudian beberapa hari kemudian dilepas lagi ke jalanan tanpa adanya perhatian serius dari pemerintah. Hal ini tentunya harus diatasi dengan cara menyiapkan fasilitas tempat Liponsos yang layak huni dan tidak sampai over kapasitas. Tentunya hal ini harus mulai direncanakan sejak sekarang dan dimulai dari Dinsos dan kerjasama dengan lembaga lain yang terkait. Semoga saran praktis ini dapat diterapkan dan dimulai dari inisiatif pemkot sebagai lembaga yang pertama mewujudkan rencana ini hingga berhasil diterapkan oleh seluruh kabupaten kota dan provinsi. Mari kita peduli terhadap gelandangan psikotik, mereka juga adalah bagian dari diri kita !
Salam Sehat Jiwa !
SUARA JIWA : “KATAKAN TIDAK UNTUK ECT !”

Mungkin catatan kecil saya ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pemangku kepentingan terkait. Bahkan bisa dijadikan bahan evaluasi. Saya cenderung tidak setuju dengan pengobatan skizofrenia dengan menggunakan ECT (Electro Convulsive Therapy) atau Terapi Kejut Listrik. Terapi kejut listrik ini dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik ke otak melalui kepala untuk membangkitkan kejang. Karena saya, sebagai pasien skizofrenia, melihat bahwa teknik pengobatan ini sangat menyakitkan dan bisa berdampak buruk bagi syaraf otak manusia. Ini bukan tanpa alasan. Paulo Coelho, seorang penulis kenamaan dunia asal Brasil, dulu juga pernah menjalani ECT. Terapi  ECT ini akhirnya dilarang di Brasil setelah Coelho mengungkap praktik keji ini di dalam salah satu novelnya. Begitu juga ada alasan medis lain dari seorang psikiater Indonesia, Willy F. Maramis, dalam bukunya "Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa". Willy, psikiater kenamaan ini menuliskan yang intinya bahwa sesungguhnya khasiat ECT di dalam penyembuhan skizofrenia sampai sekarang masih diragukan, bahkan diperdebatkan. Dalam bukunya, ia menulis, “Bagaimanakah sebenarnya TEK (Terapi Elektro Konvulsi / ECT) dapat menyembuhkan penderita dengan gangguan jiwa belum diketahui dengan pasti. Berbagai teori telah dikemukakan, ada yang berorientasi organik dan ada juga yang berorientasi psikologik, tetapi sampai sekarang belum terdapat kata sepakat tentang cara kerjanya” (Maramis, 2005:475). Ia menulis bahwa ECT adalah praktek yang dilakukan sejak jaman dahulu, sementara kegunaan medisnya sampai sekarang masih tidak ditemukan. Ini adalah pernyataan seorang psikiater besar Indonesia. Dalam kenyataan yang terjadi di lapangan, terapi ECT memang dilakukan dengan beberapa pertimbangan, seperti pasien dalam keadaan gaduh gelisah kronis dll. Biasanya sebelum dilakukan terapi elektro konvulsi / ECT, penderita diperiksa badannya secara teliti, terutama jantung dan paru paru. Cara pelaksanaannya juga biasanya pasien akan ditidurkan sambil dipegangi badannya oleh beberapa orang. Kemudian terapi kejut listrik pun dilakukan, elektroda dipasang di pelipis / kepala orang yang akan di ECT kemudian aliran listrik dialirkan. Dan pada saat otaknya dialiri listrik, pasien ini mengalami kondisi seperti penderita epilepsi yang mendapat serangan grand mal seizure. Setelah menjalani beberapa kali sesi ’shock therapy’ ini, pasien biasanya akan kehilangan sebagian daya ingatnya (memori-nya). Adapun efek samping yang terjadi setelah pasien di ECT / kejut listrik ini adalah :
-    Perdarahan lambat diotak
-    Apneu
-    Sirosis ringan
-    Hipoxia
-    Cephalgia
Yang selalu terjadi  :
-    Bibir / lidah tergigit
-    Gigi goyang
-    Fraktur  :
-    Tulang belakang
-    Tulang pipih ( Illeum & Scapula )
-    Luksasio Mandibulae
-    Pneumonia
-    CVA / stroke
-    Apneu terlalu lama
Pengobatan ECT dipertanyakan setelah ketika melakukan ECT, pasien masih bisa mengalami kekambuhan kembali. Sementara jika merunut akar sejarah dalam pengobatan skizofrenia, ECT / terapi kejut listrik ini juga dimulai sejak adanya pengobatan ekstrim lainnya (baca : penyiksaan) terhadap penderita skizofrenia, seperti terapi insulin koma, terapi dingin, praktik menjatuhkan pasien skizofrenia ke dalam lumbung berisi ular yang sempat difilmkan dengan judul "The Snake Pit" (1948), dll. Jadi sebaiknya kita melakukan pengobatan terhadap penderita skizofrenia dengan pendekatan medikasi (obat skizofrenia) dan psikoterapi saja. Karena itu akan lebih cepat meningkatkan tingkat kesembuhan bagi penderita skizofrenia. Saran saya, kita berhak menolak praktek ECT dalam praktek medis kedokteran. Karena kita sebagai pasien skizofrenia, mempunyai hak untuk itu. Caranya, bila penderita ada yang direkomendasikan untuk dilakukan ECT oleh dokter atau psikiater yang merawatnya, kita boleh menolaknya, karena kita sebagai pasien mempunyai hak untuk menolak prosedur pengobatan dengan menggunakan ECT. Itulah salah satu cara untuk menolak praktek ECT dalam praktek kedokteran. Jadi, masihkah kita menggunakan ECT dalam praktek medis ? Kami, pasien skizofrenia, dengan hak dan sejujurnya mengatakan "TIDAK UNTUK ECT !"
Mari kita tingkatkan pelayanan medis yang lebih baik terhadap penderita skizofrenia. Seperti jargon kesehatan jiwa saat ini "Memanusiakan manusia".
Salam.



DERITA DALAM PASUNGAN

Permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia memang sangat beragam. Diantaranya adalah stres karena pekerjaan, kesulitan ekonomi, trauma fisik dan psikis, depresi, bahkan hingga mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia dan bipolar. Namun diantara sekian macam permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia, ada satu masalah yang cukup memprihatinkan dan sering terjadi di Indonesia. Permasalahan ini cukup membuka mata kita, bahwa masih ada sebagian orang di Indonesia yang harus menderita dan berjuang dalam ketidakberdayaannya. Ialah mereka yang menderita karena harus hidup dalam pasungan, dirantai, atau dikurung karena mengalami gangguan jiwa.
Menurut Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes dr Diah Setia Utami Sp.KJ, MARS, realita pemasungan di masyarakat menjadi persoalan tersendiri bagi pemerintah. Setidaknya, saat ini Kemenkes memperkirakan ada sekitar 18.000-20.000 orang yang dipasung di Indonesia. Sementara berdasarkan laporan dari pemerintah daerah, tercatat terdapat 2.800 orang yang dipasung. Data tersebut berdasarkan laporan dari 17 provinsi. Berdasarkan laporan tersebut, pemasungan banyak terjadi di daerah Jawa Tengah, yakni mencapai 968 orang.
Hal ini menjadi sangat memprihatinkan, karena walau berita tentang pemasungan ini telah banyak diberitakan di media cetak dan elektronik, namun hanya sedikit dari mereka yang benar benar diperhatikan kebutuhannya oleh pemerintah. Hanya sedikit sekali dari mereka yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan atau Dinas Sosial dan kemudian dilakukan tindak lanjut berupa “pembebasan pasung” dan upaya pemulihan melalui RSUD atau Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Faktor tertutupnya keluarga dan faktor malu dan tidak mau mengakui anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dan dipasung turut pula menjadi penyebab tidak terdatanya penderita pasung dan sulitnya mendapat penanganan dari pemerintah.
Penyebab pasung yang utama adalah karena kemiskinan dan ketidak tahuan anggota keluarga bahwa gangguan jiwa sebenarnya bisa dipulihkan atau diobati. Para anggota keluarga yang memasung salah seorang anggota keluarganya dikarenakan tidak mengetahui bahwa gangguan jiwa bisa diobati dan penderita nya bisa kembali produktif di dalam menjalankan kehidupan. Biasanya alasan mereka memasung anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa adalah karena penderita sering mengamuk dan takut bila dibiarkan maka penderita akan menjadi semakin liar atau takut penderita akan hilang dan kabur dari rumah. Karena itulah mereka akhirnya terpaksa dipasung. Mereka takut sewaktu waktu pasien akan kabur dari rumah dan menghilang. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan cara memberikan pemahaman kesehatan jiwa yang baik kepada keluarga bahwa gangguan jiwa bisa disembuhkan dan juga tentunya penghapusan terhadap stigma yang berada di sekitar penderita gangguan jiwa.
Sebenarnya kondisi penderita pasung di Indonesia juga sangat memprihatinkan. Dan hal ini yang biasanya juga menjadi perhatian media dari luar negeri. Mereka menyiarkan berita pemasungan ini karena pemasungan adalah perbuatan yang melanggar hak asasi manusia (HAM). Biasanya juga karena praktek pemasungan yang tergolong keji dan diluar batas kemanusiaan. Dalam praktek pasung yang terjadi di Indonesia, biasanya kaki penderita akan dipasung di balok kayu yang berat sehingga penderita tidak bisa leluasa menggerakkan anggota kaki dan tubuhnya. Bisa pula salah satu atau kedua kaki penderita dirantai dan digembok dengan besi. Ada juga praktek penderita pasung yang dikurung dalam sebuah kandang. Tentunya kondisi mereka sangat miris sekali. Kondisi fisik dan psikis mereka juga sangat memprihatinkan. Dan biasanya kondisi ini telah dialami selama bertahun tahun oleh penderita. Bahkan ada penderita yang mengalami pasung hingga puluhan tahun. Dalam pasungan, penderita akan mengalami gangguan fisik kesehatan dan gangguan jiwa yang akan semakin lebih parah. Seluruh proses pasung biasanya tidak akan menolong keadaan pasien, malah akan membuat keadaannya menjadi lebih parah. Kebanyakan penderita yang dipasung adalah dari kalangan orang miskin. Tentunya dari segi makanan mereka tidak tercukupi dengan baik. Kondisi ruang pasung yang sempit dan sanitasi yang buruk juga semakin memperparah keadaan pasien. Kebersihan fisik dan lingkungan penderita pasung yang kotor dan tidak terjaga juga tentunya akan menambah masalah tersendiri bagi penderita pasung. Kebersihan dan sanitasi yang buruk, gizi dan nutrisi yang kurang dan beban pasung itu sendiri tentu akan menorehkan luka batin yang sangat dalam bagi penderita pasung. Ini tentunya juga menjadi kewajiban pemerintah sehingga para penderita pasung dapat dibebaskan dari pasungnya dan menjalani pemulihan mental dan fisik yang memadai di RSUD atau Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
Untuk menangani kasus bebas pasung di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan program nasional “Indonesia Bebas Pasung 2014”. Sementara target secara nasional bebas pasung adalah tahun 2019-2020. Sehingga diharapkan bahwa pada tahun 2019-2020, Indonesia benar benar dalam kondisi bebas pemasungan di seluruh nusantara. Apalagi sekarang telah disahkan UU tentang Kesehatan Jiwa. Semoga para penderita pasung di Indonesia dapat diakomodir kebutuhannya dan dibebaskan dari pemasungan untuk menjalani pengobatan di Rumah Sakit. Upaya pemulihan sangat penting bagi kehidupan mereka. Mereka perlu diyakinkan bahwa mereka juga berhak hidup normal dan produktif seperti orang lain. Tidak ada yang mengekang mereka dan memasung mereka dalam keadaan yang sulit. Saya berdoa untuk mereka yang hidup dalam pasungan semoga mereka segera bisa bebas dan menjalani pemulihan dengan baik. Allah bersama kita. Bersabarlah, harapan itu akan datang seperti sinar matahari pagi yang bersinar setiap pagi.
Salam Bebas Pasung !






























KESALAHPAHAMAN TERHADAP GANGGUAN JIWA

Gangguan jiwa memang kerap menjadi bahan stigma dan sumber kesalahpahaman bagi masyarakat sekitar. Sudah jamak bagi kita mengetahui bahwa orang akan lebih peduli terhadap orang yang menderita penyakit jantung atau penyakit yang bisa dilihat utuh dengan mata atau bisa dirasakan dampak fisiknya daripada peduli terhadap orang dengan gangguan kejiwaan. Hal ini memang wajar. Kita bisa merasakan empati terhadap mereka yang secara lahiriah memang sakit, dan terkadang kita mendoakan mereka yang sakit agar cepat diberikan kesembuhan. Kita juga berharap yang terbaik bagi mereka yang sedang diberi cobaan berupa sakit, sehingga penderita tersebut bisa mengalami kesembuhan dan dapat sehat kembali seperti sediakala. Tapi memang kita nampaknya belum terlalu familiar untuk peduli terhadap penderita gangguan jiwa yang ada di sekitar kita. Tak usah menyebut terlalu jauh. Di jalanan, ketika melihat ada seseorang yang berbaju lusuh dan kotor, dan menggelandang di jalanan, serta mencari makanan dengan cara mencari sisa sisa makanan di jalan, maka sebagian dari kita tidak mempedulikannya dan bersikap acuh tak acuh terhadap orang tersebut. Sebagian dari mereka mungkin akan menganggapnya seperti angin lalu dan nampak tidak mempedulikan dan mempunyai rasa empati terhadap gelandangan yang mengidap gangguan jiwa tersebut. Malah terkadang gelandangan itu menjadi objek dan dihina serta tidak dipedulikan nasibnya sehingga terus menerus berada di jalanan sebagai gelandangan. Mereka nampaknya tidak mempunyai masa depan yang jelas. Kehidupan yang lekat dengan jalanan dan kekurangan makanan menjadi rutinitasnya sehari hari. Baju satu kering di badan, mungkin itulah kata kata yang tepat untuk menggambarkan mereka. Mereka yang menjadi gelandangan gangguan jiwa itu juga akrab dengan kemiskinan. Karena merupakan orang yang tidak punya, juga karena penyakit jiwanya yang menimpanya, mungkin karena itulah dirinya menjadi dijauhi oleh keluarganya. Keluarganya tidak mau mengakuinya lagi sebagai bagian dari keluarganya. Dan karena dirinya orang tak punya, maka terpaksalah ia harus hidup dan tinggal di jalanan, serta tidak mendapat pengakuan dari keluarganya sendiri. Ia menjadi orang yang terpinggirkan, dan selalu dihindari orang. Terlebih lagi dengan beban mental penyakit yang dideritanya, belum lagi jika ia juga menderita penyakit fisik, maka semakin lengkaplah penderitaan yang dideritanya. Apalagi dengan kemiskinan, apalah yang hendak dibeli baginya, apalah yang hendak dimakan olehnya, dapat darimanakah uang untuk membeli makan, untuk mencukupi kebutuhannya sehari hari, sehingga dari hari ke hari permasalahannya menjadi bertambah rumit dan beban hidup semakin berat ditanggungnya. Ia tentu harus berjuang hidup sendirian, dengan stigma yang melekat pada dirinya, dan hinaan dari lingkungannya. Disinilah masalahnya berakar. Seharusnya orang orang yang demikian juga harus dipedulikan dan diberikan santunan. Kita harus bersedekah kepada mereka. Sebagian harta kita adalah hak mereka. Bahkan akar masalah permasalahan seperti ini harus dicarikan jalan keluarnya. Negara kita menjamin dan memelihara hak fakir miskin dan anak terlantar. Apalagi orang orang yang tidak punya rumah dan tempat tinggal tetap, seperti mereka. Hendaknya mulai sekarang kita harus memperhatikan masalah ini.
Belum lagi kepedulian terhadap penderita gangguan jiwa yang hidup dalam pasungan. Ini adalah masalah besar kita. Ini adalah hal yang urgen bagi penderita gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa yang dipasung, diambil hak haknya. Hak untuk berbicara, hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk bersosialisasi, hak untuk melakukan kegiatan kegiatan hidup dasar, seperti makan, minum dan bekerja, dan bahkan hak untuk beribadah juga diambil. Kita bisa bayangkan bagaimana penderita gangguan jiwa yang muslim, yang sedang dipasung, tidak bisa dengan khusyuk menjalankan shalat dan mengaji. Apalagi melakukan hal hal dasar yang biasanya dengan mudah dilakukan oleh manusia. Hal itu karena hak hak mereka seolah telah dicabut dan diambil oleh pasung itu sendiri. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian kita. Mereka juga manusia. Mereka juga memiliki hak untuk hidup normal. Mereka hanyalah orang orang yang sedang mengidap gangguan jiwa, yang membutuhkan bantuan dan kasih sayang dari keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ya, mereka sangat membutuhkan cinta dan kasih sayang, terutama dari keluarga mereka. Apalah artinya hidup tanpa kasih sayang dan cinta. Apalagi dari keluarga terdekat, yang mestinya menyayangi dan mengasihi kita. Tidak ada ODS yang bisa mengalahkan penyakitnya tanpa ada dukungan dari keluarga. Hal inilah yang menjadi penting. Adanya dukungan dan support moril dari keluarga sangat dibutuhkan oleh penderita skizofrenia dan gangguan jiwa. Mereka tidak dapat hidup sendiri. Mereka tidak bisa lepas dari dukungan keluarganya. Mereka tidak dapat lepas dari perhatian dan penerimaan terhadap mereka yang tulus dan sungguh sungguh. Dan hal inilah yang biasanya tidak didapatkan oleh penderita pasung atau mereka yang hidup dalam pasungan. Mereka seakan harus hidup sendiri, mengatasi penyakit jiwa mereka, delusi delusi mereka dan penderitaan mereka, tanpa adanya keluarga yang mendampingi dan memberikan uluran tangan bagi mereka. Mereka seakan menjadi jamur yang hidup di kayu kayu kering, tidak dibutuhkan dan tidak berguna bagi keluarganya. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi. Bagaimana keluarga yang seharusnya memberikan perhatian penuh terhadap salah seorang keluarganya, memberikan motivasi bagi hidupnya, dan memberikan bantuan moril dan materiil bagi hidupnya, malah tidak melakukannya. Ini tentu didasari oleh stigma para penderita gangguan jiwa. Namun, selama penderita pasung itu merupakan orang yang baik, hanya karena delusi delusinya saja ia menjadi menderita dan dipaksa hidup dalam pasungan, maka menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk lebih menghargai mereka dan memberi mereka kehidupan yang layak. Mungkin ia dahulu pernah memberikan rasa khawatir dan luka batin terhadap kita, misalnya karena ia dulu sering mengamuk sendiri dan memecahkan barang barang rumah atau sering kabur dan lari dari rumah, tapi paling tidak, untuk saat ini, belajarlah memaafkan perilaku mereka yang terdahulu. Berilah maaf terhadap mereka. Mereka pasti dulu melakukan semua itu tidak didasarkan atas kehendak dirinya semata. Mereka pasti melakukan hal itu karena tidak sadar atas diri mereka dan sebenarnya mereka juga tidak mau melakukan itu. Mereka pasti melakukan itu karena ketidaktahuannya semata atau karena delusinya. Maafkanlah mereka. Sudah saatnya bagi kita untuk saling memaafkan dan bermurah hati untuk mereka. Saatnya pintu ampunan kita terbuka untuk mereka. Begitu juga sebaliknya. Sehingga kita juga akan mendapat ampunan dari Tuhan.
Berbicara tentang stigma dan kesalahpahaman terhadap gangguan jiwa, bukan hanya kita berbicara tentang masalah orang orangnya saja, seperti gelandangan psikotik (gelandangan yang mengidap gangguan jiwa), orang yang hidup dalam pasungan, penderita skizofrenia yang mengalami deteriorasi mental atau kemunduran mental akut saja, melainkan kita juga berbicara tentang nurani, kebenaran yang dibelokkan, pemutarbalikan fakta dan prasangka terhadap penderita gangguan jiwa. Kita harus merasakan hal ini. Bahwa penderita gangguan jiwa hidup dalam stigma. Mereka terpagari oleh stigma dan anggapan yang salah terhadap diri mereka. Hingga terkadang, para penderita gangguan jiwa, terutama penderita skizofrenia sendiri terkadang tidak tahu atau belum tahu tentang hakikat siapa diri mereka yang sebenarnya. Bahwa mereka juga manusia biasa, yang berhak hidup normal dan produktif seperti orang lainnya. Mereka juga berhak bersosialisasi, mereka berhak berteman, mereka berhak bersahabat, membangun relasi dengan orang lain dan mereka berhak hidup bermasyarakat dan melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Kita tidak bisa hanya melihat penderita skizofrenia hidup dalam dunianya sendiri, hidup dalam khayalannya sendiri dan tidak tahu bagaimana hakikat hidup mandiri dan bersosialisasi dengan masyarakat. Kita butuh penderita skizofrenia yang aktif dalam lingkungannya, bersosialisasi dengan aktif terhadap dunia luar, tidak hanya terfokus pada stigma yang melekat. Kita juga butuh penderita skizofrenia yang sudah mampu hidup secara mandiri, paling tidak bisa mengurus kebutuhan hidupnya sendiri, melakukan pekerjaan rumah sehari hari dan mampu bekerja. Kita butuh a tough schizophrenic, atau survivor skizofrenia yang gigih dan tabah dalam menghadapi penyakitnya dan dalam menghadapi dinamika kehidupan yang sulit ini.  Seorang skizofren yang berpikiran ke depan dan mempunyai mimpi dan harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya. Sekian dari saya. Semoga bermanfaat dan menjadi bahan renungan bagi kita.
Salam Sehat Jiwa !































DETERIORASI, HAL YANG DITAKUTI BAGI PENDERITA SKIZOFRENIA

Kalau kita kebetulan suka membaca buku buku mengenai kesehatan jiwa, atau seringkali browsing di internet untuk memuaskan keingintahuan kita terhadap skizofrenia atau masalah kesehatan jiwa yang kita alami, kita kerap menemukan satu istilah yang cukup terdengar asing di telinga kita, yakni deteriorasi. Saya juga pada awalnya tidak memahami dan tidak mengerti atas istilah ini. Namun setelah saya membaca kembali makna deteriorasi dan mencari tahu arti dari katanya, saya akhirnya menemukan jawabannya. Deteriorasi, menurut definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti kemunduran. Penjelasan sisinya menyebutkan juga makna deteriorasi mental yang berarti kemunduran mental. Istilah deteriorasi mental yang pernah saya baca juga mengisyaratkan bahwa deteriorasi adalah kemunduran mental yang cukup serius, yang meliputi perilaku apatis, abai diri, tidak peduli akan kondisi badan dan fisik, bisa berupa stupor katatonik (perilaku diam yang ekstrim) dan ini yang paling parah, penderita menjadi sering menyendiri dan tidak mau lagi bergaul dan bersosialisasi dengan teman teman dan lingkungannya. Dalam kondisi parah, penderita menjadi tidak peduli lagi akan kondisi dirinya dan kondisi badannya dan menjadi "terganggu" dengan kondisi lingkungannya.
Drs.Yustinus Semiun, penulis buku Kesehatan Mental, juga menjelaskan tentang makna deteriorasi. Menurutnya, "Apabila ada kondisi deteriorasi mental, maka akan terjadi kelemahan mental yang sedikit demi sedikit terus bertambah dan sering disertai kemerosotan penilaian moral dan kontrol dirinya mulai berkurang" (Semiun, 2006:185).
Dalam kondisi tertentu, penderita menjadi "asing" dengan dirinya sendiri, tidak bisa berbuat apa apa, tidak bisa melakukan pekerjaan yang dasar dan sederhana, sulit melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain, menjadi sangat pendiam dan merasa tidak nyaman dengan kondisi sekitarnya.  Pada kasus tertentu, hal yang menyebabkan deteriorasi mental adalah karena penderita berada dalam lingkungan dan suasana yang baru, bersama orang orang baru yang baru dikenalnya dan berada jauh dari lingkungan keluarganya. Hal hal yang menyebabkan tekanan mental dan merasa "terasing" karena jauh dari keluarga juga merupakan salah satu penyebab dari timbulnya gejala gejala deteriorasi mental pada penderita skizofrenia. Hal yang sering menjadi keluhan dari gejala deteriorasi ini adalah penderita menjadi sangat pasif, tidak peduli lagi dengan kondisi sekitar dan tidak bisa beradaptasi dan berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya. Pada akhirnya, dan yang menjadi kekhawatiran utama adalah penderita menjadi terasing dengan lingkungannya dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Inilah yang menjadi titik "kelumpuhan" bagi penderita skizofrenia yang mengalaminya.
Para penderita gangguan skizofrenia yang mengalami deteriorasi mental ini biasanya memang sudah dalam taraf sulit untuk membedakan antara delusi dan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu tilik diri dan pemahaman diri akan gangguan yang sedang dialami oleh penderita skizofrenia biasanya sangat minim dan penderita biasanya tidak mengetahui yang sebenarnya bahwa dirinya sebenarnya sedang menderita sebuah gangguan mental yang kronis.
Ciri ciri utama yang paling terlihat dari gejala deteriorasi adalah penderita menjadi apatis, abai terhadap kondisi dirinya dan lingkungannya, melakukan hal hal yang aneh dan diluar kewajaran dan hidupnya menjadi sangat tergantung terhadap orang lain atau caregiver (pelaku rawat). Penderita menjadi sangat pemurung atau malah menjadi sangat sensitif dan pemarah (mudah tersinggung). Jika kondisi ini dibiarkan dan penderita tidak mendapatkan perawatan dan dukungan dari pelaku rawat, maka kondisi penderita akan menjadi semakin buruk dan "insight" (tilikan diri) nya akan terganggu. Hendaknya dalam kondisi seperti ini penderita dibimbing untuk mendapatkan perawatan dan mentalnya dikuatkan agar kondisinya semakin membaik. Ucapan ucapan positif dan kata kata motivasi positif juga dapat membantu pasien agar kondisi jiwanya menjadi membaik dan mendapat nutrisi jiwa dan dukungan moril. Ini sangat membantu kesembuhan bagi penderita.
Terkadang juga kita dapat melihat contoh langsung dari fenomena ini pada penderita gelandangan psikotik dan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang hidup dari jalanan dan sebagian diantaranya dirawat di Panti Panti Penampungan Gangguan Jiwa, yang terkadang memberikan kehidupan yang tidak layak dan menimbulkan tekanan batin dan distress (penderitaan) sosial bagi penderita.
Tentunya kita harus memberikan dukungan dan empati kita kepada mereka. Tindakan nyata juga diperlukan, yang tentu membutuhkan dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap isu kemanusiaan ini. Jangan biarkan mereka terus menderita dengan keadaan mereka! Bantu, pulihkan keadaan mereka sehingga mereka kembali bisa hidup dengan optimal dan lebih baik.
Deteriorasi mental ? Mereka memang ada di sekitar kita. Yang kita perlukan adalah doa dan uluran tangan kita. Untuk membantu mereka, pulih menjadi lebih baik.
Salam Sehat Jiwa !


KETIKA KELUARGA BERBAGI KISAH

                      

Ada saatnya ketika para keluarga mau berbagi kisah tentang anak mereka yang ‘spesial’, anak anak yang sedang menjalani perjuangan yang berat ketika menghadapi suatu penyakit atau sedang mengalami momen momen yang istimewa seperti kehidupan karir yang menanjak atau prestasi akademik yang luar biasa. Keluarga yang berbagi kisah ini, khususnya orang tua, biasanya ingin berbagi pengalaman mereka kepada masyarakat tentang cara pengasuhan anak mereka yang spesial dan suka duka dan kisah keseharian mereka dalam merawat anak mereka, yang terkadang lucu dan sering terjadi momen yang spesial dan tak terduga. Kisah berbagi pengalaman lewat metode ini, terutama yang disampaikan dalam bentuk tulisan atau buku, tentu memberikan warna tersendiri bagi dunia literasi kita. Kita akan mendapat pencerahan baru, sudut pandang baru, karena cerita ini ditulis oleh para orang tua atau keluarga, yang tentunya memahami lebih dekat mengenai perkembangan anak mereka yang ‘spesial’.
Baru baru ini saya membaca 2 buah buku yang bercerita tentang pengalaman keluarga, khususnya orang tua, dalam memahami serta merawat anak anak mereka yang berkebutuhan khusus. Buku pertama berjudul Karena Kamu Spesial (2014) karya Pipit Setiafitri, seorang ibu dengan 2 orang anak yang spesial. Buku ini berkisah tentang keseharian seorang ibu di dalam merawat anaknya yang memerlukan perhatian khusus, ADHD. Dalam buku ini, penulis secara menyentuh dan riil menggambarkan tentang kesehariannya dalam merawat anak pertamanya, yang menderita ADHD. Dengan gaya bertuturnya yang luwes, dan terkadang lucu, ia menceritakan bagaimana ia merawat dan mendampingi anaknya yang menderita ADHD. Bagaimana ia, sehari hari, harus ekstra sabar dalam merawat anaknya, dan tentu saja, adanya kebanggaan terhadap perilaku anaknya dan suka duka menjadi seorang ibu dari seorang anak yang berkebutuhan khusus. Ia menceritakan kisah tentang anaknya, dan bagaimana pola pengasuhan dirinya terhadap anaknya, yang setiap harinya tentu memerlukan perjuangan yang tak kenal lelah. Namun akhirnya, dalam bagian akhir bukunya, ia bercerita bahwa ia bersyukur telah dikaruniai seorang anak yang spesial, yang dapat menjadi pelangi bagi kehidupannya. Sebuah pengakuan yang jujur dari seorang ibu terhadap anaknya.
Sementara itu, saya juga telah membaca buku kedua yang berjudul Beauty In Silence (2014), sebuah kisah nyata tentang seorang ibu dalam kesehariannya merawat dan mendampingi anaknya yang mengalami tuna rungu. Marjam Rudijanto, penulis buku ini, mengisahkan secara detail mengenai kehidupan anaknya sejak anaknya lahir hingga membina rumah tangga. Kisah yang dituliskannya dapat membuka pemahaman baru bagi kita tentang kehidupan dunia tuna rungu dan aspek aspek pengasuhannya. Ketika membaca dua buku itu, saya dapat ikut merasakan bagaimana perjuangan orang tua di dalam mendidik anak anaknya. Juga, pengalaman pengalaman spesial dengan anak mereka yang menjadi bumbu di dalam cerita. Saya menjadi tersentuh, karena kisah pengalaman mereka begitu riil dan akrab dengan suasana kehidupan sehari hari kita. Kisah kisah itu dapat membuka cakrawala baru bagi kita, agar kita dapat lebih mudah memahami dunia mereka. Kisah yang mereka tuturkan sangat jernih dan jujur, sehingga kita juga akan turut merasakan bagaimana hidup dengan kondisi yang memerlukan perhatian khusus seperti mereka. Akhirnya, kita dapat merasakan empati dan perhatian terhadap kondisi mereka yang memerlukan perhatian khusus itu.
Saya jadi memendam harapan, apabila ada juga keluarga atau orang tua yang juga mau menuliskan kisah mereka terhadap anak mereka yang menderita skizofrenia. Bisa itu pengalaman ketika merawat orang dengan skizofrenia, kisah kisah seru mereka saat merawat ODS, atau bercerita tentang prestasi prestasi anak mereka yang mengidap skizofrenia, agar dapat berbagi kisah dan pengalaman tentang anak mereka yang mengidap skizofrenia. Pasti ada pengalaman dan hikmah yang dapat diambil dari itu semua. Pasti ada nilai yang dapat dipetik. Dan cara penulisannya pun tidak harus serius, bisa dituturkan dengan cara santai dan terbuka, sesuai kisah pengalaman sehari hari. Atau bisa juga ditulis dalam bentuk diary atau catatan ringan tentang kehidupan mereka. Tentu akan sangat berguna sekali bagi yang sedang mencarinya.
Saya berharap itu semua akan terealisasi suatu saat nanti. Sehingga ketika ada keluarga lain yang membutuhkan pertolongan tentang anak mereka yang menderita skizofrenia, bisa memakai buku itu sebagai buku panduan. Keluarga juga bisa menjadikan buku itu sebagai pengalaman terbaik bagi mereka di dalam merawat anaknya, sehingga mereka bisa kembali menengok pengalaman masa lalu dan belajar lebih baik lagi di dalam mewujudkan keluarga yang harmonis. Anda berminat menulisnya?






























WAHAM KEMILITERAN

Kalau berbicara tentang delusi, aku pernah punya pengalaman aneh yang sempat menimpaku ketika aku sudah sembuh dari skizofrenia. Ketika itu kira kira sudah 6 tahun aku menderita penyakit ini dan tidak mengalami masa masa kekambuhan ketika tiba tiba aku mengalami pengalaman aneh ini. Pengalaman ini lah yang menandai kambuhnya kembali penyakit ku. Hal itu ditandai dengan delusi dan waham yang benar benar parah sehingga aku sempat seakan akan berada di dunia imajiku sendiri. Pengalaman itu bermula ketika pada suatu hari telinga kananku tiba tiba mendadak mendengar suara suara yang banyak dan tak beraturan. Suara suara itu antara lain suara suara tetangga ku, suara suara teriakan, suara anak anak hingga suara dari alat musik drum yang seperti nyanyian. Anehnya, suara suara itu hanya muncul dari telinga kananku saja, sementara telinga kiriku biasa saja dan tidak mendengar suara suara. Suara suara itu hanya kudengar lewat telinga kananku saja dan suara suara itu silih berganti bergema di dalam telingaku hingga seakan akan gendang telingaku mau robek. Aku yang pada waktu itu mendengar suara suara yang tak beraturan dan mendadak di gendang telingaku itu spontan saja tanpa aku kehendaki aku lantas meletakkan piringku dengan keras ke meja makan. Aku pada waktu itu setengah tidak sadar karena kurasakan telingaku hampir hampir pekak mendengar suara suara yang tak beraturan itu. Anehnya, setelah kejadian itu, suara suara itu tidak hanya terdengar di dalam gendang telingaku saja, tapi juga terdengar keras di sekitarku. Ada suara suara wanita yang sedang berteriak keras keras. Ada juga suara laki laki yang nampak seakan memarahiku. Dunia saat itu seolah menjadi dunia imaji buatku. Aku yang panik pada waktu itu segera meminta tolong kepada mbakku, mbak Halimah, tentang masalah telingaku itu. Aku katakan kepada mbakku, “mbak, kenapa telingaku ini ya ? Gendang telingaku kok sakit ?” kataku menjelaskan. Tapi mbak ku malah menyarankan untuk membawaku ke dokter THT untuk memeriksakan telingaku. Yang aku rasakan pada waktu itu suara suara itu tidak hanya di dalam gendang telinga, tapi juga sudah keluar hingga ke alam nyata. Masak mbak ku itu tidak mendengarnya ? Aku sampai heran. Keheranan ku tidak berhenti sampai disitu. Ketika pergi ke kampus, di sepanjang perjalanan, suara suara itu terus mengikutiku. Di kampus, aku dapat mendengar suara suara teriakan wanita yang sangat keras seakan bergema dari dinding dinding kampus. Tapi anehnya ketika kulihat ke arah suara itu, aku tidak menemukan siapa siapa, hanya ruangan yang sepi saja. Aku sempat heran dengan kejadian itu. Saat itulah pertama kali delusi dan waham ku mulai kambuh. Aku pada waktu itu seakan kembali ke masa saat pertama kali skizofrenia menimpaku. Aku dapat mendengar suara suara yang orang lain tidak dapat mendengarnya. Bahkan suara suara itu terdengar sangat nyata kualami.
            Selain mengalami delusi telinga, aku juga pernah mengalami waham kemiliteran. Kusebut waham kemiliteran karena waham ku ini berhubungan dengan tentara dan dunia militer. Ceritanya, pada waktu itu ketika aku sedang sibuk menulis bab 3 skripsiku dan hendak menjalani seminar pada bulan Maret 2013. Aku pun berusaha menelepon teman teman ku untuk menawarinya menjadi pembahas utama seminarku. Tapi ternyata sinyal ponsel ku tidak ada satu digit pun. Bahkan ketika kucoba menelepon lewat telepon rumah juga tidak bisa. Pada saat ini skizofreniaku kambuh. Aku mulai mengalami waham. Aku mengira bahwa sambungan telepon ku diputus dari darat, laut dan udara oleh para tentara. Waktu itu aku mengira bahwa para tentara TNI AU (Angkatan Udara) tengah memutus sambungan telepon rumah dan ponsel ku dari udara. Namun karena aku memiliki kakak ipar yang bekerja sebagai tentara di TNI AD, maka aku balik mendukung tentara tentara TNI AD. Aku berjuang memihak para tentara TNI AD. Pada waktu itu aku mengira bahwa TNI AL dan TNI AU lah yang memutus jaringan telepon ku dari udara. Aku sampai hendak meminta tolong kepada mas Eye Darya, kakak iparku yang bertugas di TNI AD untuk membantuku agar sinyalnya bisa kembali aktif. Tapi akhirnya beberapa hari kemudian, ketika skizofreniaku sembuh, aku baru sadar bahwa ternyata bukan tentara yang memutus sambungan telepon hp dan rumahku, tapi karena sinyal di tempatku sedang bermasalah. Inilah pengalamanku ketika aku mengalami waham kemiliteran. Waktu itu keadaannya memang benar benar terjadi dan terasa nyata bagiku. Aku seolah berada dalam masa peperangan. Waham yang benar benar aneh karena tidak masuk akal. Mengapa seorang tentara bisa memutus jaringan telepon dari darat, laut dan udara. Mengapa keadaan waktu itu seolah menjadi keadaan yang genting bagiku. Mengapa gara gara aku tidak bisa mendapat sinyal handphone dan telepon, aku seolah berada dalam masa peperangan dan gerilya. Situasi menjadi darurat dan tidak terkendali. Kini, setelah aku sadar dari waham kemiliteranku, aku bukan hanya mendukung kinerja TNI AD, tapi juga kinerja TNI AL dan TNI AU untuk mengamankan negara. Semoga para anggota TNI mampu menjaga teritorial negara Republik Indonesia dari matra darat, laut dan udara.
            Selain waham kemiliteran, aku juga pernah mengalami delusi lain yang tak kalah unik. Delusi lain yang pada waktu itu kualami bahkan lebih besar daripada itu. Delusi ini kusebut “delusi pesawat terbang”. Aku pada waktu itu bahkan bisa mengira bahwa suara ku dapat menembus frekuensi radio pesawat terbang. Aku pada waktu itu bahkan menjadi takut dan cemas. Aku takut suaraku sendiri dapat terdengar kepada pilot pesawat terbang yang sedang mengudara. Maka dari darat aku tidak pernah berbicara yang aneh aneh, aku hanya bisa berbicara yang baik baik dan mengomando pesawat itu dengan aba aba yang aku sendiri tak pahami maksudnya. Seakan kode rahasia gitu. Hal ini benar benar terjadi, bahkan waham ini ada hubungan nya dengan waham kemiliteran yang pernah aku alami. Ceritanya, karena aku tidak bisa mendapat sinyal handphoneku, maka pada waktu itu juga aku berusaha menggunakan “telepati” dari jarak jauh. Kusebut telepati karena aku pada waktu itu menyangka bahwa aku bisa berkomunikasi jarak jauh dengan anggota tentara TNI AU yang sedang menggunakan pesawat tempurnya. Jadi waktu itu aku mulai “berbicara” dengan kode kode rahasia dengan menggunakan handphone ku, aku saat itu menyangka bahwa dengan handphone ku itulah aku bisa menghubungi panglima TNI AU dan para anggotanya dari jarak jauh, meskipun aku tidak memiliki nomer handphonenya. Hanya cukup dengan “berbicara tanpa nomor handphone” itulah, akhirnya aku mulai berkomunikasi ala HT (Handy Talkie) lewat handphone ku kepada para anggota TNI AU itu. Aku mulai mengultimatum mereka agar cepat menyambung kembali sinyal HP dan telepon rumahku. Aku juga berbicara memakai kode rahasia saat itu. Aku juga pernah menyangka aku bisa berbicara dengan para tentara yang sedang berada di dalam pesawat kemiliteran saat itu. Selain itu, aku juga pernah menyangka bahwa suaraku dapat terdengar sampai kepada saluran pesawat pilot pesawat komersial yang sedang mengudara. Aku mengira suaraku dapat menembus frekuensi radio pesawat terbang. Aku menjadi takut dan cemas saat itu, karena tentu saja aku takut mengacaukan frekuensi radio pilot pesawat, yang mestinya berisi suara arahan dan petunjuk dari bandara, menjadi suaraku yang tidak beraturan. Karena jika frekuensi radio pilot terkacaukan oleh suara suara frekuensi lain, seperti frekuensi radio atau telepon, maka seperti yang pernah kubaca di koran, akan sangat berbahaya bagi pilot itu karena ia tidak dapat mendengar arahan dari pemandu bandara dengan jelas. Jadi waktu itu aku menjadi sangat hati hati dengan “suaraku” sendiri. Aku bahkan hanya mengucapkan kata kata yang aman dan netral. Aku juga mengucapkan kode kode rahasia seperti, “911 panggil 912 ! 911 panggil 912 !” dari handphoneku kepada pilot pesawat itu. Aku bahkan juga hanya mengucap kata kata yang baik, seperti berdzikir dalam hati seperti “subhanallah, subhanallah” agar suara ku tidak mengacaukan frekuensi radio pesawat terbang. Itulah pengalaman delusi ku tentang berkomunikasi dengan pilot pesawat terbang yang pernah aku alami. Delusi yang saat itu benar benar nyata kurasakan, walau kini aku hanya bisa tersenyum kala mengingatnya. Semoga pengalaman pengalaman ini dapat menjadi ibrah atau pelajaran bagi kita semua, agar kita tidak mengalami waham atau delusi lagi. Amin...

TOURETTE SYNDROME, ANOTHER DISORDER

            Selain menderita skizofrenia, saya juga menderita sindrom Tourette. Sindrom Tourette adalah gangguan gerak neuropsikiatri. Gangguan ini berupa gangguan gerak yang ditandai oleh adanya tic atau gerenyet syaraf.  Banyak orang yang masih belum mengetahui tentang sindrom Tourette ini. Barangkali bahkan mendengar namanya saja belum pernah. Sindrom ini memang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Padahal orang yang menderita penyakit ini akan mengalami penderitaan yang cukup parah.
            Sindrom Tourette adalah penyakit neuropsikiatri. Penyakit ini menyerang sel sel syaraf pada otak. Orang yang menderita sindrom ini mengalami serangan pada neurotransmitter, sel sel pembawa pesan kimia dalam otak. Neurotransmitter utama yang diserang adalah dopamine dan serotonin sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Neurotransmitter adalah sel sel syaraf yang berfungsi untuk menghubungkan antara sel yang satu dengan sel yang lain. Neurotransmitter biasanya bertugas sebagai penghantar komunikasi antara sel sel syaraf pada otak. Orang yang menderita sindrom ini akan mengalami gangguan motorik yang cukup parah. Gejala gejala yang dapat terjadi pada penderita sindrom  ini adalah adanya tic, yaitu gerakan yang tak terkontrol yang terjadi pada tubuh. Pasien yang mengalami tic pada tubuhnya akan terjadi gerakan gerakan yang tak terkendali dan berulang ulang pada tubuhnya. Pasien sindrom Tourette akan mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan gerakan yang terjadi pada tubuhnya. Sehingga ini akan menjadi masalah yang besar bagi penderita.
            Karena adanya gerakan gerakan yang tak terkendali (gerenyet) pada tubuh itu, maka biasanya penderita sindrom Tourette akan menjadi sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain. Penderita akan menjadi rendah diri dan kehilangan kepercayaan diri. Gejala gejala tics nya itu akan mendominasi setiap kegiatan dan aktifitasnya sehingga akan ikut mempengaruhi terhadap kondisi mentalnya.
            Sindrom Tourette adalah penyakit yang menyerang sel sel syaraf di otak, tapi pengaruh dari luar (lingkungan) juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ini. Tekanan atau stressor (penyebab stres) diketahui dapat meningkatkan keparahan tic pada penderita. Pasien yang mengalami tekanan lebih besar kemungkinannya akan lebih bertambah frekuensi dan intensitas tic nya. Aspek psikologis sangat berperan besar di dalam perkembangan penyakit ini.
Usia awal terlihatnya gejala gejala pada orang yang menderita sindrom ini dapat diketahui sejak umur 9 tahun sampai dengan 21 tahun. Gejala awal yang terjadi biasanya sangat ringan yaitu berupa kedutan kedutan yang terjadi pada tubuh. Namun, seiring bertambahnya waktu, gejala gejala itu akan semakin bertambah parah, yaitu menjadi gerenyet syaraf yang tidak terkendali. Pasien akan lebih susah untuk beraktifitas dengan normal dan pekerjaannya akan menjadi lebih sulit untuk dilakukan.
            Penderita sindrom Tourette juga kesulitan untuk memusatkan perhatian akan suatu hal. Biasanya penderita juga akan mengalami kesulitan belajar. Kesulitan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi juga sering ditemui pada penderita sindrom ini.Yang mengalami kelainan fungsi pada penderita adalah neurotransmitter pada otak. Hal ini mengakibatkan sel sel syaraf tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Akibatnya adalah gangguan motorik yang dialami penderita. Penderita akan sering mengalami gerenyet (tic) yang tak terkendali pada tubuhnya. Itulah segenap ciri ciri dari sindrom Tourette. Semoga bermanfaat.




















SKIZOFRENIA DAN KAITANNYA DENGAN SINDROM
TOURETTE, SEBUAH PENELITIAN

Skizofrenia ternyata juga bisa berkaitan dengan penyakit lain, diantaranya adalah sindrom Tourette. Ini berarti orang yang mengalami skizofrenia juga bisa mengalami penyakit lain yang saling berkaitan. Penyakit dan gangguan yang bisa terkait dengan skizofrenia adalah OCD, anxiety, bipolar (dalam bentuk skizoafektif) dan sindrom Tourette (Kurnia Amirullah : 2014). Hal ini berdasar pengalaman ku sendiri yang mengalami gangguan skizofrenia dan gangguan gerak sindrom Tourette. 
Diriku pada awalnya didiagnosis skizofrenia terlebih dahulu, yaitu pada saat aku kelas 3 SMA. Sebelum aku didiagnosis mengalami skizofrenia, aku lebih dahulu mengembangkan gejala gejala sindrom Tourette. Pada saat mengalami skizofrenia itu, waktu itu aku tidak sadar selama hampir 1 bulan. Pada waktu itu aku tidak ingat apa apa. Setelah mengalami gejala akut skizofrenia, aku mengalami amnesia total selama hampir sebulan. Selama waktu itu pula aku tidak mengenali lingkungan ku. Aku jadi tidak sadarkan diri ketika itu. Hubungan antara diriku dan dunia luar ketika itu terputus. Aku jadi tidak tahu bagaimana keadaan lingkunganku.
Ketika itulah aku didiagnosis skizofrenia oleh psikiater. Setelah itu, selama hampir 1 bulan, setelah sadar, maka Alhamdulillah aku pun menjalani kehidupan seperti biasa. Namun keadaan sindrom Touretteku tidak berubah. Gerenyetku masih tetap ada. Aku tetap mengalami gangguan gerak itu. Keadaan skizofrenia dan gerenyet itu terjadi bersamaan kepada diriku. Oleh karena itu, kadang aku masih mengalami gejala medis penyakit skizofrenia yang masih sering kualami bersama sama dengan gejala sindrom Tourette ku. Tapi dari mengalami skizofrenia dan sindrom Tourette itu aku jadi mendapat pelajaran bahwa keduanya bisa berdampingan satu sama lain dan menjadi diriku yang sekarang. Aku mendapat pelajaran bahwa tidak usah ragu dan malu dengan penyakitmu. Apapun penyakit mu, maka harus kau jalani dengan sabar. Tidak boleh cemas dan merasa gelisah jika kau mendapat penyakit, termasuk 2 penyakit sekaligus. Skizofrenia dan sindrom Tourette adalah ketetapan dari Allah dan kita harus sabar di dalam menjalaninya. Bahkan ujian ini dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Tuhan.
Penelitian Skizofrenia ku
Keterkaitan antara skizofrenia dan sindrom Tourette ini sebenarnya juga telah diteliti oleh para peneliti barat. Diantara nya penelitian yang dilakukan oleh J. Kerbeshian (2009) yang menerangkan hubungan antara sindrom Tourette dan skizofrenia yang terjadi pada masa awal. Dari hasil penelitiannya, J. Kerbeshian menemukan 10 kasus skizofrenia (semuanya laki laki) pada 399 pasien sindrom Tourette dengan rata rata prevalensi sebesar 2,5 %. Sementara penelitian terdahulu dilakukan oleh N. Muller (2002) yang meneliti komorbiditas antara skizofrenia dan sindrom Tourette. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat 5 pasien yang pertama kali mengembangkan sindrom Tourette dan kemudian juga mengembangkan skizofrenia dengan gejala gejala positif dan negatif.
Dari kedua hasil penelitian tersebut, akhirnya saya mulai melakukan penelitian mini berdasarkan studi penelitian terdahulu dan menemukan 3 kesimpulan.  
Kesimpulan pertama, "bahwa ternyata gangguan sindrom Tourette bukan merupakan sebuah gangguan yang berdiri sendiri, namun selalu berkaitan dengan gangguan gangguan lain. Gangguan gangguan lain yang terkait dengan sindrom Tourette antara lain adalah ADHD, OCD, anxiety, autisme dan skizofrenia" (Kurnia Amirullah : 2013).  
Kesimpulan kedua, "sindrom Tourette juga bisa berkaitan dengan skizofrenia. Dengan demikian ada hubungan signifikan dan terdapat keterkaitan antara sindrom Tourette dan skizofrenia. Artinya, orang yang mengalami sindrom Tourette juga bisa mengalami skizofrenia. Begitu juga sebaliknya" (Kurnia Amirullah : 2013).
Kesimpulan ketiga adalah "seseorang yang mengalami 2 penyakit ini, sindrom Tourette dan skizofrenia, pertama kali akan mengalami gangguan sindrom Tourette terlebih dahulu, kemudian baru menunjukkan gejala gejala skizofrenia" (Kurnia Amirullah : 2013). Hal ini mengacu pada penelitian sebelumnya dari N. Muller (2002). Hal ini juga seperti yang terjadi pada diri saya, dimana saya mengembangkan gejala gerenyet (sindrom Tourette) terlebih dahulu baru kemudian mengalami skizofrenia.
Itulah ketiga kesimpulan dari penelitian saya yang bersumber dari pengalaman pribadi saya dan mengacu pada penelitian penelitian terdahulu dan dari pengalaman saya sendiri. Semoga dapat bermanfaat. Alhamdulillah, skizofrenia dan sindrom Tourette tidak mengganggu diriku lagi. Apapun yang terjadi harus dihadapi, karena di dunia ini kita mesti tidak luput dari ujian. Sekarang aku lebih bersyukur dengan penyakitku sekarang. Teman teman lain yang menderita penyakit apapun itu jangan mudah menyerah. Yakinkan Tuhan sebagai penolong mu. Kita harus tetap bersabar dan melanjutkan impian kita. Kita harus tetap semangat dalam menghadapi penyakit kita. Semoga kita semua selalu diberikan karunia dari Tuhan dan bisa tetap semangat menjalani hidup. Amin.



TIC, TIC, TIC

Mungkin anda baru mengenal kata tic ini. Anda pasti akan bertanya tanya. Apakah tic itu ? Tic adalah gerenyet syaraf. Tic adalah gerakan gerakan yang tak terkendali yang terjadi pada tubuh. Tic ini adalah gerakan di luar kesadaran yang terjadi pada tubuh. Biasanya yang terserang adalah pada bagian kepala dan wajah. Wajah kita seakan akan terus bergoyang dan bergetar dengan hebat. Aku pun telah mengalaminya. Penyakit ini lebih sering memberikan dampak buruk bagiku, daripada skizofrenia. Sindrom Tourette adalah gangguan neuropsikiatri. Gangguan ini menyerang sel sel syaraf di otak sehingga akhirnya para penderitanya kehilangan kendali untuk bisa mengontrol bagian tubuhnya. Masa awal permulaan terjadinya gejala pada penyakit ini adalah pada masa anak anak dan awal remaja. Gejala awal terjadinya penyakit ini aku rasakan sejak aku SMA. Pada waktu itu rasanya badanku selalu bergetar dan aku tak mampu untuk mengendalikannya. Awal mula gejala penyakit ini adalah terjadinya kedutan pada bagian tubuh, seperti kepala dan wajah. Awal mula aku menderita penyakit ini aku hanya merasakan kedutan di kepalaku. Dan itu hanya kurasakan sesekali. Istilahnya, dalam frekuensi satu - dua, yaitu kedutan hanya terjadi sekitar 1 atau 2 kali dalam beberapa jam. Namun seiring dengan waktu, nampaknya tic ku semakin parah. Dan akhirnya kedutan itu berubah menjadi tic, gerenyet urat syaraf yang berlangsung secara terus menerus. Sehingga dalam 1 menit saja aku bisa mengalami beberapa kali gerenyet.
Kehidupan ku langsung berubah ketika itu. Aku menjadi serba salah. Karena gerenyet itu aku sempat menjadi rendah diri di kelas. Aku tidak percaya diri ketika berhadapan dengan teman teman ku. Tic itu begitu spontan dan mendadak sehingga aku sempat tidak tahu harus berbuat apa. Biasanya aku selalu mengakalinya. Agar tidak bertambah parah, aku sering menundukkan kepalaku sebentar, untuk meredakan gejala tic ku. Tapi biasanya setelah itu gejala tic ku muncul lagi. Sehingga praktis hampir setiap jam kulalui dengan gejala tic itu. Waktu itu aku masih belum tahu tentang penyakit ini. Sehingga waktu itu aku tidak tahu cara cara yang tepat untuk menyembuhkannya. Waktu itu aku menjadi sangat gelisah. Aku tidak tahu aku harus bagaimana dengan keadaan ku. Pengetahuan atau kesadaran tentang adanya sindrom ini memang mutlak diperlukan oleh penderita. Karena jika kita sudah mengetahui gejala gejala yang ada, maka kita dapat segera menemukan solusi tentang permasalahan kita. Dengan begitu, kita bisa segera ke dokter untuk memeriksakannya. Aku pun begitu. Setelah mengetahui penyakit ini aku pun langsung menjalani pengobatan. Pengobatan sangat penting untuk penderita karena akan meningkatkan kualitas hidupnya. Dan tentunya akan meminimalisir gejala gejala gangguan gerakan tersebut.
































REFLEKSI TOURETTE


            Pada awal mula aku menderita penyakit sindrom Tourette, yaitu pada saat aku kelas 2 SMA, aku awalnya tidak mengetahui apa apa tentang keadaan ku waktu itu. Waktu itu adalah masa masa remaja ku, dimana pada waktu itu aku masih mencari bentuk dari karakterku yang sebenarnya. Di saat itulah tiba tiba gejala awal tic mulai terjadi pada diriku. Kejadian ini terjadi sebelum aku mengalami skizofrenia. Waktu itu mulai muncul kedutan kedutan pada kepala dan wajahku. Kemudian dari kedutan itu intensitas nya meningkat menjadi tic atau gerenyet syaraf. Pada waktu itulah masalah mulai terus menghampiriku. Sejak aku mengalami tic itu, aku mulai tak bisa mengendalikan gerakan gerakan tubuhku. Bahkan untuk berdiri dengan posisi tubuh yang seimbang aku nyaris tak bisa melakukan nya. Gerakan dan posisi tubuh ku selalu tak seimbang. Posisi tubuh yang abnormal, seperti menunduk dan membungkuk itu dari hari ke hari aku rasakan. Posisi tubuh abnormal yang dipertahankan itu pada waktu itu disertai dengan tic atau gerenyet tubuh. Waktu itu gerakan gerakan involuntar/ gerakan gerakan yang tak dikehendaki juga seringkali menjadi gejala ku. Gerakan tubuh yang aneh ditambah dengan adanya tic yang semakin hari semakin sering juga menjadi masalah buatku.
            Waktu itu aku berpikir, mengapa hanya aku saja yang mengalami gejala gejala itu ? Kenapa teman teman ku tidak ada yang berperilaku seperti aku juga ? Gangguan gerak ditambah posisi tubuh abnormal yang aku alami waktu itu sangat terlihat jelas sehingga aku juga menjadi malu dengan teman teman sekelasku. Namun pada waktu itu aku tidak langsung paham dan sadar bahwa ternyata aku menderita sindrom Tourette. Waktu itu aku hanya berpikir bahwa hal itu merupakan suatu hal yang biasa. Namun, ternyata meskipun aku berusaha untuk hidup normal dengan nya, aku tetap merasakan bahwa aku sebenarnya memiliki gangguan, I really have a syndrome... a movement disorder called tic, yang turut menjadi bagian dari kehidupan ku saat ini. Pada waktu pertama kali aku merasakan nya, aku sama sekali tidak menganggap bahwa itu merupakan suatu gangguan, meskipun gejala itu sangat nyata dan betul betul kurasakan. Aku tetap beraktifitas seperti biasa, walau aku waktu itu tahu bahwa aku sebenarnya merasakan ketidaknyamanan dengan kondisi tubuhku saat itu. Namun akhirnya setelah aku menyadari bahwa aku ternyata memiliki gangguan dan keterbatasan ini, aku cukup menjadi sadar dan menerima keadaan ku. Hidupku memang banyak berubah setelah aku mengalami gejala gejala sindrom ini, namun aku rasa aku harus tetap memiliki semangat juang untuk bangkit. Untuk sembuh dan kembali melakukan kegiatan dengan normal seperti sebelum aku sakit. Aku setelah itu menjadi sadar tentang penyakitku dan aku yakin bahwa dengan semangat dan tekad untuk bangkit, maka aku dapat menghadapi penyakit ini dan kembali beraktifitas dengan normal.
            Walau kini aku sudah dapat kembali beraktifitas dengan gangguan yang minim, namun aku harus tetap berjuang menghadapi penyakit ku. Kita harus yakin bahwa penderita sindrom Tourette bisa sembuh dan dapat kembali beraktifitas seperti biasa. Akhirnya aku bisa menerima keadaan ku saat ini. Di kala aku sedang menghadapi penyakit ku ini, aku sekarang banyak membaca tentang penyakit ini dan terus menerus berdoa kepada Allah, semoga aku dapat sembuh dan dapat kembali beraktifitas dengan gangguan yang minimal. Aku harap teman teman yang juga menderita penyakit ini dapat juga kembali semangat dan tetap bisa bermanfaat bagi orang lain. Keep Spirit !























SKIZOFRENIA DAN TOO RED SYNDROME

Setelah sekian lama berkenalan dengan sindrom Tourette, saya punya sebuah istilah yang unik untuk sindrom ini yaitu “Too Red Syndrome” atau sindrom terlalu merah. Istilah ini memang bisa dimaknai berbagai macam. Saya menyebut nya Too Red Syndrome awalnya hanya sebagai ungkapan unik. Tapi kemudian setelah saya renungi lagi, mungkin “sindrom terlalu merah” ini cocok juga sebagai sebutan untuk Tourette Syndrome. Karena mungkin dengan mengalami sindrom Tourette, maka gerakan kita akan berada dalam warna merah yaitu hati hati.
            Ya, selama mengalami sindrom Tourette ini sejak saya kelas 2 SMA, saya memang seringkali menemukan catatan merah dalam perjalanan gerak saya. Sejak dari kelas 2 hingga kelas 3 SMA saja, saya sering menemukan ketidaknyamanan ketika harus berhadapan dengan sindrom ini. Sindrom ini menyerang saya begitu hebat ketika itu. Saat saat SMA saya akui adalah masa masa terparah perjalanan penyakit saya ini. Sehingga saya menjadi tidak fokus mengerjakan soal dan mengalami mikrografia. Mikrografia adalah menulis secara melenceng dan tidak beraturan. Hal ini biasanya diakibatkan oleh pengaruh gerenyet yang mendera tubuh. Mikrografia selain dialami penderita sindrom Tourette, juga sering dialami oleh penderita Parkinson dan tremor. Jadi ketika mengalami mikrografia ini, jika kita menulis di kertas, maka tulisan kita tidak akan tepat dan selalu melenceng serta tidak beraturan. Hal ini menandakan saat itu kita mulai mengalami gerenyet yang parah hingga ke tangan.
            Selain mengalami mikrografia, saya juga menjadi tidak fokus dengan pekerjaan dan kuliah saya. Biasanya ketika kuliah saya duduk di depan, dan ketika kelas penuh dengan anak anak, saya biasanya menjadi tidak dapat berkonsentrasi di dalam pelajaran. Rentang perhatian saya menjadi rendah karena saya mengalami gerenyet yang cukup parah. Sering gerakan kepala yang tidak beraturan itu membuat saya menjadi rendah diri di kelas karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar yang serba dinamis. Sindrom Tourette adalah sebuah penyakit yang sangat mengganggu kehidupan saya sehari hari. Menderita penyakit ini berarti saya harus siap siap melewati derita dengan mengalami gerenyet secara terus menerus. Hal ini tentunya adalah pengalaman yang tidak mengenakkan bagi kita. Karena setiap hari kita harus berusaha agar tubuh kita tetap diam dan tidak bergetar.
            Mengalami sindrom “terlalu merah” juga layak saya berikan kepada penyakit skizofrenia. Karena mengalami penyakit ini berarti siap siap untuk tidak bisa merasakan realita yang sesungguhnya yang terjadi di dunia. Ya, sejak saya mengalami skizofrenia, saya selalu mengalami delusi dan waham waham yang parah yang menimpa saya. Mulai dari suara suara di kuping yang memekakkan telinga hingga timbulnya delusi delusi yang selalu mewarnai hidup saya. Mengalami delusi berarti mengalami mimpi buruk. Karena kita dipaksa untuk menghadapi situasi yang sangat jauh dari realitas yang ada. Pikiran kita juga terus menerus diwarnai dengan kecemasan dan ketakutan yang irasional sehingga terkadang kita akan selalu jatuh ke dalam jurang kesedihan dan keputusasaan.
            Ya, mengalami sindrom Tourette dan skizofrenia adalah seperti melewati fase yang buruk bagi saya. Catatan merah nya selama saya menjalani hidup dengannya tidak akan pernah saya lupakan. Asam manisnya memberikan pelajaran baru buat saya selama ini.



























GAGAP DAN PALILALIA

Selain mengalami skizofrenia, aku juga mengalami gangguan neuropsikiatrik lain yaitu sindrom Tourette. Sindrom Tourette adalah gangguan gerak neuropsikiatri yang biasa mendera kepala dan wajah. Jadi, kepala dan wajah orang yang menderita sindrom ini akan bergetar dan bergerak dengan tak terkendali. Jika dalam terminologi ilmu kesehatan mental, sindrom Tourette masuk dalam gangguan neurosis. Nah, waktu aku menderita sindrom Tourette itu, aku juga sering mengalami gagap dan palilalia (mengulang ulang kata atau frase sendiri). Aku pernah punya pengalaman seputar masalah gagap ini. Yaitu saat aku berada di kelas 3 SMA. Pada saat pelajaran bahasa, guruku mewajibkan seluruh siswanya untuk membuat esai yang nantinya harus dibacakan di depan kelas tanpa harus melihat teks. Jadi seluruh siswa diwajibkan untuk menceritakan esai mereka di depan kelas secara bergantian. Aku pada waktu itu menjadi gugup. Karena pada waktu itu gerenyet motorikku dalam keadaan parah.
Akhirnya tibalah saat pembacaan esai itu di depan kelas. Satu per satu teman teman ku maju ke depan kelas untuk membacakan esai yang mereka buat. Di depan kelas, aku melihat mereka pada awalnya juga gugup, tapi setelah itu mereka dapat membacakan esai itu dengan lancar. Aku berpikir bagaimana hal itu nanti terjadi padaku. Aku sukar untuk berkonsentrasi dengan gerenyet motorik dan dalam menghapal esai yang nanti akan aku bacakan.
Kemudian akhirnya tiba giliranku untuk membaca esai itu. Pada awalnya aku gugup. Kemudian aku mulai  menceritakan esaiku. Pada awal pembacaan, tak disangka gerenyet motorik mulai menyerangku. Badanku agak membungkuk dan kepalaku mulai bergerak gerak pelan. Tapi esai itu tetap kubaca dengan lancar. Hingga kemudian sampai di tengah esai, pembicaraan ku agak tersendat dan aku mulai gagap dalam mengkomunikasikan pikiranku, tapi kemudian setelah itu untungnya aku jadi lancar kembali dalam membacakan teks ku.
Pengalaman gugup ketika berada di depan kelas itu sampai sekarang masih aku ingat. Dan pada waktu waktu berikutnya, terkadang aku masih mengalami gagap itu. Tidak hanya ketika harus berbicara di depan umum, bahkan ketika berbicara dengan orang lain saja aku bisa gagap dalam berbicara. Pikiranku jadi sulit untuk diungkapkan dan menjadi sedikit kaku.Cara untuk menghadapi tic vokal ini sebenarnya adalah kau harus tahu apa yang hendak kau bicarakan, terutama ketika berbicara di hadapan orang banyak. Gagasan kita harus kita ketahui dengan benar dan kita harus betul betul menguasai materi yang hendak kita sampaikan itu dengan yakin sehingga gerenyet vokal itu dapat sepenuhnya kita hindari.
Hal lain yang aku sering lakukan adalah palilalia, yaitu mengulang kata kata atau frase yang telah diucapkan. Jadi misalnya aku sering berbicara tentang suatu kalimat, kemudian kalimat itu akan aku ulang lagi pada pembicaraan berikutnya. Itulah yang dinamakan palilalia, yaitu mengulang kalimat atau frase sendiri. Hal ini biasanya bertujuan tanpa makna, seringkali hanya sebagai kalimat penghibur diri. Itulah pengalaman ku selama aku mengalami gagap dan palilalia. Semoga mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang masalah ini.








                               












GEJALA DAN CIRI CIRI UTAMA SINDROM TOURETTE

Orang yang menderita sindrom Tourette tentu akan terganggu dengan keadaan tubuhnya. Selain berpengaruh pada tubuh, hal tersebut juga berpengaruh pada aspek psikologis penderita. Gangguan gerak yang terjadi terus menerus akan menimbulkan ketidaknyamanan dan stres bagi penderita. Sindrom Tourette yang juga merupakan penyakit neuropsikiatri juga bisa diakibatkan karena tekanan mental (stres atau depresi). Penyakit ini juga diketahui menyerang sel sel syaraf neurotransmitter di otak sehingga neurotransmitter tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya akan terjadi gerenyet dan gerakan yang tak terkendali pada tubuh. Mungkin masih banyak orang yang tidak tahu dan belum bisa membedakan sindrom Tourette dan penyakit gangguan gerak lain seperti dystonia, chorea, athetosis atau Parkinson. Jelas sekali diantara penyakit penyakit tersebut memiliki perbedaan dan dapat dibedakan. Meskipun sama sama penyakit gangguan gerak (movement disorders) tapi di antara penyakit penyakit tersebut terdapat perbedaan dan ciri khas masing masing yang membedakannya dengan penyakit lain. Ciri ciri dan gejala utama yang terdapat pada sindrom Tourette antara lain :
1.) Adanya tic
Tic disebut juga gerenyet syaraf. Orang yang menderita sindrom Tourette tidak bisa mengendalikan gerenyet gerenyet yang terjadi pada tubuhnya. Gerakan gerakan yang tak terkendali itu berlangsung secara terus menerus dan mendadak. Gerakan yang terjadi biasanya adalah gerakan yang berlangsung cepat dan stereotip. Gejala awal nya mendadak dan bisa berlanjut hingga semakin parah. Namun gejala gejala itu akan jauh berkurang ketika penderita memasuki usia remaja akhir. Tic yang terjadi pada sindrom Tourette antara lain adalah tic motorik dan pada beberapa pasien ditemukan tic vokal (berdehem, palilalia).
2.) Masa awal terjadinya gejala penyakit ini adalah sebelum usia 21 tahun
Gejala awal penyakit ini biasanya menyerang pada usia muda. Gejalanya biasanya mulai tampak pada usia 2 tahun sampai dengan 21 tahun, dengan usia rata rata permulaan terjadinya gejala sekitar usia 7 tahun. Permulaan tic biasanya ringan dan jarang, namun dari hari ke hari gejalanya dapat bertambah parah.
3.) Frekuensi tic harus terjadi berkali kali sehari, hampir setiap hari, selama lebih dari satu tahun, tanpa periode pengurangan selama tahun terjadi yang berlangsung lebih lama dari dua bulan.
4.) Lokasi, jumlah, frekuensi, jenis, kompleksitas atau keparahan tic harus berubah dari waktu ke waktu.
5.) Gangguan ini dapat menyebabkan stres yang ditandai oleh penurunan yang signifikan dalam hal belajar, pekerjaan dan sosial.
6.) Selain gangguan tic, penderita juga kesulitan untuk memusatkan perhatian dan berkonsentrasi terhadap suatu hal. Penderita bisa kehilangan konsentrasi dan tidak bisa memusatkan perhatiannya terhadap suatu hal dalam jangka waktu yang lama.
7.) Terjadi keanehan gerak tubuh
Pada penderita sindrom Tourette, jelas nyata terlihat bahwa penderita tidak bisa menyeimbangkan posisi tubuhnya. Terjadi keanehan dalam setiap gerakan dan dapat menimbulkan gerakan postur yang abnormal.
8.) Penyakit ini juga sangat berkaitan dengan faktor psikologis
Stres dan depresi juga berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap penyakit ini.
9.) Biasanya penderita Sindrom Tourette juga memiliki gejala neuropsikiatri lain yang terkait seperti OCD (Obsessive Compulsive Disorder) dan anxiety (gangguan kecemasan).
Itulah ciri ciri utama dari sindrom Tourette. Penyakit ini memang memiliki persamaan dengan dystonia, namun keduanya berbeda. Ada ciri ciri utama yang membedakan penyakit ini dengan dystonia. Begitu juga dengan chorea dan athetosis. Ciri ciri penderita chorea adalah mereka tidak dapat mempertahankan postur yang berkelanjutan. Sementara perbedaan nya dengan Parkinson dapat dibedakan. Gejala awal Sindrom Tourette terjadi pada usia muda, sedangkan gejala awal Parkinson terjadi pada usia tua. Itulah gejala dan ciri ciri utama sindrom Tourette dan perbedaannya dengan gangguan gerak lain. Semoga bermanfaat.











PREVALENSI SINDROM TOURETTE

Pemahaman dan awareness terhadap sindrom Tourette memang perlu untuk dilaksanakan, karena memang gejala gejala penyakit ini memang bisa berat dan sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental seseorang. Orang yang menderita penyakit ini memang sangat sulit untuk mengendalikan gerenyet tubuhnya, sehingga orang tersebut akan sulit untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya. Dengan adanya edukasi dan pemahaman yang baik maka kita dapat mengendalikan penyakit ini. Penderita perlu diberikan support dan semangat agar kembali sembuh dan dapat beraktifitas dengan normal kembali. Dengan begitu maka kualitas hidup pun akan semakin baik.
]Prevalensi (jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit) sindrom Tourette pada awalnya dilaporkan hanya sedikit. Itu karena pada waktu itu belum ada kriteria medis standar yang dibentuk untuk mendiagnosa sindrom Tourette. Namun kini, penderita sindrom Tourette semakin bertambah setelah dibentuk kriteria diagnosa standar untuk mendiagnosa gejala sindrom Tourette. Dalam beberapa tahun terakhir memang angka penderita semakin bertambah sehingga pemahaman dan awareness (kepedulian) terhadap penyakit ini memang harus dilakukan.
Salah satu penelitian awal dilakukan melalui survei populasi umum pada tahun 1973, yang menunjukkan bahwa hanya 430 kasus telah dilaporkan di seluruh dunia dalam populasi sekitar 3,9 miliar orang, menunjukkan bahwa gangguan tersebut relatif jarang. Namun, studi ini diterbitkan pada tahun 1973, jauh sebelum kriteria medis standar telah dibentuk dengan tepat untuk mendiagnosa sindrom Tourette. Pada tahun 1984, studi prevalensi tambahan telah berubah memperkirakan sekitar 0,05 persen, atau 1 dari setiap 2000 orang, menunjukkan peningkatan pengetahuan dan diagnosis yang benar dari sindrom Tourette. Pada tahun 2008, prevalensi sindrom Tourette sekitar 1 - 2 kasus dalam setiap 100 orang (M.M Robertson, 2008). Dengan demikian selama bertahun tahun telah meningkatkan pengetahuan tentang sindrom Tourette sebagai gangguan neurologis, lebih banyak menggunakan skala rating sindrom Tourette telah menunjukkan bahwa gangguan ini, yang pernah dianggap sangat jarang, terjadi pada sekitar 1 sampai 2 persen dari populasi dunia. Itu artinya, dari 100 orang, terdapat 1 atau 2 orang yang menderita sindrom Tourette.
Beberapa tic yang muncul selama masa anak anak akan hilang sepenuhnya dari waktu ke waktu pada diri mereka sendiri, yang disebut gangguan tic sementara (Transient Tic Disorder). Gangguan ini tampaknya jauh lebih umum daripada sindrom Tourette, terjadi dalam 6 sampai 20 persen dari semua anak. Dengan demikian, hanya sebagian kecil anak anak yang mengembangkan gejala tic benar benar meneruskan untuk mengembangkan semua gejala sindrom Tourette. Prevalensi gangguan tic motor kronis (Chronic Motor Tic Disorder) dan gangguan tic vokal kronis (Chronic Vocal Tic Disorder) kira kira sama dengan sindrom Tourette yaitu 1 sampai 2 persen.
Oleh karena itu, awareness dan pemahaman tentang sindrom ini harus terus di laksanakan sehingga penderita dapat lebih peduli terhadap kesehatannya dan dapat kembali menjalankan aktifitas secara normal.






































BAGIAN 2
BAHASA JIWA










AKU DAN MAS AGUS

Aku punya kakak sepupu namanya mas Agus. Yang membuat aku lebih nyaman jika bersamanya adalah karena kakak sepupuku ini juga menderita skizofrenia. Dia terkena penyakit ini lebih dulu daripada aku, yaitu kira kira pada masa remajanya. Sekarang umur mas Agus kira kira awal 30 an tahun. Aku suka sekali jika berdekatan dengan mas Agus, karena kami sama sama lebih tahu tentang keadaan kami. Kami sama sama punya respek yang tinggi salah satunya karena kami sama sama menderita skizofrenia. Mas Agus ini dulu waktu sedang kambuh skizofrenia nya sering naik sepeda hingga jauh bahkan hingga ke luar kota. Ia betah jika naik sepeda hingga berjam jam. Ia bahkan sudah menjelajah naik sepeda hingga ke kota tetangga. Aku sampai tak bisa membayangkannya. Kesungguhan dan niatnya bersepeda sampai ke kota tetangga itu barangkali terdengar tidak umum bagi orang biasa. Barangkali hal itu untuk meredakan stres nya. Di kala stres, mungkin mas Agus tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Akhirnya ia pun memilih untuk naik sepeda hingga ke luar kota.
Mas Agus orangnya sangat baik. Jika kambuh ia selalu melakukan kegiatan seperti bersepeda atau hanya diam di kamar. Ia tidak pernah marah marah. Jika stres melanda, paling ia hanya beraktifitas dengan barang barang dapur di kamarnya. Aku bahkan memiliki memori tersendiri terhadap kakak sepupuku ini. Dulu, ketika aku masih SD, nenekku datang dengan mas Agus dan mampir untuk menginap di rumah ku di Jombang. Pada waktu itu aku masih SD, kalau tidak salah kelas 4 atau kelas 5 SD. Pada waktu itu, nenek ku hanya datang berdua dengan mas Agus. Pada waktu itu, aku sering melewatkan waktu berdua dengan bermain dengan mas Agus. Aku selalu mengajak mas Agus pergi jalan jalan. Ya, waktu itu dengan jalan kaki keliling komplek perumahan. Terkadang aku juga mengajaknya main permainan Sega, permainan video game yang saat itu sedang populer.
Waktu itu, aku juga sempat bersepeda bareng dengan mas Agus. Aku selalu diboncengnya. Mas Agus yang menyetir, sedangkan aku selalu duduk di depan atau di belakang kemudi. Suatu ketika, aku pernah diajaknya naik sepeda hingga jauh. Bahkan waktu itu, seingatku, aku pernah diajak naik sepeda hingga ke stasiun kereta. Itu jauh sekali dari rumahku. Aku sempat ragu apakah mas Agus akan membawaku keliling naik sepeda hingga jauh atau entah kemana. Tapi akhirnya mas Agus membawaku kembali pulang. Itulah sebagian cerita yang aku ingat dari mas Agus.
Mas Agus juga tidak menolak jika diajak jalan jalan. Oleh karena itu, aku sering mengajaknya jalan jalan. Pada waktu itu, aku ingat, mas Agus juga sering kambuh. Ketika malam, ia tidak bisa tidur dan sering bermain main dengan panci dan barang barang dapur. Ia sering membuat kegaduhan ketika malam dan hal itu yang membuat nenek ku selalu marah kepadanya.
Jika aku didiagnosis dokter mengalami skizofrenia paranoid, hal yang sebaliknya dialami mas Agus. Dari tingkah lakunya ia seperti mengalami skizofrenia katatonik. Hal ini karena ia betah duduk berjam jam tanpa ada kegiatan lain. Tapi meskipun begitu, aku respek dengan mas Agus. Ia adalah sepupu dekatku karena sama sama mengalami skizofrenia, tentu hati kami jadi lebih klik satu sama lain. Mas Agus sudah bertahun tahun mengalami skizofrenia, tapi yang aku kagum darinya adalah ia dapat berdamai dengan penyakitnya itu dan dapat kembali hidup normal. Aku selalu berharap semoga Mas Agus dapat diberikan kesembuhan oleh Allah dari penyakitnya dan semoga jalinan kekeluargaan kita dapat lebih menyatu. Amin...





















DI RUANG KELAS, DI RUMAH MAKAN, DI KAPAL LAUT

Selain mengalami gangguan skizofrenia, aku juga mengalami gangguan gerak sindrom Tourette yang intens. Gangguan ini ditandai dengan adanya gerenyet atau gerakan gerakan tubuh yang tak terkendali. Gerenyet yang kurasakan akan semakin bertambah parah bila aku berada di tempat tempat yang penuh keramaian atau di ketinggian. Aku pernah mengalami kejadian ini terutama saat aku menjalani kuliah di kampusku. Kampus ku di Universitas Jember memiliki dua lantai. Terkadang aku bahkan juga menjalani kuliah di lantai dua. Kejadian tak mengenakkan biasanya lebih sering aku alami ketika aku menjalani kuliah di lantai dua kampusku itu. Di ruang kelas, biasanya aku duduk di barisan bangku paling depan. Di pojok kiri ruangan lah biasanya aku duduk. Bila sudah begitu, karena aku juga fobia akan ketinggian, maka gerenyet ku akan lebih sering menderaku di ruang kelas itu. Aku akan lebih sering menunduk dan bila kupaksakan untuk duduk tegap, maka yang timbul adalah gerenyet itu. Gerenyet akan muncul tiba tiba bila aku duduk di ruang kelas di lantai dua kampusku. Aku tak tahu mengapa. Tapi yang jelas gerenyet ku akan kambuh lebih hebat jika aku berada di tempat ketinggian.
            Namun tidak hanya ditempat ketinggian, gerenyetku akan kambuh lebih hebat, bahkan ketika di ruang kelas yang ramai pun maka gerenyet ku akan kambuh lebih cepat dari sebelumnya. Pernah ketika itu aku menjalani perkuliahan di lantai 1 kampusku, aku duduk di bangku paling depan. Waktu itu keadaan ruang kelasku ramai sekali. Hampir satu ruangan kelas itu dipenuhi oleh mahasiswa mahasiswa seangkatan. Hampir selama dosen menerangkan di depan kelas, kepalaku hanya bisa menunduk ke bawah dan menulis. Seringnya, hal itu juga diselingi dengan adanya gerenyet yang hampir setiap menit kualami. Jadi sering ketika di kelas aku selalu terbebani dengan adanya tic (gerenyet) yang selalu mengenaiku. Bahkan selama jam perkuliahan yang dua jam itu aku selalu disibukkan oleh gerenyet dan kepala menunduk itu ketika di kelas.
            Selain mengalami gerenyet, di kelas aku juga sering mengalami mikrografia. Mikrografia adalah bentuk tulisan yang lambat laun akan semakin mengecil dan melenceng yang diakibatkan oleh gerakan tak terkendali dari tubuh itu. Ketika mengalami hal ini, tulisanku di atas kertas akan semakin mengecil dan melenceng disebabkan karena aku mengalami tic atau gerenyet yang parah. Mikrografia juga diketahui dialami oleh penderita Parkinson dan tremor. Karena gerenyet dan mikrografia yang kualami di kelas itulah aku sering tidak bisa melakukan konsentrasi ketika berada di kelas. Aku jadi tidak bisa memusatkan perhatian dengan jelas kepada apa yang tengah disampaikan dosen di kelas. Walau begitu, hal itu tetap tidak mempengaruhi semangat belajar ku di kelas. Aku tetap serius dan tetap mendalami pelajaran yang telah diberikan oleh dosenku ketika berada di dalam kelas.
            Kejadian lain yang kuingat seputar pengalamanku mengalami tic adalah ketika aku berada di tempat yang penuh akan orang atau di tempat tempat keramaian. Disitulah biasanya tic ku akan kambuh. Memori yang kuingat adalah ketika aku berada di salah satu rumah makan terkenal di Probolinggo. Pada waktu itu, aku hendak ke Surabaya bersama keluargaku. Dan ketika sampai di Probolinggo, aku transit di rumah makan Probolinggo itu untuk makan. Ketika berada di rumah makan itu, banyak orang yang telah memadati meja mejanya. Rumah makan Tongas, rumah makan itu, memang adalah rumah makan yang selalu ramai dipadati pengunjung. Baik pada hari hari biasa atau hari liburan. Ketika aku kesana hari itu, meja meja rumah makan banyak yang telah ditempati oleh pengunjung. Rumah makan yang luas itu begitu sesak oleh banyak orang yang ingin makan. Akhirnya, kami dapat duduk di salah satu meja yang kosong. Namun disekitar kami telah banyak pula orang yang duduk. Ketika di tempat keramaian seperti itulah, tic (gerenyet) ku tiba tiba menggangguku lagi. Aku jadi mengalami gerenyet yang tak terkontrol dan kepalaku menjadi lebih sering menunduk ke bawah. Aku tak mengerti mengapa gerenyet ku selalu kambuh di tempat yang penuh akan keramaian. Yang jelas ketika itu, badanku seolah tak bisa bergerak, kepalaku menjadi menunduk dan gerenyet bagian atas kepala menjadi tak bisa kuelakkan. Perilakuku yang cenderung aneh itu bahkan menjadi pusat perhatian orang lain. Banyak orang lain yang menjadi menatapku di rumah makan itu. Gerenyet yang tak terkendali ketika itu selalu terjadi spontan, tanpa bisa aku kendalikan. Sehingga membuat hari hariku menjadi muram.
            Kejadian lain yang aku ingat ketika aku berhadapan dengan tic atau gerenyet adalah ketika kampusku mengadakan study tour ke Bali pada suatu waktu. Pada waktu itu, salah satu dosen mata kuliah di kampusku hendak mengadakan study tour untuk para mahasiswanya ke pulau Bali. Pada hari yang sudah ditentukan, akhirnya rombonganku pun berangkat dengan menaiki bis menuju pulau Bali. Pada tengah malam, ketika rombongan bisku sudah sampai ke pelabuhan hendak menyeberang ke Bali, bis ku pun beralih menaiki kapal laut. Dan ketika berada di kapal laut itulah tiba tiba gerenyetku menjadi bertambah parah. Ceritanya, pada waktu itu bis ku pun menumpang kepada kapal laut, hendak menyeberang ke pulau Bali. Kemudian rombongan yang ada di dalam bis pun dialihkan ke atas kapal laut itu. Ketika berada di kapal laut itulah tiba tiba gerenyet ku kembali kambuh semakin parah. Kepalaku kembali bergetar seiring dengan bergoyangnya kapal laut itu karena tengah menyusuri laut. Waktu itu tubuhku seakan menjadi kaku, kemudian di atas kapal laut itulah gerenyet tubuhku menjadi kambuh semakin parah. Aku hampir dibuat stres karenanya. Dan hampir selama perjalanan laut itulah aku harus berjuang dengan gerenyet yang tak terkendali itu. Aku melihat selama berada di kapal laut itu teman teman ku banyak yang sedang menikmati perjalanan laut mereka. Banyak diantara mereka yang sedang bersenda gurau bersama teman teman mereka yang lain. Sementara aku harus sibuk dengan gerenyet syaraf tak terkendali yang menyerangku secara spontan ketika aku berada di kapal laut itu. Mungkin akibat pengaruh laut dan perasaan takut tenggelam itulah yang menyebabkan aku mengalami gerenyet yang lebih parah dari biasanya. Momen di kapal laut itu adalah momen yang tak akan pernah kulupakan saat aku harus berjuang bersama gerenyetku yang semakin tak terkendali. Di saat itu, kau hanya bisa berharap satu, yaitu sindrom Tourette mu sembuh dan tidak akan mengacaukan hidupmu lagi.













BUKU PUISI UNTUK SAHABAT

Aku punya sahabat dekat di kampusku, namanya Edo. Edo adalah sahabat yang paling baik yang pernah aku temui selama ini. Ia sering kali memberikan ku motivasi motivasi selama aku berkuliah di kampus UNEJ. Arahan arahan dan motivasi motivasi yang diberikannya seringkali berguna untukku di dalam urusan kegiatan di kampus atau pembelajaran. Di kampus, ia adalah seorang ketua kelas yang sering dipercaya oleh dosen untuk mengorganisir serta memberikan perintah kepada teman teman satu angkatan di dalam kegiatan pembelajaran.
Aku mengenal nya sejak berada di bangku kuliah. Ia dulunya bersekolah di SMA Negeri 1 Jember, sedangkan aku bersekolah di SMA Negeri 2 Jember. Kami sering bermain dan belajar bersama. Apalagi ia sering menjadi tempat untuk berdiskusi dan belajar bersama diantara kami. Menurutku, ia adalah tipe organizer di kampus. Ia sering mengorganisir para teman teman nya di kampus dalam suasana diskusi kelas dan tugas tugas kuliah. Ia selalu mengerjakan tugasnya dengan penuh rasa dedikasi. Ia pun sering menjadi pemimpin kami ketika kami berada di kampus. Kepemimpinan nya membuat kami merasa ada yang memimpin kami dengan baik. Ia juga sering dipercaya oleh dosen untuk mengetuai kelas kami. Oleh karena itu, Edo adalah teman terbaik yang aku punya selama ini. Ia juga sering memimpin dan memotivasi teman teman lain yang membutuhkan bantuannya. Bagiku, ia adalah seorang motivator sejati. Ia juga dikenal disiplin di dalam pembelajaran. Dan nilai Ipk nya selalu di atas rata rata.
Pada hari itu, aku berinisiatif untuk memberi buku kumpulan puisi cetakan ku sendiri. Ya, di rumah aku mengumpulkan puisi puisi yang telah aku buat, kemudian aku kumpulkan hingga mencapai puluhan halaman, kemudian aku print sendiri kumpulan puisiku itu hingga menjadi sebuah buku, kemudian setelah itu aku jilid buku itu di tempat fotokopi. Hasil print buku yang masih sangat sederhana itu kemudian aku berikan kepada Edo. Ya, buku itu adalah sebagai suatu tanda persahabatan diantara kami. Aku memang ingin memberikan sebuah tanda persahabatan yang dapat dikenang sepanjang masa, dan akhirnya aku memilih untuk memberikan buku kumpulan puisiku kepada Edo, sahabatku. Edo, kuharap engkau dapat menerima buku pemberianku ini dan persahabatan kita akan tetap terjalin sepanjang masa. Amin...



ANTARA AKU, BLANK DAN TONI BLANK

Hari pahlawan adalah hari suatu nostalgia antara bibit generasi muda dan good government atau temperamental - @thetoniblank
Insomnia adalah suatu gerakan rakyat atau satu people machine untuk eksistensi siskamling - @thetoniblank
Rindu adalah satu rasa khas padang. Satu khas atau unit tempur TNI diatas udara atau air bag to school. Suatu home schooling - @thetoniblank
Timnas U-19 adalah suatu jenis timnas atau suatu tunas yang memiliki kandungan mineral. Mereka memiliki akar serabut yang bernilai pro love dan tidak terkontaminasi tuntutan istri-istrimu karena mereka adalah daun muda atau klorofil - @thetoniblank
Aku bisa punya gigi yang putih dan sehat karena suatu analogi simetris, rajin sikat gigi dan sikat gusi. Juga karena suatu konsistensi menjaga nilai-nilai kebangsaan di bulan Agustus dengan suatu perjuangan mengibarkan bendera merah putih. - @thetoniblank
Beberapa kalimat diatas saya kutip dari perkataan Toni Blank, seorang mantan penghuni sebuah panti sosial di kawasan kota Yogyakarta. Berdasarkan pengakuannya sendiri, Toni Blank mempunyai nama asli Toni Edi Suryanto. Dalam versi Jermannya, namanya adalah Tonikum Bayer. Toni Blank mengaku pernah bersekolah di SMA Padmanaba Yogyakarta dan juga sempat kuliah di UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta. Toni Blank punya cita cita ingin menjadi pelatih pesawat udara atau dia sebut “super star sky” atau “pelatih pilot NASA”. Selain itu, Toni Blank juga bercita cita ingin menjadi astronot teladan. Itu adalah sekilas masa lalu Toni Blank, yang entah bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. Toni Blank pernah dirawat di panti sosial karena ia menderita skizofrenia. Memang sebagian besar perkataan Toni Blank terkesan asal asalan, lucu bahkan ngawur. Namun jika kita perhatikan dengan seksama, perkataan dan kalimat Toni Blank kadang mengandung unsur kebenaran dan kelogisan. Unsur keunikan dari seorang Toni Blank inilah yang akhirnya menarik pihak X – Code Films untuk membuat sebuah tayangan indie show dengan bintang utamanya adalah Toni Blank yang bertajuk “Toni Blank Show”. Dengan teknik wawancara (interview), tim kreatif X-Code Films berusaha menggali opini, pesan, nilai, serta filosofi seorang Toni Blank atas kejadian aktual yang sedang berlangsung di masyarakat. Pada awalnya, video acara ini diedarkan secara terbatas melalui jejaring sosial Facebook. Namun, seperti biasa, akhirnya video video tersebut beredar luas di internet, khususnya di situs Youtube. Toni Blank Show dimulai sejak akhir tahun 2009 dan berlangsung hingga kini. Rupanya acara ini cukup diminati dan punya cukup banyak penggemar di internet. Penggemarnya tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri. Walau pernah menderita skizofrenia hingga harus dirawat di panti sosial, namun hingga kini akhirnya seorang Toni Blank bisa kembali ke masyarakat dan turut berperan sebagai pengkritisi atas berbagai macam isu yang sedang mengemuka di masyarakat seperti isu korupsi, DPR, Piala Dunia di Brasil hingga pemilihan presiden 2014.

Aku Dan Blank
Ini cerita tentang diriku. Bergeser sedikit dari topik tentang Toni Blank yang pernah “menggemparkan” jagat internet dengan segala keunikannya itu, kali ini kisah nya bergeser ke arahku. Aku memang bukan seorang Toni Blank yang dapat “menggemparkan” dunia internet. Tapi kali ini aku akan menceritakan sebuah peristiwa yang bagiku cukup “menggemparkan” hatiku kala itu. Pengalaman yang pernah aku alami ini terjadi sangat mendadak kepadaku, pernah membuat “pusing” hatiku, membuat tangisku pecah dan ini terjadi saat aku kambuh dari skizofrenia pada pertengahan tahun 2013 lalu.
Ceritanya bermula dari kampus tempat aku kuliah. Ketika itu aku sedang menaiki sepeda motor dan hendak pulang ke rumah. Saat sedang berkendara dengan sepeda motor itulah, tiba tiba di jalan aku terngiang lagi ucapan salah seorang temanku tadi saat di kampus. Tadi di kampus, kami memang sempat berbicara dan berdiskusi tentang skripsi kami. Entah kenapa, setelah aku berada di jalan hendak pulang, ucapan dan kata kata teman ku itu tadi kembali terngiang ngiang dan terdengar kembali di dalam kepalaku. Aku akhirnya tanpa sadar kembali mengulang ulang suara teman ku itu tadi di dalam kepalaku. Terus berulang ulang sehingga aku nyaris tidak bisa memperhatikan suasana lalu lintas yang ada di jalanan. Saat itu pikiranku berpacu dengan arus kendaraan dan kata kata teman ku itu terus bermunculan di kepalaku. Aku menjadi bingung dan akhirnya aku pun sampai di rumah dengan susah payah. Suara suara itu kembali muncul di kepalaku. Seakan memenuhi seluruh kepalaku.
Saat itulah, “insiden” yang kedua muncul. Saat masuk ke dalam rumah, waktu itu rumahku sedang sepi karena bapakku juga masih ada di kantor. Ketika membuka pintu rumah dan masuk ke dalam kamar, tiba tiba aku tersadar bahwa kunci kontak sepeda motorku tidak ada. Aku mencari kunci kontak itu dimana mana tapi tidak ketemu juga. Akhirnya, di dalam rumah itu aku kemudian menjadi bingung dan “pusing”. Aku saat itu bahkan bolak balik keliling di dalam dan luar rumah ku sendiri sambil mencari kontak motor yang hilang. Anehnya, aku sempat mengalami blank saat itu. Artinya, aku tidak mengetahui dan menyadari tentang tindakanku sendiri. Aku sempat mengalami blank, pikiranku kosong, dan seolah aku mengalami amnesia sementara. Ketika itu, aku bahkan sempat keluar masuk rumah hingga tiga kali dengan cara yang sama, yaitu mencari kontak di sepeda motor, ke kamar dan ke bagian belakang rumah. Hal itu aku ulangi hingga tiga kali tanpa aku sadar melakukannya. Akhirnya, kontak motorku dapat aku temukan di dalam sepatuku sendiri. Saat itu aku juga mendadak bingung saat hendak shalat. Waktu itu aku muter muter rumah sampai ngambil wudlu berkali kali karena sudah lupa, lalu aku ingat lagi setelah mengambil wudlu untuk ketiga kalinya, aku lalu berucap "Astaghfirullahaladzim", lalu aku akhirnya tersadar karena sudah muter muter berulang kali di dalam rumahku sendiri. Kejadian saat aku mengalami blank itulah, hingga aku muter muter di rumah ku sendiri tanpa sadar hingga 3 kali dan teringat saat mengambil wudlu dan berucap “Astaghfirullahaladzim” itulah, yang membuat diriku teringat pengalaman kelabu saat aku kambuh dari skizofrenia. Saat itu skizofrenia nampaknya hendak kembali menyerangku. Untunglah, dengan berdzikir kepada Allah, hatiku kembali menjadi ingat dan menjadi tenang. Aku akhirnya sembuh dari gejala “pikiran kosong” dan blank. Waktu itu, aku pun menangis kepada Allah. Aku menangis karena sempat tidak mampu menanggung beban berat di dalam hatiku. Tapi dengan berdzikir dan selalu ingat kepada Allah lah, maka hati ini akhirnya menjadi tenang dan akhirnya aku bisa sembuh dari gejala gejala skizofrenia.

Aku Dan Toni Blank
Saat ini, Alhamdulillah, aku bisa terbebas dari gejala skizofrenia dan mulai pulih. Aku kini terbebas dari gejala “suara suara” dan gejala kosong pikiran atau blank. Aku juga terbebas dari gejala amnesia sementara, yang merupakan gejala aktif skizofrenia. Semua itu tentunya berkat kebesaran Allah yang telah membukakan jalan bagiku hingga menuju jalan kesembuhan. Segala puji bagi Allah, Tuhan Sekalian Alam. Berdzikir mengingat Allah adalah salah satu kunci kesembuhan bagiku. Begitupun beribadah kepada Allah dan mensyukuri anugerah Nya. Kini, aku bisa kembali pulih. Saat ini, aku kembali teringat akan seorang Toni Blank, seorang pengidap skizofrenia yang mungkin dulu juga pernah menjadi “blank” dengan keadaannya. Aku kemudian membuat semacam definisi tentang skizofrenia. Kali ini aku tidak membuat definisi skizofrenia dari sisi medis atau psikologi. Aku terinspirasi dari Toni Blank, namun lebih jujur. Inilah dia makna skizofrenia bagiku.
"Skizofrenia adalah suatu ketetapan dari Tuhan, suatu anugerah, ujian dan hikmah agar kita bisa belajar untuk membangun kehidupan baru yang lebih baik lagi, berarti dan progresif". (Kurnia, 2014).

MENJADI COMIC DADAKAN

Siapa bilang seorang skizofren tidak bisa melawak ? Siapa bilang seorang skizofren hanya menjadi objek humor ? Siapa bilang seorang skizofren tidak bisa bercanda atau melontarkan humor ? Setiap orang bisa, bahkan ketika ia menderita skizofrenia. Saya percaya bahwa setiap skizofren memiliki sisi humor dalam dirinya, meskipun ada yang memilih untuk tidak mengungkapkannya secara langsung. Tapi sebagian dari skizofren senang melontarkan candaan dan punya “ilmu” humor sendiri. Bahkan humor yang dibawakan akan sedikit berbeda karena ia juga adalah seorang pengidap gangguan jiwa. Tentunya ada bagian dari dirinya yang suka akan humor. Tentunya seleranya akan humor mempunyai jiwa dan taste tersendiri, karena ia sudah pernah merasakan pengalaman pengalaman pahit dalam kehidupannya. Saya tidak berhumor ! Memang pada kenyataannya demikian. Dan akan selalu demikian.
Nah, sekarang mari kita mulai ceritanya. Saya juga terkadang suka sedikit humor. Bahkan kebiasaan humor ini bisa menjadikan saya seorang comic dadakan. Tapi bukan seorang comic yang tampil di atas panggung atau bahkan di televisi. Tidak juga tampil di atas panggung megah Stand Up Comedy Indonesia. Saya hanya seorang comic spesialis kamar mandi. Ya, benar. Jika sudah berada di kamar mandi, jika sedang mood, maka saya bisa menghabiskan waktu disana dengan melakukan stand up comedy sendirian. Ya, segala topik pembicaraan akan saya bahas. Mulai dari isu politik, korupsi, masalah persepakbolaan nasional dan timnas PSSI, sampai hal hal yang remeh temeh dan sepele juga bisa saya jadikan sebagai objek humor. Biasanya orang suka menyanyi di kamar mandi. Tapi saya memiliki cara lain. Saya akan menjadi comic di kamar mandi. Segala isu isu dan topik yang bermunculan dalam kepala saya juga akan langsung saya ceritakan di kamar mandi. Saya mengobrol ke sana kemari seperti angin, bahasa Jawanya, ngobrol ngalor ngidul. Kata dosen saya, bahasa kerennya, talking about the bush. Bahasa harfiahnya bisa bermakna “berbicara tentang semak semak”, maksudnya, pembicaraan mengikuti arah semak semak yang bergoyang karena tiupan angin. Begitulah. Saya terbiasa melakukan humor di kamar mandi atau di kamar sendiri dengan to the point, langsung mengena ke sasaran. Biasanya gaya lawakan saya menyinggung kasus kasus korupsi, atau berlagak menjadi komentator sepak bola yang sedang mengomentari suatu pertandingan dengan caranya yang khas, tetapi tetap dengan kelucuan khas saya.
Biasanya juga, selain di kamar mandi, saya melakukan stand up comedy di kamar saya ketika malam tiba. Saya biasa menjadi comic ketika malam, ketika kadangkala jenuh melanda, maka saya akan menjadi comic agar pikiran menjadi tenang dan tidak stres. Gaya lawakan saya tentunya ala saya dengan dipengaruhi sedikit oleh gaya berbicara ala Toni Blank, seorang penderita skizofrenia yang ngetop lewat acara “Toni Blank Show”. Meskipun saya belum pernah menonton acara itu, tapi saya terinspirasi dari kalimat kalimat Toni Blank yang ia tulis di halaman Facebook.
Bagi saya, meskipun tidak menjadi comic asli dan bermain di panggung, tapi menjadi comic buat saya menjadi cara dan solusi yang ampuh di dalam mengisi waktu luang. Dan bagi saya, menjadi seorang comic dapat menjadi terapi bagi jiwa agar tidak mendapatkan stres. Melakukan stand up comedy bagi saya dapat menjadi sarana terapi dan pemulihan dari stres. Karena jika saya sudah menjadi comic, maka beban di hati akan berkurang, karena saya dapat mengulas berbagai topik dengan cara humoris. Hati dan pikiran pun akan menjadi senang karena saya pun merasa terhibur dengan ocehan saya sendiri. Ya, sebuah ocehan dari seorang penderita skizofrenia, yang kadang asal, kadang bermakna.
Salam comic Indonesia !




















SAMA DAN TAK SAMA

Mungkin kita sering berpikir begini di dalam hati. Apalagi khususnya bagi kita yang menderita skizofrenia. Kita terkadang berpikir bahwa mungkin jalan pikiran orang yang normal berbeda dengan jalan pikiran kita yang menderita penyakit mental (skizofrenia). Saya sendiri, dalam beberapa tahun belakangan, sering berpikir begini: “Saya, sebagai penderita skizofrenia, kadang tidak bisa memahami jalan pikiran orang orang yang normal. Saya sulit memahami bagaimana pola pikir mereka sebagai orang normal. Apakah mereka dari dulu pikirannya sesuai dengan wataknya, seperti datar datar saja, atau terkadang mengalami naik turun. Dan bagaimana keadaan mereka sehingga mereka bisa mencapai karakter atau kepribadian mereka seperti yang sekarang? Saya tidak bisa memahami dengan jelas perjalanan hati mereka dan lakon hidup mereka. Saya sering bingung memikirkannya”. Saya seperti tidak bisa memahami jalan pikiran mereka.
Dan sama juga seperti saya. Mereka, orang orang yang normal itu, pastinya juga sulit atau tidak bisa memahami jalan pikiran atau pola pikir kita yang menderita gangguan mental. Mereka pasti tidak mengetahui dengan jelas bagaimana orang orang yang menderita gangguan mental menjalani hari harinya. Mereka pasti tidak tahu bagaimana rasanya menjadi penderita penyakit jiwa. Mereka pasti tidak tahu bagaimana gejolak dan perasaan hati orang orang yang mengalami penyakit mental ini. Bagaimana Gelombang Lautan Jiwa mereka, mengutip buku mas Anta. Mereka sama sekali tidak mempunyai gambaran soal itu. Soal pikiran orang orang yang mengalami “keistimewaan” seperti itu. Dalam pikiran saya, hanya keluarga lah yang paling bisa mengerti dan memahami bagaimana kita sebagai penderita penyakit mental menjalani hari hari kita. Dan psikiater dan psikolog, mereka mengetahui tentang kita lewat buku teks kedokteran dan pendidikan selama bertahun tahun.
Ya tapi tak apalah. Kita memang berbeda, tapi hakikatnya kita adalah sama. Kita adalah sama sama makhluk ciptaan Tuhan yang selalu belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Meskipun kita sama sama tak mengerti akan dunia masing masing; dunia skizofrenia bagi orang kebanyakan adalah dunia yang asing dan ganjil. Namun setidaknya kita hidup di bumi yang sama. Dan kita masih bisa saling menyapa dan berjalin tangan untuk berkenal dan bertutur sapa. Itulah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Walau kita berbeda, tapi harapan kita tetap sama. Tuhan tak pernah membedakan seseorang dari statusnya, yang membedakan hanyalah kadar iman dan ketakwaan semata.
Salam persaudaraan buat kita semua.
Salam Sehat Jiwa !
PENDAMPING HIDUPKU

Sejak remaja, aku tidak pernah berpacaran. Bahkan hingga aku selesai kuliah pun, aku tidak sempat merasakan bagaimana rasanya berpacaran. Mungkin tingkahku ini akan ditertawakan oleh orang lain. Bayangkan, ketika banyak orang dalam usia remajanya sudah berganti belasan pacar, aku bahkan tidak pernah tahu rasanya mengungkapkan cinta pada seseorang. Ketika orang lain sudah pernah bilang “I love you” kepada pacarnya, sampai pergi ke kafe dan nonton bareng ke bioskop dengan pacarnya, aku bahkan belum pernah sekalipun merasakan itu. Tapi atas hal itu, aku tidak pernah menyesal. Aku tidak pernah merasa iri kepada teman temanku yang berpacaran. Aku juga tidak akan merasa rugi jika melewatkan masa remajaku tanpa berpacaran. Walaupun begitu, sebagai seorang skizofrenia yang kerap dilanda perasaan cinta, aku pun kini mulai bisa merasakan perasaan itu kini menjalar kepadaku.  Seperti sebuah angin yang tiba tiba berhembus di dekatku, aku kini dapat merasakan desiran angin cinta itu didekatku. Ya, aku kini mulai mengenal adanya cinta. Cinta yang datang dari lubuk hati. Cinta yang tumbuh dan selalu bermekaran di hati.
Secara jujur akan aku ceritakan kepadamu, kini aku mencintai seorang gadis nun jauh disana. Seorang gadis yang telah menarik perhatianku sejak aku mulai mengenalnya. Aku mengetahui tentang rekam jejak dan profilnya lewat sebuah akun di media sosial. Sejak saat itu aku mulai memperhatikannya, sejak saat itu aku mulai mengenalnya dan jatuh cinta kepadanya.
Sejak saat itu aku mulai berikhtiar kepada Allah. Aku selalu berdoa kepada Allah agar aku diberikan pendamping hidup yang mau menerima aku apa adanya. Aku selalu berdoa agar gadis yang aku cintai itu dapat menjadi pendampingku kelak. Aku selalu berdoa dan berdoa kepada Allah agar aku dapat diberikan pendamping hidup yang setia dan baik hati. Aku selalu berharap ia juga akan mencintaiku seperti aku mencintainya.
Untuk seorang yang menderita skizofrenia seperti aku ini, memang sangat mengharapkan seorang pasangan yang mau mengerti dan peduli terhadap keadaanku. Pasangan yang mau menerimaku apa adanya dan mau mencintaiku dengan tulus. Fondasi cintaku ini aku bangun karena Allah. Aku mencintai seseorang tulus karena Allah semata. Aku memilih pasangan ini juga karena niat beribadah kepada Allah. Aku sangat mengharapkan cinta tulusnya, karena hanya dengan ketulusan, maka cinta ini akan selalu berkembang, dari hari ke hari.


KEJUJURAN, CINTA SEJATI DAN SKIZOFRENIA

            Setiap orang di dunia pasti pernah merasakan cinta. Cinta adalah bahasa universal dalam diri setiap manusia. Cinta dapat dialami siapa saja, dimana saja dan kapan saja, tak terbatas dimensi ruang dan waktu. Setiap orang berhak merasakan cinta, begitu juga dengan para pengidap skizofrenia. Mereka berhak merasakan cinta, menggenggam cinta dan membagikan cintanya itu kepada orang lain.
            Saya disini hanya hendak memberikan tips dan saran saran bagi seorang penderita skizofrenia yang hendak mengarungi lautan cinta, yaitu pernikahan. Menikah adalah sebuah ibadah yang mulia. Pernikahan adalah sunnah Rasulullah dan merupakan jalan bagi kita untuk menggapai ketakwaan. Dengan melakukan pernikahan, maka hidup kita akan menjadi lebih berkah dan pernikahan yang langgeng adalah pernikahan yang diridhoi Allah Swt.
            Salah satu syarat dalam sebuah pernikahan adalah saling mencintai. Dalam Islam, suatu pernikahan hendaknya didasari atas landasan mencintai karena Allah. Menikahlah dengan bekal keimanan, keyakinan dan ketulusan niat kita kepada Allah, pasti Allah akan memudahkan jalan kita selanjutnya. Syarat utama adalah saling mencintai karena Allah. Kemudian jalan yang dipilih untuk menuju pernikahan hendaknya harus sesuai dengan syariat. Caranya adalah dengan melakukan taaruf. Tidak melalui pacaran atau hal lainnya.
            Setelah melalui riset, saya akan berbagi kepada anda yang sedang mengidap skizofrenia atau gangguan mental lain tentang bagaimana caranya mengkomunikasikan tentang penyakit yang kita alami kepada calon pasangan kita ketika hendak menikah. Umpamanya, kita sedang menderita skizofrenia. Lalu, apakah kita harus menjelaskan kepada calon pasangan kita tentang penyakit kita yang sebenarnya ? Atau apa yang harus saya lakukan ketika saya mengidap skizofrenia dan hendak menikah ? Apakah saya harus jujur tentang penyakit yang saya alami kepada calon pasangan saya ? Bagaimana dampaknya bagi kehidupan saya ? Apakah saya akan ditinggalkan oleh calon pasangan saya ? Pertanyaan pertanyaan seperti itu memang kerap muncul tatkala seorang penderita skizofrenia sudah hendak melangkah ke jenjang pernikahan. Mereka umumnya ragu tentang keadaan diri mereka, terutama mereka yang mengidap skizofrenia. Mereka merasa malu dan tidak percaya diri dengan keadaan penyakit yang mereka alami. Mereka takut apabila mereka jujur kepada pasangan tentang penyakit yang mereka alami, maka calon pasangan akan beralih menjauhi dan meninggalkannya. Ini pendapat yang tidak benar. Ini adalah hal yang keliru. Disinilah saya akan berbagi kiat kiat ini kepada Anda, penderita skizofrenia, yang hendak melanjutkan langkah ke jenjang pernikahan. Hal ini agar kita dapat membina rumah tangga dengan cinta sejati dan dinaungi berkah Illahi. Tidak usah malu dengan keadaan anda. Anda juga sama dengan orang lain. Bahkan jika Anda dapat mengelola skizofrenia yang Anda alami, maka anda tak ubahnya dengan orang orang lain yang juga telah siap melanjutkan langkah ke jenjang pernikahan.
Saya mendapat kiat ini, kiat yang sebenarnya jarang dikemukakan dalam setiap seminar tentang kesehatan mental, dari teman teman saya yang telah menjalankan taaruf dan telah melangsungkan pernikahan mereka. Satu hal yang harus Anda lakukan ketika Anda pertama kali hendak berkenalan dan melakukan taaruf, adalah Anda harus jujur tentang kondisi Anda. Poin pertama adalah kejujuran. Ya, Anda harus bersikap jujur dan terbuka terhadap calon pasangan anda tentang diri Anda. Berkaitan dengan skizofrenia ini, maka kemukakanlah tentang kondisi yang sesungguhnya tentang penyakit Anda kepada pasangan. Jangan ragu dan malu mengakui kepada calon pasangan kita bahwa kita memiliki skizofrenia. Hal ini adalah supaya pasangan kita mau menerima diri kita apa adanya dan mau mencintai kita apa adanya. Dengan bersikap terbuka bahwa kita mengalami skizofrenia, maka pasangan kita dapat lebih mengerti dan memahami kita. Selain itu, calon pasangan kita dapat mengetahui bagaimana mendampingi dan merawat kita nanti. Itulah yang harus dikemukakan kali pertama pada calon pasangan kita. Jujurlah mengakui bahwa kita menderita skizofrenia. Pasangan yang tepat adalah mereka yang apabila telah mengetahui kondisi kita yang sebenarnya, mereka tidak meninggalkan kita dan tetap ada untuk kita. Itulah hakikat cinta sejati.
Kiat kedua, segera setelah Anda mengemukakan tentang kondisi Anda, berilah kepada calon pasangan kita jurnal jurnal atau bahan bacaan mengenai skizofrenia. Hal ini penting bagi calon pasangan kita agar mereka dapat lebih memahami tentang penyakit yang kita alami. Hal ini juga untuk menunjukkan bahwa anda terbuka terhadap calon pasangan anda dan bersiap untuk melanjutkan hidup bersama.
Itulah kiat kiat yang berguna bagi kita yang hendak melangkah ke jenjang pernikahan. Setelah anda terbuka tentang kondisi anda, tentu setelahnya anda akan mendapat kemudahan di dalam membina rumah tangga. Pasangan anda akan menerima diri anda dan mencintai diri anda apa adanya. Jalanilah pernikahan anda atas dasar ketakwaan kepada Allah. Insya Allah hidup Anda akan bahagia.




KISAH JOHN NASH, MATEMATIKAWAN SKIZOFRENIA

John Forbes Nash, Jr lahir pada 13 Juni 1928. Ia adalah seorang matematikawan Amerika Serikat yang ahli dalam bidang teori permainan dan geometri diferensial. Teori-teorinya secara umum digunakan dalam ekonomi pasar, komputasi, kecerdasan buatan (artificial intelligence), akuntansi, politik dan teori militer. Bekerja sebagai peneliti senior matematika di Princeton University selama bagian akhir dari hidupnya, ia memenangkan hadiah Nobel Ekonomi pada tahun 1994 dalam bidang ilmu teori permainan bersama dengan Reinhard Selten dan John Harsanyi.
            John Nash menerima gelar doktor pada tahun 1950 dengan disertasi tentang  teori permainan non-kooperatif. Tesisnya, yang ditulis di bawah pengawasan penasihat doktor Albert W. Tucker, memuat definisi dan sifat dari apa yang kemudian disebut sebagai "Keseimbangan Nash" (Nash equilibrium). Ini adalah konsep penting dalam permainan non-kooperatif yang membuat dia memenangkan hadiah Nobel di bidang ekonomi pada tahun 1994.
            John Nash merupakan seorang penderita skizofrenia. Nash mulai menunjukkan tanda-tanda paranoid ekstrim, dan istrinya kemudian menggambarkan perilakunya sebagai perilaku yang tidak menentu. Nash tampaknya percaya bahwa semua orang yang mengenakan dasi merah adalah bagian dari konspirasi komunis terhadap dirinya. Nash mengirimkan surat kepada kedutaan besar di Washington, DC, menyatakan bahwa mereka membentuk pemerintahan. Ia dibawa ke Rumah Sakit McLean, April-Mei 1959, di mana ia didiagnosis dengan skizofrenia paranoid. Gambaran klinis didominasi oleh sering nya mengalami paranoid, keyakinan yang palsu, terlalu imajinatif atau realistis, biasanya disertai dengan pengalaman persepsi yang tampaknya nyata, sesuatu yang tidak benar-benar hadir - terutama gangguan pendengaran dan persepsional serta depresi klinis. Pada tahun 1961, Nash dirawat di Rumah Sakit Negara Bagian New Jersey di Trenton. Selama sembilan tahun berikutnya, ia menghabiskan waktu di rumah sakit jiwa, di mana, selain menerima obat antipsikotik, ia diberikan terapi insulin shock therapy.
            Setelah melalui beragam pengalaman menghadapi gangguan mental dan pengobatan di rumah sakit, akhirnya John Nash menyadari bahwa ia harus meninggalkan delusinya dan kembali ke kehidupan yang rasional dan kembali ke penelitian nya tentang matematika. Ia memilih untuk bekerja keras dan kembali belajar serta melakukan penelitian di bidang matematika. Hal ini seperti yang ia tulis pada tahun 1994, “Aku menghabiskan waktu secara berurutan 5-8 bulan di rumah sakit di New Jersey, selalu secara sukarela dan selalu berusaha untuk membuat argumen hukum untuk di rilis. Dan hal itu terjadi bahwa ketika aku sudah cukup lama dirawat di rumah sakit bahwa saya akhirnya akan meninggalkan hipotesis delusional saya dan kembali ke pemikiran diriku sebagai manusia ke keadaan yang lebih konvensional dan kembali ke penelitian matematika. Dalam selingan ini, seolah-olah, ditegakkan rasionalitas, aku berhasil melakukan beberapa penelitian matematika yang terhormat” (John Nash, 1994)
            Yang patut kita telaah dari kisah hidup John Nash adalah sikap pantang menyerahnya ketika menghadapi skizofrenia. Dengan bantuan dokter dan istrinya ia berhasil meyakinkan dirinya bahwa orang orang yang sering ditemuinya dalam pikirannya itu adalah halusinasi nya dan tidak perlu dipikirkan. John Nash juga membuktikan, bahwa dengan ketekunan dan kerja keras nya di dalam mengembangkan teori ekonomi telah berhasil membawanya meraih prestasi dan sejumlah penghargaan. Pada tahun 1978, Nash dianugerahi John von Neumann Theory Prize untuk penemuan kesetimbangan non-kooperatif, sekarang disebut kesetimbangan Nash. Ia juga memenangkan Leroy P. Steele Prize pada tahun 1999. Ia dapat membuktikan kepada kita, bahwa dengan semangat pantang menyerah, ketekunan yang tiada henti dan kerja keras maka kita akan dapat berhasil meraih impian kita. Walaupun menderita skizofrenia, John Nash tetap dapat produktif dalam berkarya dan menghasilkan penemuan yang sangat berarti dalam dunia ekonomi. Ketekunan nya dan semangat belajarnya, meskipun ia mengalami skizofrenia, tidak menghalanginya untuk dapat berkontribusi secara optimal bagi lingkungan sekitarnya. Ia akhirnya merasakan buah kerja kerasnya itu ketika meraih hadiah Nobel Ekonomi pada tahun 1994. Tentunya memerlukan perjuangan yang panjang dan tak kenal putus asa di dalam menggapai impiannya. Kisah Nash memberikan kita pelajaran bahwa setiap individu dengan skizofrenia juga bisa bangkit dari kegagalan dan meraih karir atau prestasi yang membanggakan dalam hidupnya. Nash memberikan kita pelajaran bahwa dengan niat dan kemauan yang keras, disertai keinginan untuk belajar yang tinggi, maka halangan skizofrenia pun akan dapat kita singkirkan.
            Kisah John Nash telah menginspirasi sebuah film yang berkisah tentang pengalaman dan perjuangannya menghadapi skizofrenia dan akhirnya sukses sebagai seorang matematikawan yang berhasil, yang diberi judul A Beautiful Mind (2001). Film ini memberi pesan kepada kita bahwa bahkan seorang penderita skizofrenia pun, yang sungguh sungguh dalam usahanya, akan sukses dalam kehidupannya.


































BELAJAR DARI SAM DAN NORMA

https://fbcdn-photos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/558742_521673304513088_1346968528_a.jpg
Judul Buku : Letters To Sam
Penulis : Daniel Gottlieb
Tahun Terbit : 2011
Penerbit : Gagas Media
            Saya baru baru ini sedang membaca buku yang berjudul "Letters To Sam" yang ditulis oleh Daniel Gottlieb. Buku ini ditulis oleh seorang kakek kepada cucu nya yang mengalami autisme. Saya baru membaca seperempat isi bukunya, namun dari situ saya sudah dapat mengambil banyak hikmah dan pelajaran dari setiap kisah demi kisah yang dituliskan dalam buku itu. Buku itu mengajarkan kita banyak hal, antara lain pelajaran untuk menerima perbedaan di dalam kehidupan, bagaimana membangun harapan dan mengambil hikmah dalam setiap rencana Tuhan. Daniel Gottlieb, sang kakek, adalah seorang tunadaksa karena kelumpuhan yang dialaminya. Namun karena kasih sayang nya yang besar dan tulus terhadap Sam, cucunya, yang didiagnosis autisme, maka ia pun bertekad untuk menuliskan sekumpulan surat surat yang berisikan cinta dan motivasi motivasi hidup kepada Sam. Dalam setiap surat surat yang ditujukan nya untuk Sam, sungguh terlihat betapa indah hubungan yang terjalin antara kakek dan cucu tersebut. Daniel dalam setiap surat suratnya selalu mengajarkan tentang makna hidup, makna menjadi berbeda dan menghargai ketulusan cinta.
            Dalam buku ini, Daniel menceritakan betapa bahagia nya ia ketika menanti kelahiran cucu nya ini. Kemudian Daniel juga menceritakan tentang keluarganya kepada Sam. Selain itu, Daniel juga menceritakan segala hal dan peristiwa yang dialaminya dan mampu memberikan makna dalam kehidupannya. Ia ingin ketika Sam sudah dewasa, ia dapat mengerti dan dapat meneladani hikmah hikmah yang dituliskan oleh kakeknya. Disini terdapat pelajaran yang luar biasa. Bagaimana dengan adanya perbedaan di antara kakek dan cucu tersebut, sang kakek mengalami kelumpuhan, sementara sang cucu mengalami autisme, terdapat jalinan cinta yang indah yang dibangun diantara keduanya. Disini sang kakek berupaya menunjukkan cintanya kepada Sam, dengan harapan ketika Sam sudah dewasa, Sam juga dapat mengajarkan cinta kepada orang lain. Daniel ingin Sam mengenal dan menyayangi kakek nya dan keluarganya, sekaligus juga menyayangi dan mencintai orang orang yang ada di sekitarnya.
            Letters To Sam juga mengajarkan bahwa kita harus memiliki harapan. Kita walau pun berbeda, tapi harus tetap memiliki harapan. Walau kita mengalami kelumpuhan, cacat badan, autisme, atau segala macam gangguan lain, maka kita tetap harus memiliki harapan dan semangat di dalam mewujudkan nya. Karena dengan adanya harapan dan semangat, maka kita dapat menentukan arah kemana kita akan melangkah selanjutnya. Lebih dari itu, dengan adanya harapan dan impian, maka kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik lagi karena adanya semangat dan kemauan dalam diri kita untuk semangat, untuk bisa sembuh. Selain itu dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar juga sangat dibutuhkan agar motivasi kita dapat terus meningkat dari hari ke hari.
            Dalam salah satu bab di buku ini, terdapat satu kisah inspirasi lain yang mampu mengajarkan kita tentang adanya kasih sayang. Dalam salah satu bab nya, Daniel Gottlieb mengajarkan kita tentang arti memahami seorang yang hadir dalam kehidupan kita. Dalam bab itu menceritakan tentang Norma, seorang perempuan yang mengalami skizofrenia. Pada waktu itu, sebelum Daniel mengalami kelumpuhan, Daniel bekerja sebagai seorang psikolog di sebuah rumah sakit kota. Dan ia pun bertemu dengan Norma, seorang penderita skizofrenia. Dalam tulisan nya, Daniel mengatakan bahwa pelabelan atau stereotipe negatif yang dialami Norma telah menciptakan batasan terhadap sesuatu. Stigma atau cap negatif yang dialamatkan kepadanya seolah memberi batasan terhadap dirinya, kemampuan nya dan tindakannya. Namun pada suatu hari Daniel meyakini bahwa stigma atau label itu berlaku keliru terhadap diri Norma. Stigma itu terlalu mencap "salah" seorang Norma, hingga ia selalu distereotipe negatif bahkan sebelum ia dapat bertindak atau melakukan sesuatu. Pada suatu hari, Norma sendiri yang membuktikan nya. Pada waktu itu, ketika kelahiran Ali, Daniel pun membawanya ke rumah sakit untuk diperkenalkan nya kepada teman teman nya. Ketika itu, Norma pun berada disana. Dan betapa terkejutnya Daniel ketika Norma tiba tiba mengulurkan tangan nya dan hendak menggendong Ali yang berada di pangkuan nya. Norma pun menggendongnya dan ketika itu Daniel pun merasakan kelembutan dan kasih sayang dari Norma.
            Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah bahwa pelabelan atau cap yang diberikan kepada Orang Dengan Skizofrenia (ODS) sungguh sangat buruk dan sungguh memberikan cap dan batasan buruk kepadanya. Diagnosa itu perlu agar penderita dapat diberikan perawatan sesuai kebutuhan yang dialaminya. Namun pelabelan atau stigma yang diberikan kepada ODS itu sangat dilarang agar tidak membuat mentalnya menjadi jatuh dan menjadi tidak percaya diri. Kita harus memberikan motivasi kepada ODS, bukan malah memberikan stereotipe negatif yang tidak benar. ODS juga manusia, dan setiap manusia diberikan perbedaan oleh Tuhan. Sudah kewajiban bagi kita untuk menghargai setiap perbedaan dan menghormatinya. Karena seperti yang dituliskan Daniel dalam bukunya : "Penyakit yang diderita Norma menyerang otaknya, tetapi jiwanya tetap utuh".
            Surat surat yang ditulis Daniel kepada Sam mengajarkan kepada kita bahwa kita harus menghargai perbedaan. Setiap manusia pasti berbeda. Dan kita tidak boleh memberikan label atau cap negatif terhadap orang yang mengalami skizofrenia, karena mereka pun sama seperti kita. Mereka juga ingin menjalani kehidupan yang normal dan melakukan hal terbaik dalam kehidupan mereka. Kita tidak sepatutnya memberikan label dan cap negatif kepada mereka, hanya karena mereka mengidap skizofrenia. Karena percayalah, bahwa dalam setiap detik kehidupan mereka, mereka juga ingin berubah, mereka juga ingin kembali menjalani kehidupan yang normal seperti sebelum mereka menderita penyakit ini. Mereka juga ingin sukses. Dan tugas kita adalah membantu nya dalam pemulihan, agar mereka kembali dapat menjalani kehidupan yang lebih baik lagi dari hari ke hari.














FILOSOFI LAMPU BIS

Pernahkah anda mengendarai bis Akas Asri, Pahala Kencana atau Gunung Harta ? Atau pernahkah anda merasakan perjalanan bersama bis Rosalia Indah, Restu Agung, Ladju atau Borobudur ? Saya pernah menempuh perjalanan darat dengan menaiki bis dari Surabaya menuju Jember. Ketika itu malam hari, kami harus menempuh perjalanan dari Surabaya menuju Jember yang berjarak kira kira 200 km. Disini saya tidak akan menceritakan tentang panasnya menaiki bis kota, lambatnya laju bis atau anehnya dandanan pengamen. Tapi saya mau bercerita tentang hal sederhana yang disebut lampu atau pelita. Lebih spesifiknya, lampu bis yang menerangi jalan kami waktu itu.
Dalam perjalanan itu, saya masih ingat jarak pancar lampu jauh hanya mampu menyinari sekitar 40 meter. Ada satu nilai filosofi penting yang sangat berharga dari perjalanan itu. Ternyata terang lampu sejauh 40 meter mampu menunjukkan jalan sepanjang perjalanan sampai kota tujuan kami, sejauh 200 km.
Hidup ini ternyata jika kita hendak maknai persis seperti perjalanan panjang dengan lampu yang jarak penerangannya sangat terbatas itu. Dengan perlahan lahan, setahap demi setahap, dari sebuah perjalanan yang panjang, kita akan meniti jalan yang kita lalui secara bertahap hingga akhirnya nanti kita akan sampai di garis finish atau tujuan kita.
Tentunya di dalam perjalanan itu kita akan menemui berbagai halangan. Misalnya harus mendahului kendaraan lain yang berjalan lebih pelan, macetnya kendaraan, persediaan bahan bakar yang menipis, emosi yang meninggi atau berhadapan dengan ratusan pengendara lain yang sama sama ingin berlomba untuk mencapai tujuan. Namun meskipun demikian, dengan satu per satu kita menapaki jalan hidup kita, kita akan sampai ke tujuan. Tentunya di dalam perjalanan kita harus menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas dan konflik antar sesama pengemudi kendaraan. Yang paling utama, kita harus senantiasa mematuhi tata tertib peraturan lalu lintas agar perjalanan kita menjadi selamat sampai ke tujuan. Jadi, untuk menuju suatu tujuan, kita harus meniti dan menjalani setiap langkah kehidupan dengan sungguh sungguh sehingga berhasil mencapai tujuan. Poin lain yang dapat diambil dari filosofi lampu bis ini, kita tidak perlu kemampuan melihat masa depan bagi kita atau yang biasa kita sebut ramalan atau horoskop. Karena ramalan itu pun hukum nya adalah haram bagi seorang muslim. Kita hanya perlu menerangi jalan tujuan kita satu per satu, menjalaninya dengan optimis dan sungguh sungguh, hingga kita sampai ke tujuan. Itulah pesan moral yang hendak saya angkat dari kisah filosofi lampu bis ini. Semoga bermanfaat.

SEGELAS AIR MINERAL MOTIVASI DALAM SEHARI

Didalam hidup kita, tentu kita membutuhkan asupan nutrisi di dalam tubuh kita yang kita dapatkan setiap hari dengan cara meminum air setiap hari. Air adalah nutrisi terpenting dan zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Kita membutuhkan air setiap hari untuk menambah asupan nutrisi dan gizi di dalam tubuh kita agar tubuh kita senantiasa dalam kondisi yang sehat. Sama seperti kebutuhan kita akan meminum air putih, kesehatan jiwa dan mental kita juga harus kita berikan asupan yang bermanfaat untuk tubuh dan otak. Asupan itu biasa kita kenal dengan motivasi. Dengan adanya motivasi yang didapatkan dari keluarga atau sahabat kita, maka hidup kita akan terpacu untuk hidup lebih baik lagi. Motivasi sangat diperlukan bagi seseorang karena di dalam hidup kita tentu tidak bisa lepas dari masalah dan rintangan, oleh karena itu dengan adanya motivasi maka pikiran kita dapat menjadi tenang dan kita akan diberikan kemampuan untuk mengatasi masalah masalah tersebut.
Pada intinya, kita setiap hari harus memenuhi pikiran kita dengan motivasi motivasi yang dapat mencerahkan jiwa. Motivasi motivasi itu bisa di dapat dari mana saja. Bisa dari orang tua, saudara, keluarga, sahabat, buku atau dari pengalaman dan interaksi kita setiap hari dari lingkungan. Dari lingkungan lah kita dapat memetik hikmah dan motivasi yang nantinya dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari hari. Selain itu, sumber motivasi terbesar kita yang paling baik adalah berasal dari Al Quran, firman Tuhan dan Al Hadits, ucapan dan perilaku Nabi Muhammad SAW. Al Quran mengajarkan kepada kita tentang firman Tuhan, yang didalamnya terdapat berbagai pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya dan dapat kita jadikan sebagai pelajaran agar kita dapat menjalani hari dengan baik dari hari ke hari. Di dalam Al Quran juga terdapat motivasi motivasi untuk kita agar kita semakin giat di dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Di dalam Al Quran terdapat pelajaran pelajaran berharga yang harus kita ambil hikmahnya setiap hari. Baik itu dengan perkataan maupun perilaku kita sehari hari. Kita dapat mengambil hikmah dan pembelajaran dari Al Quran itu dengan cara membacanya setiap hari, mencoba merenungi kisahnya dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari hari. Dengan demikian, hati dan perasaan kita akan menjadi semakin bersih, jiwa kita akan menjadi tenang dan kita akan diberikan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Oleh karena itu, marilah ambil segelas air mineral motivasi dalam sehari, rasakan kesegarannya dan terapkan ilmunya untuk kehidupan sehari hari kita agar hidup kita senantiasa mendapatkan berkah. Amin...


LELE
            Aku akan menceritakan tentang pengalamanku sewaktu aku masih duduk di bangku SD. Ketika itu aku tinggal di Jombang, sebuah kota santri yang juga sebagai kota kelahiran Gus Dur. Pada waktu itu, aku tinggal di rumah dinas Pengadilan Negeri. Ini karena profesi ibuku adalah seorang hakim di Pengadilan Negeri Jombang. Pada suatu waktu, ibuku mengajakku pergi ke pasar. Namanya Pasar Legi, pasar terkenal di kota Jombang. Saat itu, ibuku mengajakku pergi ke tempat penjual ikan. Aku pada waktu itu menurut saja. Aku pada waktu itu juga belum tahu kemauan ibuku. Saat itu, ibuku kemudian pergi ke seorang penjual ikan segar di pasar, dan langsung membeli beberapa ekor ikan lele segar, yang masih hidup. Mungkin ada 6 atau 7 ikan lele yang dibeli waktu itu. Aku pada waktu itu menjadi bingung, hendak diapakan ikan ikan lele yang masih hidup itu. Saat itulah, aku yang ditugaskan untuk memegang tas plastik berisi lele lele itu. Saat itu, aku agak takut memegangnya, karena di dalam tas plastik itu, lele lele itu tampak tak dapat berhenti bergerak. Mereka terus menerus bergerak kesana kemari dengan hebat, seolah ingin segera keluar dari plastik plastik itu.
            Sepulang dari pasar, akhirnya kami pun membawa lele lele hidup itu ke belakang rumah. Kebetulan, bagian belakang rumahku cukup lebar, disana terdapat sebuah lengkungan tanah yang dalam, yang menyerupai kolam besar yang berisi air. Nah, disitulah akhirnya ibuku melepaskan lele lele hidup itu. Lele lele itupun akhirnya kulepaskan ke dalam kolam alami itu. Akhirnya lele lele itu berebutan hendak masuk ke kolam belakang rumahku. Aku pun akhirnya merasakan mempunyai hewan peliharaan sendiri. Aku sebelumnya tak tahu mau diapakan lele lele yang banyak itu. Pada awalnya, aku berpikir, lele lele itu akan dimasak menjadi pepes lele atau pecel lele. Ternyata, lele lele itu hendak dipelihara oleh ibuku. Aku menjadi senang ketika itu. Kolam alami kami pada waktu itu cukup besar, sehingga mampu menampung lele lele itu dengan cukup luas. Aku pada waktu itu sempat gembira ketika kulihat segerombolan lele lele yang berenang di kolam kami.
            Hari demi hari berlalu, waktu itu adalah musim penghujan, sehingga ketika hujan datang cukup deras, aku bisa pergi ke kolam sambil menikmati memandang lele lele itu berenang di dasar kolam. Gerakan lele lele itu sangat lincah dan cepat. Mereka dapat berenang di dasar kolam yang dalam hingga tak kelihatan lagi. Air ketika itu juga berlimpah, sehingga kolam kami menjadi kerajaan air yang luas bagi lele lele kami itu.
            Waktu demi waktu pun berlalu, saat itu musim penghujan telah berakhir. Musim pun berganti menjadi musim kemarau yang panas dan gersang. Akhirnya, tanpa kuduga, pergantian musim itu berdampak pada kolam alami yang ada di belakang rumahku. Karena saat itu musim kemarau dan tidak ada hujan lagi, perlahan lahan jumlah debit air di kolam alami belakang rumah kami menyusut. Air yang semula berlimpah menjadi semakin berkurang. Debit air itu semakin berkurang hingga sampai ke titik dimana kolam alami kami mengalami kekeringan. Akhirnya, pemandangan itupun terjadilah. Karena kolam alami kami kekeringan hingga hanya menyisakan sedikit air, maka lele lele yang hidup di dalamnya pun menjadi menggelepar gelepar kekurangan oksigen. Aku yang pada waktu itu merasa iba dengan lele lele itu, akhirnya segera pergi untuk mengisi gayung dengan air kemudian aku siramkan ke arah kolam alami itu. Tapi, karena memang kolam kami memang hanya beralaskan tanah, jadi air yang aku siramkan ke kolam menjadi cepat hilang terserap tanah. Akhirnya, seberapa sering aku mencoba menyelamatkan ikan ikan ku, namun mereka tetap tidak tertolong. Lele lele itu akhirnya hanya mampu bertebaran di dasar kolam.
            Aku seketika itu menjadi sedih. Lele lele yang kupelihara setelah sekian lama akhirnya harus mati satu persatu. Namun ketika itu ibuku datang kepadaku. Saat itu ibuku datang menghiburku dan dia mengatakan bahwa aku tidak perlu bersedih. Lele lele itu juga masih dapat berguna bagi kami. Ibuku lalu mengatakan bahwa lele lele yang mati itu sebaiknya diberikan kepada tukang becak langganan kami. Ibuku mengatakan bahwa lele itu pasti berguna bagi tukang becak langganan kami. Akhirnya ibuku pun memberikan lele lele itu kepada Pak Lan, tukang becak langganan kami. Pak Lan sangat senang menerima lele lele itu. Mungkin ia akan memasak lele lele itu di rumahnya. Aku pun juga merasa bahagia. Kejadian itu memberikan hikmah kepadaku. Bahwa kita juga bisa berbagi dengan orang di sekitar kita. Lele lele itu memberikan pelajaran yang berarti bagiku, bahwa ketika hidup dan matinya pun, lele lele itu dapat mengajarkan arti dan hikmah kepadaku. Subhanallah. Maha Suci Allah yang telah mengajarkan hikmah hikmah kepada kami.











U697YVT DAN DAYA INGAT MEMORI ANAK ANAK

Saya ingat, sewaktu masih kecil dulu saya sering bermain dengan saudara sepupu saya yang berada di Situbondo. Kami waktu itu sering bermain bersama, dari mulai permainan sepak bola, petak umpet hingga bermain permainan komputer. Saya waktu itu masih ingat, komputer adalah barang yang cukup mewah pada saat itu. Pada saat itu, komputer sepupu saya masih baru dibeli. Jadi kami sering main dengan asyik di komputer itu. Entah bermain game komputer, menggambar atau menulis cerita.
            Yang saya ingat dulu ketika kami bermain Microsoft Word, adalah kami mulai menulis cerita di lembar Microsoft Word itu. Ketika itu, karena kami masih dalam suasana bermain, kemudian salah seorang sepupu saya pada waktu itu mengetikkan angka sembarang di lembar kerja Microsoft Word nya. Waktu itu tak sengaja tertulis di lembar Microsoft Word nya sebuah rangkaian huruf dan angka yang kebetulan berbunyi seperti ini : U697YVT. Pada waktu itu tertulis seperti itu di lembar Microsoft Word nya. Saya yang waktu itu melihat nya mulai mengingat ingat rangkaian huruf dan angka itu. Waktu itu rangkaian huruf dan angka itu saya hafalkan di dalam hati. Hingga beberapa waktu kemudian, saya kembali mengingat rangkaian huruf dan angka itu, ternyata saya masih bisa mengingatnya. Ya, bahkan sudah beberapa hari sejak rangkaian kalimat itu pertama kali ditulis, saya selalu mengingatnya dan selalu menghafalnya di dalam hati saya. Akhirnya, kalimat itu saya tuliskan di rak buku saya dan setelah itu saya tidak pernah lupa rangkaian kalimat huruf dan angka itu sampai sekarang.
            Saya tidak mengerti mengapa hal menakjubkan ini bisa terjadi. Tapi yang saya tahu, pengalaman dan memori yang dimiliki sejak kita masih anak anak, akan selalu terpatri dalam pikiran kita hingga kita bisa mengingatnya di kemudian hari. Saya tak menyangka bisa menghafal kalimat itu hingga kini. Karena tentu menghafalkan sebuah kalimat tanpa arti tentu sulit jika dibandingkan dengan mengingat atau menghafalkan kalimat yang mempunyai arti atau pengalaman yang sangat membekas dalam ingatan selama kita masih anak anak. Nyatanya rangkaian huruf dan angka yang secara tidak sengaja dibuat oleh sepupu saya itu hingga kini masih mampu saya ingat. Artinya, daya memori dan ingatan saya masih terpatri dengan baik hingga kini, walaupun saya mengingatnya dengan secara tidak sengaja. Hal ini memberikan kita pelajaran bahwa segala hal yang menarik yang terjadi ketika kita masih anak anak, akan membekas dan selalu terpatri dalam ingatan kita. Tak peduli seberapa lamanya ingatan itu ada.

ORPHAN
Sebuah film seharusnya bisa memberikan kisah atau cerita yang berguna bagi yang melihatnya. Setidaknya di dalam sebuah film harus terdapat pesan moral atau nilai hidup yang disampaikan kepada penikmatnya. Saya termasuk penyuka film film dari luar negeri. Film yang saya tonton biasanya adalah film film yang diproduksi oleh Hollywood. Saya tergolong tidak fanatik terhadap satu genre film, jadi jika ada film yang jalan kisahnya menurut saya menarik, maka saya akan langsung tertarik untuk menontonnya. Sudah beberapa jenis genre film yang telah saya tonton. Mulai dari genre komedi, drama, action, animasi, Sci-Fi, horor, hingga thriller pun pernah saya tonton. Saya memilih suatu film biasanya karena tertarik dengan jalan ceritanya, atau kisahnya saya anggap unik untuk saya tonton. Suatu kisah yang memiliki jalan cerita yang unik atau berbeda dengan kisah yang ada biasanya akan saya tonton. Saya penasaran dengan film bertemakan seperti itu, dan jika melihat sinopsis ceritanya di internet atau langsung membaca sinopsisnya di bungkus DVD nya dan tertarik, maka akan langsung saya beli. Hal ini karena kesempatan tidak datang dua kali. Mungkin saja nanti saya kehabisan barangnya jika tidak langsung membeli. Oleh karena itu saya sering sempatkan mampir di toko DVD langganan saya dan menjelajah setiap kaset DVD yang ada disana. Hal ini saya jadikan sebagai hobi tambahan saja, tidak saya jadikan hobi utama yang mengharuskan saya membeli DVD setiap minggu atau setiap bulan atau setiap tahun. Tidak. Karena saya bukan fanatik film, maka menonton film bagi saya hanya saya lakukan sekedarnya, apabila ingin menonton saja.
Kali ini saya akan mengulas tentang sebuah film thriller besutan Hollywood yang disutradarai oleh Jaume Collet – Serra. Film yang diproduksi pada tahun 2009 ini termasuk film thriller misterius yang membuat saya ingin menontonnya. Judulnya membuat saya penasaran. Judul filmnya adalah “Orphan”. Kemasan covernya cukup unik. Disana terdapat seorang gadis kecil, yang digambarkan berpakaian sangat rapi, ditambah ada sebuah tagline di atasnya bertuliskan “There’s something wrong with Esther” (Ada sesuatu yang salah dengan Esther). Dari situ saja saya sudah dapat menyimpulkan bahwa film ini bergenre thriller atau horor. Ya, ternyata saya benar. Film “Orphan” adalah film bergenre thriller yang berisikan “embel embel psikologis” di dalam ceritanya. Ceritanya, ada pasangan suami istri yang telah memiliki 2 anak. Mereka cukup bahagia dengan pernikahannya. Kemudian sang istri hamil lagi anak yang ketiga, namun sayang, anak ketiganya harus meninggal karena mengalami komplikasi ketika hendak dilahirkan. Kematian anak ketiganya membuat pasangan suami istri ini, Kate dan John menjadi sangat frustasi. Apalagi Kate, ia merasa hidupnya menjadi tidak seimbang. Kemudian atas saran psikolog, Kate disarankan untuk mengadopsi anak sebagai pengalihan atas kematian anaknya. Pasangan ini pun setuju. Mereka akhirnya pergi ke tempat adopsi anak yatim piatu dan mulai mengadopsi anak disana.
Akhirnya mereka pun bertemu dengan seorang gadis bernama Esther yang kemudian mereka adopsi. Disinilah awal permasalahannya dimulai. Hal ini sekaligus menjadi inti cerita dalam film ini. Saya tahu, di negara negara barat, stigma terhadap gangguan mental sangat kental dan kuat. Stigma sangat besar disana terhadap para pasien gangguan jiwa. Bahkan mereka, negara negara barat itu, cenderung memakai istilah dan kalimat kalimat yang bernada rendah jika membicarakan tentang gangguan jiwa. Bahkan, perlakuan terhadap orang dengan gangguan jiwa juga sangat menstigma dan diskriminatif disana. Dan celakanya, hal itu juga coba mereka tunjukkan di dalam film ini.
Esther, dalam film ini, digambarkan sebagai seorang dengan gangguan jiwa, penghuni rumah sakit jiwa, yang bertindak sangat kejam terhadap keluarga yang mengadopsi mereka. Maaf, bentuk kekejamannya tidak bisa saya ceritakan disini. Ya, Esther, seorang dengan gangguan jiwa, dan kemudian diberi “peran” yang sangat tidak manusiawi dan sebenarnya sangat tidak sama dan tidak sesuai dengan realitas kehidupan gangguan jiwa yang sebenarnya. Ya, dalam film ini, digambarkan seorang dengan gangguan jiwa bisa dengan mudah melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain. Ini tidak benar ! Sangat tidak benar. Saya berani mengatakannya karena saya sendiri adalah seorang pengidap gangguan jiwa. Dan kami tidak berbuat seperti itu. Aku rasa stereotip yang melekat di dalam diri penderita gangguan jiwa adalah salah besar. Mereka membuat stigma itu dimana mana, bahkan lewat film sekalipun. Aku rasa aku akan membuat pernyataan, yang menjadi simbol atas penolakan kami terhadap hal ini,
Seorang pengidap gangguan jiwa sejati tidak akan pernah melakukan tindak kekerasan apalagi perbuatan yang bisa melanggar hukum pidana, karena mental kami sudah diuji dengan kesabaran dalam menghadapi penyakit kami. Gangguan jiwa yang kami alami tidak menjadikan kami seorang yang berhati keras. Kami juga adalah manusia biasa, yang mempunyai hati dan jiwa yang murni”.
Itu adalah pernyataanku. Menanggapi sejumlah stigma yang salah dan berakar di dalam kehidupan kita. Bahwa pengidap skizofrenia bukanlah penjahat kelas kakap yang harus ditakuti. Kami bukanlah psikopat seperti yang banyak diceritakan di televisi. Mulai dari sekarang kita harus bisa membedakan antara psikopat dan penderita skizofrenia. Keduanya jelas berlainan. Psikopat adalah sebuah kelainan yang ada pada diri seseorang, namun bukan termasuk gangguan kejiwaan. Itu adalah gangguan yang bisa dialami oleh orang normal. Ingat, psikopat bukan gangguan jiwa. Gangguan jiwa skizofrenia mempunyai tahap tahap penyakit dan gejala gejala maupun simptom yang jelas. Kami bukan psikopat yang berbahaya. Jangan terpengaruh oleh film film bergenre seperti itu. Film film seperti itu hanya menyebarkan stigma dan menjadikan gangguan jiwa sebagai bahan olokan. Kami, penderita skizofrenia, juga sama dengan orang biasa lain, yang bisa bekerja dan hidup normal. Pernyataan ini akan terus kami gaungkan agar stigma itu semakin hilang. Bahwa penderita skizofrenia juga sama dengan orang normal lain dan bisa hidup produktif dan tetap berkarya.
Salam Sehat Jiwa!

















MEMELIHARA IKAN HIAS, HOBI BERMANFAAT UNTUK ODS

Kita sebagai seorang skizofren, rentan mengalami stres atau depresi. Biasanya stres atau depresi ini menyerang kita ketika beban pikiran menumpuk atau sedang jenuh. Biasanya stres yang terjadi dialami dalam beberapa hari, beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Hal ini tergantung kepribadian dan watak orang tersebut. Stres atau depresi yang berkepanjangan dapat membuat pikiran kita menjadi jenuh dan tidak jernih lagi sehingga membuat segala aktifitas kita menjadi terpengaruh. Hal yang sering dirasakan oleh penderita stres adalah mereka sering menjadi tidak bersemangat di dalam menjalani aktifitas mereka sehari hari karena stres telah mengambil alih kehidupannya. Hidupnya menjadi suram dan stres telah membuat hidupnya menjadi lebih pasif dari biasanya. Hidup kita menjadi tidak bersemangat di dalam kehidupan sehari hari.
Oleh karena itu diperlukan sebuah kegiatan yang dapat mengurangi stres dan depresi kita. Salah satu caranya adalah menjalani hobi yang kita sukai. Salah satu hobi yang sangat baik untuk dapat mengurangi stres dan depresi kita adalah dengan cara memelihara ikan hias. Dengan memelihara ikan hias, maka kita akan dapat menikmati keindahan ikan hias tersebut dan mensyukuri keindahan makhluk Tuhan. Dengan memelihara ikan hias, maka kita juga dapat memiliki aktifitas rutin yang dapat menjadi penghilang stres dan bosan. Kita dapat mempunyai aktifitas memberi makan dan membersihkan akuarium tempat ikan kita tinggal. Dengan memelihara ikan hias, maka kita dapat mempunyai aktifitas yang bermanfaat dan kita juga dapat menikmati keindahan ikan hias yang sangat beraneka ragam itu. Dengan memelihara ikan hias, maka dapat berfungsi sebagai penghilang stres dan juga dapat digunakan sebagai sarana bersyukur atas kebesaran Allah.
Memelihara ikan juga memiliki tips tips agar ikan dapat sehat dan berkualitas. Pada dasarnya setiap jenis ikan hias membutuhkan perawatan berbeda, tergantung ukuran dan karakter ikan. Secara umum ikan hias hasil kawin silang memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah.
Berikut ini beberapa tips umum dalam memelihara ikan hias :
- Siapkan air tiga hari sebelum ikan dimasukkan ke akuarium atau kolam. Perhatikan kualitas air yang akan dipakai. Secara umum air PAM dapat digunakan, hanya saja perlu ditambah sedikit zat klorin untuk menetralkan kandungan kaporitnya. Untuk menghilangkan kuman masukkan setetes metlin blue setiap 25 liter air.
- Hendaknya dilakukan pergantian air secara rutin untuk membersihkan akuarium. Pergantian air akuarium sebaiknya dilakukan secara rutin seminggu sekali dengan total 70 % air diganti. Sisa air yang 30 % dibiarkan saja, jangan diganti, karena berguna sebagai alat adaptasi bagi ikan terhadap air yang baru.
- Berilah makanan pada ikan secara teratur. Intensitas pemberian makanan tergantung pada jumlah makanan. Beri makanan sewajarnya, tidak boleh terlalu banyak (karena akan mengotori akuarium) dan tidak boleh terlalu sedikit. Sebaiknya beri makan ikan 2 x sehari, yaitu pada pagi dan malam hari.
- Sesuaikan ukuran akuarium atau kolam dengan jumlah dan ukuran ikan. Sebaiknya ikan yang berukuran kecil digabung dengan yang ukurannya tak jauh beda, seperti jenis neon tetra, dan kongo. Atau ikan koki dengan ikan komet. Penggabungan ikan sebaiknya digabung dengan ikan yang ukuran nya sama.
- Jika ikan terkena penyakit, sebaiknya segera pisahkan, lalu beri pengobatan seperlunya. Penyakit yang sering menjangkit ikan hias adalah white spot, jamur, dan cacing. Selesai diobati sebaiknya ikan hias yang sakit tadi tak dikembalikan ke akuarium yang sama. Lebih baik digabungkan bersama ikan lain yang pernah sakit.
Itulah tips tips memelihara ikan hias. Kita harus rajin di dalam merawat ikan ikan peliharaan kita agar tidak mudah sakit. Kita harus memberinya pakan secara teratur dan melakukan pergantian air akuarium secara rutin agar menjadi bersih. Memelihara ikan bagi seorang ODS adalah hal yang bermanfaat karena dapat membuat kita dapat melakukan hobi dan aktifitas yang bermanfaat dan dapat juga sebagai penghilang stres dan depresi. Memelihara ikan juga dapat menjaga ketekunan dan kesabaran kita di dalam merawat ikan hingga tumbuh dewasa.
Saya sebagai ODS juga kini telah memelihara ikan ikan hias di rumah saya. Adapun jenis ikan hias yang saya pelihara adalah ikan koki, ikan komet, ikan patin, ikan kaviat dan ikan gupi. Dengan memelihara ikan hias, saya akui saya jadi bisa menjalankan hobi yang bermanfaat bagi saya. Selain itu, memelihara ikan hias juga dapat dijadikan sarana di dalam mensyukuri kebesaran Tuhan. Akhirnya, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita.

Salam.

















BAGIAN 3
RENUNGAN JIWA











BACA BUKU PANDUANMU !

Kita menjalani hidup di dunia ini tidak dengan sia sia. Kita hidup di dunia ini dengan adanya tujuan selama kita hidup yang harus kita laksanakan agar hidup kita dapat berguna bagi diri kita dan lingkungan kita. Tentu kita sudah mengetahui selama kita hidup di dunia ini kita dibekali dengan adanya norma norma atau panduan hidup selama kita tinggal di bumi ini. Panduan hidup yang pertama kali ada di dunia ini adalah kitab suci. Kitab suci saya adalah Al Quran. Di dalam Al Quran inilah kita dapat menemukan pedoman dan aturan aturan hidup selama kita hidup di bumi ini. Di dalamnya terdapat firman Allah SWT, pemberi petunjuk, pembawa kabar gembira dan peringatan terhadap umat manusia agar senantiasa berada di jalan yang lurus yang diridhai Nya.
Kita harus beriman kepada kitab suci kita ini. Kita harus mengimani dan melaksanakan segala hal yang telah diperintahkan oleh Allah selama kita tinggal di bumi ini. Dan kita juga harus menjauhi larangan larangan Nya agar hidup kita senantiasa berada di jalan yang benar. Seperti ketika kita membeli barang elektronik semisal handphone. Tentu di dalamnya juga disertakan petunjuk penggunaan nya. Di sana terdapat buku manual dan petunjuk pemakaian dan cara penggunaan barang elektronik itu. Hal itu bertujuan agar kita dapat menggunakan barang elektronik itu dengan benar dan tepat. Hal itu bertujuan agar kita tidak membuat kesalahan yang dapat menyebabkan rusaknya barang elektronik tersebut. Hal ini juga sama ketika kita hidup di dunia ini. Allah SWT telah menurunkan Al Quran yang berisi firman dan wahyu Tuhan kepada kita yang hidup di bumi ini. Hal itu bertujuan antara lain untuk membimbing manusia ke arah jalan yang diridhai  Nya. Hal ini karena jika kita hidup di dunia terdapat rambu rambu atau aturan aturan hidup yang harus dipatuhi agar kita senantiasa dapat selamat di dunia maupun di akhirat. Salah satu pedoman agar kita selalu mendapat rahmat dan berkah Nya adalah dengan membaca Al Quran. Dengan membaca Al Quran dan mengkaji isinya dan menerapkannya di dalam kehidupan, maka kita akan dapat menemukan ajaran ajaran hidup dan petunjuk petunjuk yang berguna saat kita menjalani hidup di dunia ini. Rasulullah SAW telah bersabda mengenai keutamaan membaca Al Quran: “Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf” (HR At Tirmidzi). Itulah salah satu keutamaan membaca Al Quran. Al Quran juga berfungsi sebagai obat dan penawar bagi hati kita. Hal ini seperti yang telah Allah firmankan kepada kita, "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang orang yang zalim selain kerugian (QS Al Israa : 82). Allah SWT juga berfirman kepada kita tentang Al Quran : "Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (QS Al A'raaf : 204). Kita harus senantiasa mematuhi ajaran ajaran yang ada di dalam Al Quran dan Al Hadist agar hidup kita senantiasa dipenuhi oleh rahmat dan berkah dari Allah. Hal ini bertujuan agar kita selalu berada di jalan yang benar dan menghindari jalan yang sesat dan dimurkai Nya. Oleh karena itu, agar diri kita selalu berada dalam lindungan dan berkah Allah, maka bacalah buku panduan mu, bisa dari kitab suci Al Quran, hadist nabi, nasihat orang tua, ajaran guru sampai norma norma hidup di dunia ini. Bacalah buku panduan mu dari sekarang agar hidup kita dapat tertata dengan lebih baik lagi. Semoga bermanfaat !














RENUNGAN POHON MANGGA

Setiap makhluk ciptaan Allah tentu diciptakan dengan penuh hikmah. Dari setiap mahkhluk Allah itu kita bisa mengambil hikmah dan pembelajaran yang berarti untuk bekal kita selama kita menjalani hidup. Allah selalu menciptakan sesuatu dengan hikmah agar setiap dari kita dapat mengambil makna yang tersimpan di dalamnya. Semua yang diciptakan Allah tidak akan sia sia. Bahkan penciptaan lalat dan serangga serangga renik pun tentu dengan hikmah yang bisa kita pelajari. Semua hal tidak diciptakan dengan sia sia. Kita sebagai manusia harus mampu mengambil ibrah dari setiap hal yang ada di bumi. Rasulullah SAW telah menjelaskan dalam hadits bahwa “Berpikir sesaat lebih baik daripada ibadah selama 70 tahun”. Jadi dengan berpikir tentang alam dan ciptaan Nya dan dengan mengagungkan Allah, maka kita bisa mendapatkan pelajaran yang luar biasa tentang kehidupan. Allah SWT juga berfirman : “Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku untuknya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu Nya benar benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Al – Thalaq : 12). Jadi Allah menciptakan segala yang ada di langit dan di bumi ini dengan hikmah agar kita bisa merenung dan mengagumi kekuasaan Allah.
            Kali ini kita akan membahas salah satu ciptaan Allah, yakni pohon mangga. Ya, pohon mangga. Kita pasti sudah tahu dengan pohon mangga. Ternyata dari sebuah pohon mangga kita bisa mendapatkan sebuah hikmah yang dapat kita ambil. Di dalamnya menyimpan banyak sekali hikmah, perenungan dan manfaat yang bisa kita petik.
            Sebuah pohon mangga mempunyai banyak manfaat bagi manusia. Pohon mangga yang rimbun dapat memberikan keteduhan bagi lingkungan. Lingkungan kita akan menjadi sejuk dan asri. Akarnya yang kuat bisa sebagai sumber resapan air. Selain itu, buah mangga sendiri juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Buah mangga memiliki gizi yang cukup tinggi. Buah mangga juga memiliki vitamin yang berguna bagi kesehatan tubuh, diantaranya vitamin A yang sangat berguna untuk menjaga kesehatan mata. Kemudian ada vitamin B1, vitamin C dan vitamin E. Vitamin dan gizi yang terdapat dalam buah mangga sangat berperan dalam menjaga kesehatan tubuh agar tidak mudah sakit. Buah mangga juga memiliki zat antioksidan yang tinggi yang dapat menghambat berbagai macam penyakit yang berbahaya. Buah mangga juga memiliki manfaat lain yang berguna untuk kesehatan tubuh.
            Sungguh di dalam sebuah pohon mangga terdapat banyak keistimewaan dan manfaat yang berguna bagi manusia. Ia dapat menjadi sumber pelajaran yang berharga untuk kita. Dari pelajaran ini kita dapat menyimpulkan, bahwa dari pohon mangga, yang sepanjang hidupnya hanya diam di satu tempat saja bisa memberikan manfaat yang terus menerus bagi manusia. Bagaimana dengan kita yang diberi banyak keistimewaan berupa kaki untuk berjalan, mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar, tentunya kita yang lebih leluasa dalam bergerak dan bertindak tentunya juga dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi sesama. Itulah makna yang hendak saya sampaikan disini. Kita sebagai manusia tentu bisa meraih lebih banyak pahala dan manfaat dari diri kita yang sudah dibekali oleh banyak keutamaan keutamaan.
        Allah SWT telah berfirman : “Dan Dia menundukkan untuk mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir” (QS Al Jatsiyah : 13).




















KAKAK

Kali ini aku akan menceritakan tentang kakak ku, kakak laki laki ku satu satunya yang pernah aku punya. Ya, dulu aku pernah punya seorang kakak. Namun, hingga kini aku tidak sempat bertemu dengan kakakku itu karena kakakku meninggal dunia sejak dalam kandungan akibat keguguran.
Menjadi satu keluarga yang utuh dan bahagia adalah impian setiap orang. Namun itu tidak terjadi kepada keluarga kami tatkala kakak ku meninggal dunia sejak di dalam kandungan akibat keguguran. Kami semua bersedih di kala itu. Kami tidak menyangka bahwa kepergiannya terlalu cepat. Kakak ku satu satunya itu telah meninggal dunia, jauh sebelum aku lahir. Hingga kini aku bahkan tidak sempat mengetahui wajahnya dan bertemu dengannya. Kenangan tentang kakak ku satu satunya itu hanya kudapat dari cerita bapak ku yang menceritakan nya kepadaku setelah aku cukup dewasa. Sampai kinipun bahkan aku tak memiliki kenangan akan kehidupan kakak ku. Yang kutahu hanyalah bahwa kakak ku itu adalah seorang laki laki.
Sampai sekarang pun aku masih tetap merindukan kakak ku itu. Aku berandai andai jika dia masih hidup, tentulah kehidupan keluarga kami akan lebih semarak. Dia tentu akan menambah ramai suasana keluarga kami. Tapi, takdir berkata lain. Allah telah mengambil kakak ku lebih cepat.
Kakak ku sejatinya lahir pada tahun 1983. Namun saat itu Ibuku mengalami keguguran. Usia kelahiran kakak ku dengan ku berjarak sekitar 6 tahun. Seharusnya, ketika aku lahir pada tahun 1989, kakak ku sudah berumur 6 tahun saat itu. Tapi ternyata takdir berkata lain. Aku hingga kini tidak dapat bertemu kakak ku lagi. Tapi dengan keadaan ini, aku menjadi semakin tegar di dalam menjalani hidup. Aku memang masih merindukan kakak ku, tapi aku juga tetap optimis di dalam memandang hidup. Aku yakin aku dapat kuat menghadapi cobaan ini. Walaupun begitu, kakak ku akan tetap selalu ada di dalam hatiku. Ia meninggalkan kenangan bagiku, untuk selalu aku ingat. Aku selalu berdoa dan berharap untuknya, semoga ia dapat tenang di alam sana. Meskipun sekarang aku tidak dapat bertemu dengan mu, tapi engkau akan selalu kukenang di dalam hatiku. Aku merindukan mu di dalam setiap hari hariku. Dan aku selalu berharap kita dapat bertemu lagi dalam suasana yang lebih baik dari ini. Aku berharap kita dapat berkumpul lagi sebagai satu keluarga.
Selain kakak ku yang pertama, kini aku mempunyai kakak yang kedua. Ya, kini kerinduan ku terhadap seorang kakak akan terobati, karena kini aku mempunyai kakak baru. Sejak beberapa bulan terakhir ini, aku telah berkenalan dengan seorang perempuan muda di grup Facebook yang aku ikuti, Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI). Di grup itu, aku berkenalan dengan seorang anggota baru, namun mempunyai respek yang besar terhadap sesama anggota lainnya. Dia juga adalah seorang penderita skizofrenia, yang kuketahui sangat peduli dan mau berbagi terhadap sesamanya. Namanya adalah mbak Wenti Zakiah. Dia berasal dari Jakarta. Usianya terpaut satu tahun denganku. Aku akhirnya berkenalan dan chatting dengan dia melalui Facebook. Akhirnya, karena aku membutuhkan seorang figur kakak di dalam hidupku, dan mbak Wenti aku rasa memenuhi kriteria sebagai seorang kakak bagiku. Dia ramah, peduli, mau berbagi dan welcome terhadapku. Oleh karena itu, tak lama kemudian, ketika chatting, aku bertanya kepadanya apakah aku boleh menganggapnya sebagai kakak ku sendiri ? Akhirnya mbak Wenti bilang iya kepadaku, ia mau menganggapku sebagai adiknya sendiri. Akhirnya kami pun sepakat. Aku kini telah menganggap mbak Wenti seperti kakak ku sendiri. Aku telah menganggapnya seperti kakak kandungku sendiri. Ya, akhirnya aku kini dapat mempunyai kakak baru yang dapat memberikan motivasi motivasi untukku dan dapat menasehatiku. Mbak Wenti selalu ada untukku. Ia pun kini telah menganggap aku sebagai adiknya sendiri. Kini aku bahagia. Kini aku mempunyai dua kakak, satu kakak laki laki dan satu kakak perempuan. Aku harap kita nanti dapat bertemu kembali sebagai satu keluarga yang diridhoi Allah dan menjadi keluarga yang bahagia. Amin...











KOTAK AMAL MASJID

Saya sejak kecil sudah terbiasa bepergian dari satu kota ke kota lain. Sejak saya sekolah SD di Jombang, setiap hari libur saya selalu mengunjungi rumah nenek dan saudara sepupu saya di Situbondo, terutama pada hari libur panjang sekolah. Pada hari itu sangat saya tunggu tunggu, karena saya dapat bermain dan mengunjungi rumah sepupu sepupu saya dan paman saya di Situbondo. Saya selalu kangen dengan suasana yang asri dan tenang di Situbondo. Disana saya dapat merasakan suasana desa yang menyejukkan setelah saya lama menekuni studi selama di Jombang. Di hari libur itulah saya biasanya selalu menyempatkan untuk bermain bersama saudara saudara saya dimana pada hari hari biasa di Jombang saya tidak dapat melakukannya.
            Dari Jombang menuju Situbondo, saya selalu naik bus antar kota. Jarak antara 2 kota itu dapat ditempuh selama 5 jam. Memang cukup lama, tapi selama di perjalanan saya dapat menikmati kota kota yang dilewati selama perjalanan. Hal itu merupakan hal yang asyik menurut saya karena dari tepi kaca bus saya dapat melihat pemandangan pemandangan di jalan selama saya naik bus itu. Hal yang paling saya ingat adalah ketika saya naik bus itu, hampir di setiap kota yang dilewati, di setiap jalannya banyak terdapat remaja remaja atau orang dewasa, bahkan tak sedikit pula anak anak yang di setiap jalan membawa kotak amal sambil menadahkan tangannya kepada setiap pengendara yang lewat. Mereka banyak berdiri di tepi jalan sambil membawa kotak amal dan sambil melambai lambaikan tangan nya agar supaya pengendara yang lewat mau berhenti dan menyisihkan sebagian uang nya untuk dipergunakan sebagai pembangunan masjid setempat. Bahkan tak jarang pula di setiap jalan itu ada orang yang bersuara lewat speaker dan meminta kepada setiap pengendara di jalan agar mereka mau menyumbang untuk amal pembangunan masjid. Dari pengamatan saya, banyak orang yang hanya memberikan sedikit uang receh sebesar 100 rupiah atau 500 rupiah di kotak amal di tepi jalan tersebut. Bahkan lebih banyak lagi orang yang tidak memberikan uang nya untuk pembangunan masjid. Mereka tetap saja berkendara di jalan itu dan tidak mempedulikan adanya orang orang yang meminta sumbangan itu. Hanya sedikit sekali orang yang memberi sumbangan dalam jumlah yang layak untuk amal masjid itu. Hanya beberapa orang yang memberi koin receh 100 atau 500 rupiah dalam sehari. Jarang yang memberi sumbangan dalam jumlah yang layak seperti 1000 rupiah, 3000 rupiah atau 5000 rupiah. Bahkan jika ada yang memberi sumbangan sebesar 5000 rupiah untuk amal pembangunan masjid yang banyak sekali di tepi tepi jalan itu termasuk hal yang langka. Lebih banyak orang yang tidak memberikan uangnya, walau hanya uang recehan.
            Kalau coba di kalkulasikan, dalam sehari semalam saja mungkin jumlah orang yang menyumbang untuk kotak amal itu hanya beberapa orang saja. Mungkin belasan saja dalam sehari. Mungkin jalanan yang dilewati itu mungkin termasuk jalan yang ramai, namun mungkin yang menyumbang hanya beberapa orang. Sedangkan banyak pengendara mobil, bis, truk atau sepeda motor yang tak sempat untuk mengeluarkan uang nya untuk menyumbang karena mereka harus berkonsentrasi pada jalanan. Mereka harus sibuk untuk menyetir dan terutama sopir sopir dan pengendara kendaraan itu harus fokus di dalam perjalanan sehingga ia lupa untuk menyumbang uangnya untuk amal. Hal ini dapat dipahami. Karena sebagai sopir, mereka harus fokus pada tujuan dan tidak sempat memberikan sumbangan terhadap kotak kotak amal di tepi jalan. Tapi sesungguhnya jika sopir tidak bisa menyumbang, paling tidak penumpang penumpangnya lah yang harus nya menyumbangkan uang nya untuk amal masjid itu. Karena mereka masih sempat untuk mengeluarkan uang mereka di dalam perjalanan.
            Selain itu, saya memperhatikan jumlah sumbangan yang diberikan kepada kotak amal di sepanjang jalan itu. Waktu itu rata rata orang yang menyumbang itu hanya menyumbang dalam bentuk recehan sebesar 100 rupiah atau 500 rupiah. Atau rata rata 1000 rupiah. Jika dihitung dalam sehari, jika pengendara yang menyumbang itu ada 15 orang atau 20 orang dan uang yang disumbangkan rata rata 500 atau 1000 rupiah maka dalam sehari jumlah uang kotak amal itu akan berjumlah 7500 rupiah (15x500), 10 ribu rupiah, 15 ribu rupiah atau 20 ribu rupiah. Jika orang yang menyumbang lebih banyak, maka pendapatan itu juga akan bertambah. Namun jika kita asumsikan dalam sehari itu ada 20 orang yang menyumbang sebesar seribu rupiah masing masingnya, maka uang yang didapat adalah 20 ribu rupiah. Itu angka yang cukup besar untuk kotak kotak amal di tepi jalan. Namun kadangkala orang yang menyumbang hanya menyumbang sedikit yaitu 100 rupiah, 200 rupiah atau paling besar 500 rupiah. Dan jumlah orang yang menyumbang mungkin juga hanya sedikit. Sehingga jumlah pendapatan untuk amal masjid itu tentulah juga sedikit. Bahkan banyak pula orang yang tidak menyumbangkan uang nya untuk kotak amal itu.
            Padahal Rasulullah SAW sudah bersabda bahwa orang yang bersedekah itu akan dilipatgandakan pahalanya di sisi Allah SWT. Ia tentu akan memperoleh pahala yang sangat besar. Apalagi amal pembangunan masjid itu merupakan amal jariyah, yaitu amal yang pahalanya akan tetap diterima oleh kita walaupun kita sudah tiada. Karena barang siapa yang menyumbang untuk masjid, maka pahala orang yang shalat di masjid itu juga akan menjadi pahala bagi orang yang menyumbang untuk masjid itu. Sehingga berapapun uang yang kita sumbang untuk masjid, maka selama orang orang shalat di masjid itu, maka pahala shalat orang orang itu pun akan menjadi pahala bagi kita. Sehingga kita akan mendapat pahala yang luar biasa ketika kita menyumbang untuk amal jariyah dan amal pembangunan masjid.
            Disini saya mengajak teman teman muslim untuk banyak menyumbangkan uang nya di masjid. Semakin layak uang yang anda sumbangkan ke masjid, maka akan semakin bertambah pahala anda kelak. Karena jika kita bersedekah maka pahala kita pun akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Untuk kotak kotak amal di tepi jalan, mungkin akan butuh bertahun tahun sebelum uang yang terkumpul bisa dipergunakan untuk membangun sebuah masjid yang indah untuk tempat kita beribadah dan bersujud dengan khusyuk di dalamnya. Namun bahkan setiap lembar yang anda sumbang untuk masjid tersebut akan sangat bermanfaat tidak hanya untuk kita, tapi juga untuk banyak orang yang nantinya akan shalat di masjid tersebut. Karena itu, mulai sekarang, niatkanlah untuk berderma kepada masjid, terutama untuk sumbangan kotak kotak amal di tepi tepi jalan dan juga untuk masjid masjid di sekitar mu, karena itu merupakan bekal nyata untuk perjalanan akhirat kita nanti.
















EQUAL = SETARA

Saya menulis catatan ini karena saya melihat bahwa masih banyak masyarakat kebanyakan yang memberikan stigma atau stereotip negatif kepada para penderita gangguan mental dan penyandang psikiatri lain. Kita bisa melihat bahwa para penyandang gangguan mental kerap distigma dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Banyak stereotip negatif yang menyertai perjalanan kehidupan mereka. Kalau dilihat fakta di masyarakat, masih banyak penyandang gangguan mental yang diperlakukan tidak adil dan tidak layak secara sosial. Bahkan diantara mereka ada yang mengalami diskriminasi sosial dan tindakan kekerasan. Kita semua tahu bahwa mereka banyak ditelantarkan di jalanan dan belum diperhatikan kebutuhan nya oleh dinas terkait yang semestinya melakukan akomodasi dan pembinaan terhadap mereka. Mereka banyak yang terlantar di jalanan, menjadi gelandangan gangguan jiwa yang berkeliaran di jalanan, di biarkan oleh keluarga mereka dan masih banyak dinas terkait yang masih belum bekerja sama untuk mengurusnya. Banyak para penderita masalah kejiwaan yang diperlakukan tidak layak. Kita sudah tahu banyak contohnya.
            Kalau kita melihat ke rumah sakit jiwa, misalkan, maka disana pun, yang mestinya merupakan tempat tinggal sementara untuk penderita gangguan mental, maka di sana kita akan lihat banyak pasien yang dibiarkan begitu saja oleh keluarganya. Selama bertahun tahun mereka tinggal di rumah sakit jiwa dan tidak satupun dari anggota keluarga mereka yang berniat untuk menjemput kembali dan membawa pulang mereka kembali ke keluarganya. Hal ini tentu menjadi duka tersendiri bagi pasien. Setelah dirawat dan bisa kembali beraktifitas secara normal, mereka tentunya ingin agar mereka bisa kembali pulang ke keluarganya. Namun, berdasarkan fakta, banyak akhirnya para pasien itu yang terpaksa harus tinggal dalam jangka waktu yang lama di rumah sakit tanpa ada anggota keluarga yang mau mengurusnya. Tentu ini menjadi catatan tersendiri, bagaimana seorang penderita gangguan mental, yang sudah bisa beraktifitas kembali dan ingin pulang dan bertemu keluarganya, namun keluarganya malah tidak mau untuk membawanya kembali pulang. Para pasien itu tentunya ingin pulang kembali, tapi keluarganya seringkali tidak mau mengurusnya kembali.
            Kita bisa bayangkan, bagaimana seorang penderita gangguan mental, yang harus berjuang dan butuh dukungan moril dari keluarganya, malah tidak mendapatkan nya. Padahal mereka sangat membutuhkan bantuan dan kasih sayang. Hal ini tentunya menjadi catatan tersendiri bagi dunia psikiatri.
            Ada pula sebagian dari penderita gangguan mental yang mendapat cobaan dan ujian yang tak kalah berat. Yaitu mereka yang masih hidup dalam pasungan. Mereka yang harus mendapat ujian berat ini terpaksa harus dipasung, dirantai atau bahkan ditempatkan dalam kandang yang sangat tidak manusiawi. Mereka dianggap sudah tidak bisa berfungsi normal di masyarakat. Mereka dianggap sebagai manusia yang sudah tidak mempunyai akal dan pikiran. Mereka dianggap sudah tidak bisa melakukan kehidupan yang layak seperti orang lainnya. Anggota keluarga mereka yang melakukan pemasungan biasanya dilatarbelakangi oleh masalah kemiskinan dan ketidaktahuan bahwa penyakit gangguan mental dapat disembuhkan. Terkadang mereka harus hidup dalam pasungan selama bertahun tahun akibat penyakit yang mereka derita. Sungguh tersiksa fisik dan jiwa mereka. Fisik mereka sakit karena dipasung, dan jiwa mereka lebih sakit lagi karena harus mendapat ujian yang sangat berat ini.
            Padahal, Allah SWT sudah menjelaskan bahwa semua manusia di dunia adalah sama, yang membedakan nya hanyalah dari amal dan ibadah yang dijalani dan dari ketakwaannya. Kita semua adalah sama. Tidak membedakan apakah kita kaya, miskin, pejabat besar, tukang becak, orang sehat sampai penderita gangguan mental pun semua sama dihadapan Allah. Kita tidak boleh, misalnya sebagai orang sehat, kemudian sampai merendahkan apalagi sampai memperlakukan penderita gangguan mental secara tidak layak. Allah sendiri menjelaskan bahwa siapapun ia, adalah sama di hadapan Allah, yang membedakan hanya amal ibadahnya. Penyandang gangguan mental pun sama halnya dengan orang lain. Bila mereka beribadah secara tekun dan khusyuk kepada Allah dan menjalankan ibadahnya secara teratur, maka dipastikan ia juga akan memperoleh pahala yang besar dan sama dengan orang yang sehat yang melakukan nya.
            Setiap manusia adalah sama dan setara. Bahkan ketika orang itu menyandang gangguan mental pun, kita harus memperlakukan nya setara dan tidak ada perbedaan dengan orang lain. Jangan kita memandang rendah dan memberikan stigma kepada mereka, karena malah mereka mungkin bisa mendapat pahala dan derajat yang lebih tinggi di sisi Allah daripada orang orang yang melakukan korupsi atau perbuatan buruk lainnya.
            Fakta membuktikan, jika seorang penderita gangguan mental ini diperlakukan sama dan diberi motivasi dan semangat untuk bangkit dan diberikan sarana yang memadai untuk kehidupan mereka, maka mereka juga bisa melakukan nya seperti orang normal. Dan mereka bisa membuktikan bahwa penderita gangguan mental pun bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Dan pada perkembangan nya, akhirnya mereka pun dapat berfungsi normal dan kembali menjalankan aktifitas seperti biasa di masyarakat.
            Pesan dari saya adalah jangan memberikan stigma atau cap negatif kepada mereka, karena mereka adalah juga sama dengan kita dan mereka juga bisa berbuat lebih untuk kebaikan di lingkungan nya. Dan perlakukan mereka dengan setara, seperti halnya penderita penyakit lain yang butuh bantuan, karena sebenarnya mereka dan diri kita adalah sama, membutuhkan cinta dan kasih sayang untuk sembuh.
















JANGAN PANDANG DARI COVERNYA, TAPI DARI ISINYA

Sering kita melihat seseorang dari cover atau tampilan luar yang ia kenakan. Kita cenderung akan melihat tampilan luar seseorang itu lebih dahulu sebelum melihat tampilan dalamnya. Begitu pula hal yang terjadi apabila kita sedang melihat orang yang didiagnosis dengan gangguan mental. Kita kerap melihat orang itu dengan sebelah mata, kita kerap memandangnya dengan setengah hati karena gangguannya. Kita selalu melihat pada label nya, pada capnya. Kita selalu terjebak oleh stigmanya. Padahal, Allah SWT sudah menegaskan kepada kita bahwa semua manusia di dunia adalah sama, yang membedakan hanyalah amal ibadahnya dan ketakwaannya. Hal ini seperti firman Allah SWT : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS Al Hujuraat : 13).
Derajat seorang manusia hanyalah dapat ditentukan oleh amal ibadah yang dijalaninya dan dari ketakwaannya, bukan dari status orang tersebut. Maka dari itu menjadi salah lah jika kita melihat seseorang dari penyakitnya. Orang yang berpenyakit, walaupun orang itu menderita penyakit mental, namun tetap harus kita hormati dan hargai. Jangan lah kita melihat label atau diagnosa yang ada pada dirinya. Diagnosa itu hanyalah sekedar alat periksa bagi dokter, bukan sebuah alat yang bisa dijadikan untuk melabeli atau menstigma seseorang. Kita tidak bisa menilai seseorang karena ia mengidap gangguan mental. Kita tidak bisa melihat seseorang hanya dengan label skizofrenia atau gangguan mental, tapi lihatlah dari isi hati dan cintanya. Kita tidak bisa melabel seseorang dengan kata “gangguan mental”, tapi lihatlah dari keseluruhan sikap dan hatinya. Seseorang bisa dikatakan baik bukan hanya karena dia sehat dan tidak berpenyakit mental, tapi juga karena ketulusan hatinya. Meskipun orang itu menderita penyakit mental, namun apabila orang tersebut memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, maka orang tersebut layak mendapat pahalanya sendiri. Meskipun orang itu menderita penyakit mental, namun yang dilihat adalah ketulusan hatinya dan cintanya. Jika orang itu berperilaku baik dan dapat menunjukkan ketulusan hatinya, meskipun ia menderita skizofrenia atau penyakit mental lainnya, saya rasa itu juga merupakan hal yang baik.
Pada intinya, kita haruslah menilai seseorang itu dengan seobjektif mungkin. Kita tidak bisa menilai seseorang karena penyakit gangguan mental yang dideritanya. Karena seseorang dengan skizofrenia pun bisa mendapatkan prestasi karena kepintaran atau karena keelokan tingkah lakunya. Karena dari contoh dalam kehidupan sehari hari, sudah banyak orang yang didiagnosis dengan gangguan mental seperti skizofrenia namun memiliki hati dan perilaku yang baik dan prestasi yang mengagumkan. Sementara itu banyak pula orang yang dinyatakan sehat badannya namun berperilaku buruk. Saya sendiri punya sahabat baik yang juga menderita skizofrenia, namun jika dilihat dari tutur katanya dan perilakunya, sudah dapat dipastikan jika ia memiliki keluhuran budi pekerti dan ketulusan hati seorang skizofren. Ia dapat menunjukkan ketulusan hatinya dan kebaikan cintanya itu di kala berinteraksi dan bergaul dengan lingkungannya. Pada intinya, jangan lihat seseorang dari covernya, namun pandanglah ia dari isi hatinya yang terdalam.
























PERSEPSIKU TENTANG LEBAH

Saya memiliki 3 persepsi visual menarik tentang lebah. Ketiga tiganya membuat saya semakin terkesan terhadap lebah dan membuat keingintahuan saya terhadap lebah semakin meningkat. Persepsi pertama saya tentang lebah adalah ketika saya melihat gerombolan lebah sedang berkerumun terbang di sekitar sarang nya di atas pohon. Ketika itu saya melihat ratusan lebah beterbangan memutar dan mengeluarkan suara putaran sayap yang keras di atas kepala saya. Hal ini membuat saya agak takut sekaligus takjub. Betapa ratusan lebah itu terbang “berpatroli” dan membuat orang yang didekatnya merasa merinding melihatnya. Lebah merupakan serangga sosial, yang hidupnya senantiasa berkelompok dalam satu koloni. Tiap koloni  bisa mencapai ratusan bahkan dapat mencapai 40 ribu – 60 ribu ekor. Hal ini dapat membuktikan kepada kita bahwa dari sekumpulan lebah itu mampu menghasilkan keuntungan yang luar biasa bagi manusia yaitu berupa madu yang sangat bermanfaat bagi tubuh.
            Persepsi kedua saya tentang lebah adalah ketika saya melihat seekor lebah yang masuk ke dalam rumah saya. Dia terbang berputar di atas selembar kertas tipis dan saya melihat kertas itu bergeser sekian senti ke samping akibat putaran yang ditimbulkan oleh sayap sayap kecilnya. Ketika saya melihat hal ini saya langsung  teringat kepada helikopter ketika hendak mendarat di landasan. Ketika helikopter hendak mendarat, kita dapat melihat angin yang keras di sekitar tempat landasan karena helikopter itu mau turun. Ini bisa dianalogikan dengan seekor lebah ketika ia hendak turun di sebuah kertas. Sungguh betapa hebatnya kekuatan sayap lebah.
            Persepsi ketiga saya terhadap lebah adalah ketika saya melihat belasan lebah madu membuat sarangnya yang dilapisi madu di sebuah kardus bekas. Saya melihat belasan lebah madu itu asyik menjaga sarang madunya dengan hati hati. Lebah memang suka membuat sarangnya di tempat tempat yang strategis, yang baik bagi perkembangan habitatnya. Hal ini seperti yang telah difirmankan Allah Swt. Allah Swt berfirman dalam Al Quran, “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang sarang di bukit bukit, di pohon pohon kayu, dan di tempat tempat yang dibikin manusia” (QS An Nahl : 68).
Ketika itu saya melihat bentuk sarang lebah yang berpola heksagonal (segi enam). Untuk menampung madu, lebah membutuhkan bentuk sarang yang volume nya besar dan cukup kuat. Syarat syarat tersebut rupanya dapat dipenuhi oleh bangun yang berbentuk segi enam (heksagonal). Selain volumenya relatif besar, kuat (karena bersudut) serta bila dibuat pola pengubinan, maka akan membentuk ikatan pengubinan yang menutup dengan sempurna, sehingga tidak ada tempat kosong di sekitar tempat untuk menampung madu. Dengan demikian ternyata bentuk sarang lebah yang berbentuk heksagonal memang sangat bermanfaat bagi lebah, diantaranya sebagai tempat untuk menyimpan telur, tempat untuk menetaskan telur dan menetaskan ulat sampai menjadi lebah dewasa, sebagai tempat menyimpan nektar dan tepung sari sebagai cadangan, sebagai tempat untuk mengolah nektar menjadi madu dan berbagai manfaat lain nya.
            Ketiga hal inilah yang membuat saya semakin kagum terhadap lebah. Betapa Allah telah memberi keistimewaan keistimewaan terhadap lebah yang memungkinkannya dapat survive di tengah habitatnya dan mampu memberikan manfaat yang besar bagi manusia. Mulai dari keistimewaan sayap lebah hingga madunya yang dapat memberikan manfaat kepada manusia. Allah Swt berfirman, “Kemudian makanlah dari tiap tiap (macam) buah buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang orang yang memikirkan” (QS An Nahl : 69).


















RUANG PEMULIHAN DIRI (RECOVERY ROOM)

Pada suatu hari saya membantu ibu saya untuk merapikan kamar yang masih kosong di rumah. Rencananya kamar itu akan ditata ulang, karena sebelumnya disana banyak tumpukan koran, dus dus bekas Aqua dan barang barang bekas yang bertumpuk dan menjadi satu disana. Rencananya kamar itu akan ditata ulang sehingga menjadi "kamar baru" yang bisa dipakai untuk beraktifitas. Karena sebelumnya kamar itu hanya berisi barang barang bekas, lemari dan meja kecil saja. Terkesan merupakan kamar yang tidak terawat dan kotor. Akhirnya, dengan inisiatif dari ibuku, akhirnya aku mulai menata ulang kamar itu. Aku mulai bersih bersih kamar itu. Menyapu dan menata ulang barang barang yang ada disana. Barang barang yang tidak diperlukan di pindah ke belakang rumah, begitu juga dengan tumpukan koran yang menumpuk, nantinya akan dijual. Dus dus bekas Aqua dan barang barang bekas lainnya dipindah dan dirapikan. Ibuku lalu memutuskan untuk menempatkan ranjang dan kasur yang ada di kamar belakang untuk ditempatkan di kamar yang kosong itu. Akhirnya, kamar itu akhirnya punya kasur juga. Ibuku juga menempatkan meja belajar dan kursi untuk tempat menulis, sehingga siapapun bisa menggunakan kamar itu untuk menulis atau membaca buku. Setelah sekian lama aku menata kamar itu sehingga dari semula sebuah kamar yang kotor, tidak terawat dan berisi barang barang bekas akhirnya setelah di tata ulang akhirnya menjadi sebuah kamar yang baru, kamar yang rapi dan bersih, dengan tempat tidur, lemari, dan meja belajar untuk menulis atau bermain laptop. Akhirnya, jadilah kamar baru yang rapi dan nyaman. Cocok untuk membaca buku, menulis atau mengerjakan tugas di laptop. Aku menyebutnya "Recovery Room" atau Ruang Pemulihan Diri.
Seseorang dengan skizofrenia mungkin suatu ketika membutuhkan ruang untuk ketenangan. Ruang yang bisa sebagai tempat untuk menenangkan diri sejenak atau untuk mencari ide ide baru untuk menulis atau tempat yang nyaman untuk berpikir atau rileks. Seseorang dengan skizofrenia mungkin membutuhkan tempat yang berfungsi sebagai pemulihan, tempat dimana kita bisa menulis dengan tenang, membaca buku atau rileks. Roberta Temes, Ph.D dalam bukunya "Hidup Optimal Dengan Skizofrenia" dalam salah satu bab nya menulis : "Sebagian orang pergi ke sebuah tempat yang menjadi favoritnya, mungkin sebuah kursi khusus, atau sudut sebuah ruangan, atau sebuah tempat di depan sebuah jendela, untuk membantu diri sendiri merasa tenang. Temukanlah sebuah tempat khusus yang akan menjadi tempat ketenangan anda. Ketika anda berada di tempat tersebut, batin dan tubuh anda akan menjadi diam dan tenang".
Tempat atau ruangan yang membuat kita bisa melakukan aktifitas berguna, tidak hanya sekedar tempat untuk beristirahat. Tempat yang bisa membuat pikiran kita menjadi lebih aktif lagi, baik untuk bekerja atau berkarya. Ruangan yang bisa membuat kita tetap aktif, berkarya dan beraktifitas. Tempat munculnya ide ide baru. Dan buat saya pribadi, ruangan untuk mencari ide dan tulisan untuk berkarya. Jadi, carilah tempat untuk pemulihan mu, tempat yang bisa membuat Anda tenang dan tempat untuk pemulihan diri.
Salam



















AKHIR YANG INDAH

Akhirnya sampailah kita pada tulisan ini. Ini adalah sebuah kisah akhir, yang bisa jadi merupakan kisah awal dari babak baru perjalanan hidup saya. Ini semacam perenungan dan kilas balik akan peristiwa yang pernah saya alami dan saya kenang hingga saat ini. Pengalaman kisah ini bisa jadi merupakan titik balik dari kehidupan saya selama saya mengalami skizofrenia.
Kisah ini bermula saat saya baru terkena penyakit skizofrenia ini pada tahun 2007. Saat itu, saya baru pertama kali terkena serangan skizofrenia sehingga saya harus dirawat di Rumah Sakit dr Soebandi Jember. Saat itu saya berada dalam kondisi delirium. Dalam kondisi delirium itu, saya menjadi tidak sadar secara penuh dengan kondisi saya dan lingkungan sekitar. Saya menjadi kehilangan kesadaran selama hampir sebulan di bangsal rumah sakit. Selama dalam kondisi tidak sadar itu, saya juga mengalami amnesia total sehingga sama sekali tidak sadar dengan kondisi sekitar. Untunglah, ketika itu, tim dokter yang menangani saya, cukup membantu kondisi pemulihan saya. Dengan dibantu dengan perawat yang sangat berdedikasi, maka saya akhirnya kembali berada dalam kondisi sadar, walau belum secara penuh. Saya masih tidak bisa ingat beberapa kejadian yang lampau dan mengapa saya ada di tempat itu. Saya masih tidak tahu mengapa saya ada di rumah sakit saat itu. Namun, Alhamdulillah, selama dirawat itu, kondisi fisik dan psikis saya berangsur pulih hingga akhirnya saya bisa meninggalkan rumah sakit tempat saya dirawat.
Ketika itu, sebenarnya saya masih belum “sadar” dengan keadaan diri saya. Saya masih belum tahu kondisi badan dan psikis saya yang sebenarnya. Akhirnya, saya pun menjalani rawat jalan di rumah. Ketika itu, ada salah satu nenek saya yang ikut merawat saya selama masa pemulihan di rumah. Beliau adalah Mbah Husna, salah satu nenek saya yang ikut merawat dan mendampingi saya ketika saya sudah boleh meninggalkan rumah sakit dan mendapatkan rawat jalan. Ketika masa pemulihan itu, saya masih sering merasakan “blank” dalam otak saya, saya masih tidak mampu berpikir dengan jernih layaknya orang normal, saya masih tahap “belajar kembali” mengenali lingkungan saya, mengenali rumah yang “tampak asing” bagi saya, karena “semuanya” yang ada di rumah menjadi seperti hal baru bagi saya. Segala lingkungan sosial ketika itu tampak baru bagi saya. Bahkan urusan makan pun saya masih harus belajar dari nol lagi. Akhirnya, Mbah Husna lah yang mengajari dan menyuapi saya makan. Beliau lah yang menemani saya dan merawat saya di rumah. Mbah Husna dengan telaten dan sabar mendampingi dan merawat saya sehingga saya perlahan lahan mulai sembuh.
Ketika saya mulai mengenal lingkungan kembali itulah, ada ide dari keluarga untuk memondokkan saya di pondok pesantren. Rencananya, selama sebulan saya akan dipondokkan di sebuah Ponpes di Bondowoso, dengan ditemani nenek saya. Akhirnya, seluruh keluarga pun setuju. Pada hari yang ditentukan, kami berlima, saya, bapak saya, Pak De Joso, Bu De Sutik dan Mbah Husna, akhirnya berangkat ke Bondowoso. Disana kami sambil mencari pengobatan untuk memulihkan kembali jiwa saya. Dengan menaiki mobil Carry, akhirnya kami berlima berangkat dari Jember menuju Bondowoso. Pada saat itu kondisi saya masih belum stabil secara psikis. Saya masih mengalami kesulitan dalam berbicara dan belum mampu menuangkan ide untuk disampaikan dalam bentuk pembicaraan.
Akhirnya, setelah sekian lama, kami pun sampai di pondok pesantren yang dimaksud. Kami sekeluarga lalu mendatangi rumah pimpinan pondok pesantren itu dan mulai berkonsultasi tentang gangguan yang aku alami. Aku pada waktu itu juga masih kesulitan untuk memahami pembicaraan yang terjadi, sehingga aku pun tidak mampu menangkap dengan baik apa yang tengah diperbincangkan oleh orang tuaku dengan pengasuh pondok pesantren itu. Akhirnya, setelah beberapa jam berada disana, akhirnya keluargaku memutuskan untuk membawaku kembali pulang ke Jember. Setelah didiskusikan, akhirnya keluargaku memilih untuk merawatku sendiri di rumah. Aku tidak tahu mengapa aku pada waktu itu kembali harus pulang ke Jember. Aku tidak tahu mengapa aku harus pulang dan tidak menginap di ponpes itu. Ketika itu pun akhirnya kami pun sepakat untuk kembali ke Jember.
Dalam perjalanan pulang itulah, sebenarnya aku masih berada dalam fase delusi. Aku masih tidak mampu untuk mengambil keputusan sendiri. Aku masih tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari hari yang biasanya dengan mudah dilakukan orang lain seperti berbicara, mengeluarkan pendapat atau makan. Aku masih dalam pengaruh amnesia sementara, gejala akut yang bisa menyerang penderita skizofrenia, terutama pada masa awal gejala.
Ketika itulah, dalam perjalanan dengan mobil Carry itulah, ketika berada di tengah perjalanan, tiba tiba aku berucap dengan keras kepada seluruh keluargaku yang ada di dalam mobil, sehingga cukup mengejutkan semua orang ketika itu. Pada waktu itu aku mengatakan dengan suara keras, “Happy Ending ! Nanti ini semua akan happy ending !” kataku ketika itu, masih dengan tatapan yang tidak jelas. Namun, suaraku tampak yakin ketika itu, dengan tatapan yang beralih kemana mana. Bude ku, yang mendengar ucapanku itu, langsung tersenyum dan berkata, “Happy Ending ! Iya dong, nanti semuanya pasti Happy Ending !” kata Budeku menenangkan ku. Aku yang mendengar kata kata Bude ku itu langsung meyakini dalam hati, mengiyakan kata kata Bude ku itu.
Mobil terus berjalan. Jejaknya meninggalkan bekas bekas di belakangku. Namun hatiku yakin dan berharap bahwa Tuhan akan mengabulkan doaku. Bahwa perjalanan ini akan berakhir bahagia. Di dunia dan di akhirat nanti. Beroleh berkah dari Yang Maha Kuasa. Happy Ending. Amin...






























GLOSARIUM

Antipsikotik atipikal – Suatu golongan obat obatan baru yang bekerja menghilangkan gejala gejala positif dan negatif penyakit skizofrenia, dan hanya memiliki sedikit efek samping.

Delirium – Keadaan akut dan reversibel karena gangguan fungsi otak; suatu jenis sindroma otak organik yang akut dengan gejala utama kesadaran menurun, kegelisahan, kebingungan, ilusi, halusinasi dan waham, sering juga terdapat emosi yang labil dengan kecemasan dan agitasi.

Delusi (Waham) – Keyakinan salah yang Anda pegang dengan sangat kuat, meskipun tidak ada bukti bahwa keyakinan ini benar, meskipun tidak ada seorang pun yang setuju dengan Anda tentang keyakinan ini.

Delusi Referensi – Delusi bahwa komunikasi umum tertentu yang biasa, seperti sebuah acara TV atau rambu lalu lintas, sungguh sungguh merupakan sebuah pesan rahasia yang ditujukan secara khusus kepada Anda.

ECT (Terapi Elektro Konvulsi) – Pengobatan dengan aliran listrik yang dimasukkan kepada kepala lewat elektroda untuk merangsang otak; pasien seketika menjadi tidak sadar serta menimbulkan konvulsi.

Halusinasi – Suatu pengalaman panca indera yang tidak sesuai dengan realitas atau kenyataan.

Komunitas Pendukung – Komunitas pasien yang sedang pulih dari penyakit mental.

Neuroleptik – Suatu obat antipsikotik yang ditargetkan untuk bekerja di dalam otak Anda.

Neurotransmitter – Suatu bahan kimia yang mengirimkan impuls impuls saraf dalam otak.

Psikotik – Sakit mental dan kehilangan hubungan dengan realitas.

Gejala negatif – Ketiadaan perilaku perilaku tertentu yang diharapkan dari orang, seperti ekspresi emosional, sosialisasi dan energi.

Gejala positif – Gejala gejala, seperti halusinasi dan delusi, yang merupakan ciri dari skizofrenia dan tidak ada pada orang orang yang sehat.

ODGJ – Orang Dengan Gangguan Jiwa

ODS – Orang Dengan Skizofrenia

Pasung – Alat, biasanya berupa kayu apit atau berlubang, yang dipasang di kaki atau tangan agar orang itu tidak dapat menggunakan kaki atau tangannya dengan leluasa. Pemasungan penderita mental masih sering dilakukan di negara kita oleh masyarakat di daerah pedesaan; ada juga penderita yang dirantai atau dikurung.

PMKS – Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Sindrom Tourette – Penyakit saraf yang ditandai oleh pergerakan involunter otot otot dan inkoordinasi motorik serta instabilitas postural.

Skizofrenia – Suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses berpikir serta disharmoni (perpecahan, keretakan) antara proses berpikir, afek/emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi.

Stigma – Penodaan nama baik Anda dengan stereotip negatif

Tardive Dyskinesia – Efek samping obat antipsikotik, termasuk kejang kejang dan gerakan gerakan yang tidak dikehendaki, yang disebabkan oleh sebagian dari obat obatan neuroleptik lama pada sebagian pasien.





TENTANG PENULIS

PROFIL PENULIS :
Nama : Kurnia Amirullah
Tempat / Tanggal Lahir : Sumenep, 17 Juni 1989
Umur : 25 tahun
Domisili : Jember, Jatim
Alamat Lengkap : Jalan Kaliurang Perum Taman Kampus Blok D3 No. 9, Sumbersari, Jember, Jawa Timur.
Email : kurniautama39@gmail.com
No. Telp / HP : 0331 322357 / 087857876113

Sinopsis Berdamai Dengan Skizofrenia :
Menjalani hidup dengan mengalami gangguan skizofrenia tentu memerlukan kesabaran dan daya juang serta semangat yang tinggi. Selain harus berjuang menghadapi stres batin dan ancaman kekambuhan, seorang penderita skizofrenia juga harus berjuang menghadapi stigma sosial. Selain itu, untuk mencapai kesembuhan, seorang penderita skizofrenia diharapkan mampu melakukan upaya rehabilitasi sosial dalam rangka upaya pemulihan.
Buku ini berisi pandangan dan sikap hidup penulis dalam menyikapi isu isu tentang kesehatan jiwa. Selain itu, buku ini juga menyajikan opini dan gagasan gagasan penulis di bidang kesehatan jiwa. Pengalaman hidup penulis yang diramu dengan tips tips dan saran saran untuk pemulihan skizofrenia ditulis secara mendetail dalam buku ini.
Buku ini ingin mengingatkan kita bahwa penyembuhan skizofrenia haruslah secara holistik. Metode penyembuhan harus melibatkan unsur psikologis, sosial dan religius. Dengan demikian maka kita dapat benar benar berdamai dengan skizofrenia.